17[Cinta Dalam Diam]

2.4K 102 2
                                    

~Selamat Membaca~

Suara mobil yang berhenti membuat Seno sedikit terkejut. Matanya menyipit memperhatikan seorang wanita yang baru saja keluar dari mobil itu.

“Lina? Untuk apa dia kesini?”
Matanya beralih memandangi pengemudi mobil yang sedang sibuk berbincang dengan Lina.

“Mas Zam? Ya, itu Mas Zam.” Kumis tipis pengemudi itu menyakinkan Seno bahwa lelaki itu adalah Zam, Kakaknya.

Dua pertanyaan kini muncul dikepalanya, “Untuk apa Mas Zam kemari? Apa dia tidak jadi pergi?”
Dia membuang muka saat mobil itu hendak berlalu pergi dan Lina berjalan mendekatinya.

“Papamu gak jadi pergi, Lin?”

“Enggak, Paman. Kata Papa udah ada yang nanganin urusan Papa.”

Jawaban Lina membuat Seno sedikit terkejut.

“Jadi besok Papamu akan kembali kesini?”

“Enggak, Papa bilang dia mau segera selesaikan rencananya pada Rury. Sore ini Papa akan datang.”

“Gawat kalau gini, Reza harus secepat mungkin datang kemari dan memmbebaskan putri Hendra itu.” Batin Seno

“Paman? Paman Seno?” Lina melambaikan tangan kanannya didepan wajah Seno.

Seno terkejut, “Ya. Kenapa, Lin?” Jawab Seno sekenanya.

Lina memasang wajah bingung, “Lah kok malah tanya Lina? Wawancaranya udah apa belum nih, Paman? Lina mau ngecek si Rury dulu.”

“Oh, iya udah. Cuma nanya segitu aja dibilang wawancara.”

Lina hanya tersenyum kecut dan berlalu meninggalkan Seno.

Sementara Seno memandangi punggung Lina sampai hilang saat ia berbelok, segera ia mengeluarkan ponselnya.

Jari-jarinya sibuk mencari kontak Reza. Namun berkali-kali ia mencoba, Seno tetap saja gagal menghubungi Reza.

“Telpon siapa, Sen?” Tanya seseorang dan menepuk pundaknya.

Seno tersontak kaget, “Eh copot, eh copot, eh copot.” Kali ini ia tidak bisa menahan latahnya.

Seno berbalik dan mendapati Ali yang sedang tertawa melihat kelatahan Seno.

“Telpon siapa?” Ali mengulangi pertanyaanya setelah puas tertawa.
Seno menggeleng, “Telpon Wiwit, mau kasih tahu kalo gue gak pulang malem ini.”

“Ohh kirain telpon siapa.”
Ali pun masuk kembali dan Seno bisa bernafas lega, “Untung gak curiga.”

*****

“Paman telpon siapa?”

“Reza. Sepertinya ada sesuatu antara Seno dan Reza.”

“Sudah ku duga.”

“Apa Bos tahu tentang ini?”

“Entahlah, sepertinya Papa belum tahu.”

“Kalau begitu, secepatnya kita harus beritahu Bos. Sebelum semua terlambat dan Bos malah menyalahkan kita.”

Deni mengangguk mengerti, “Nanti biar gue yang telpon Bos, lo awasin aja si Seno!”

“Iya.” Ucap Ali dan kembali kearah pintu untuk mengawasi setiap pergerakan Seno.

Cinta Dalam Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang