24[Cinta Dalam Diam]

2.6K 92 0
                                    

~Selamat Membaca~

Tersenyumlah...
Bukan karena hidup memberikanmu alasan untuk tersenyum, namun karena senyummu adalah alasan orang lain untuk tersenyum:)

Pak Dimas, Bayu dan polisi memutuskan masuk kedalam ruangan itu setelah menjadi penonton dan mendengarkan puisi Reza.

Puisi yang membuat kaki mereka enggan melangkah, menghancurkan suasana yang telah terbentuk apik disana.

Pak Dimas duduk di hadapan Rury, ia melihat dan mencoba memeriksa keadaan Reza.

“Pa, apapun yang terjadi pada Reza adalah yang terbaik. Tolong hapus air mata Mama. Dan Reza titip Ibu yang baru saja Reza temukan. Jaga keluarga kita ya?” Ucap Reza.

Pak Dimas menggeleng perlahan, “Papa yakin kamu tahu, Za. Papa gak bisa melakukan ini sendirian, Papa masih butuh kamu.” Air mata lelaki itu mulai menetes.

Reza malah menunjukkan senyumannya.

Rury memejamkan mata nya karena tak sanggup lagi mendengar semua ini, ingin rasanya ia menutup kedua telinganya itu.

Langkah kaki seseorang terdengar begitu cepat dari luar.

“Pa, mobil ambulans udah dateng.”  Ucap Bayu dengan nafas terengah-engah.

“Mari Pak, biar kami bantu.” Kata seorang polisi.

mereka bekerja sama untuk membawa Reza kerumah sakit. Ya, Reza sangat butuh pertolongan.

Rury berdiri, namun entah mengapa kepalanya mendadak terasa sangat berat hingga tubuhnya pun huyung.

Bayu menyadari keadaan Rury. Dengan sigap ia membantu Rury agar tidak terjatuh, “Gak papa, Ri?”

Rury menggeleng.

“Yakin?” Tanya Bayu memastikan, “Mukamu pucat lho, Ri. Yakin gak papa?” Lanjut Bayu.

“Aku gak papa, Bay.” Jawab Rury dengan nada menyakinkan.

“Bay, tolong kamu bantu Rury ya, dia belum pulih. Kau tau sendiri kalau Rury diculik dari rumah sakit.” Ucap Pak Dimas yang tanpa sengaja mendengar percakapan mereka.

“Iya, Pa.”

*****

Bu Ika dan Bu Titi tidak percaya ketika melihat seseorang yang dilarikan ke ruang IGD itu adalah Reza.

Kini semuanya hanya bisa menangis, tak percaya dengan apa yang menimpa Reza. Termasuk Rury, sedari tadi ia hanya terdiam di kursi tunggu.

Semua mata mengarah tajam pada Pak Dimas yang baru saja keluar.

“Gimana keadaan Reza, Pa?”

“Pa, Kak Reza baik-baik aja kan?”

“Pak Dokter, apa Reza sudah siuman?”

Pak Dimas hanya terdiam. Seperti tak ada hasrat untuk  menjawab semua pertanyaan itu.

Bu Ika yang geram dengan sikap diam Pak Dimas berjalan menghampiri lelaki yang merupakan suaminya itu.

“Pa, jawab Mama! Mama butuh jawaban!” Seru Bu Ika sambil memegang erat kerah jas putih dokter itu.

Namun untuk yang kesekian kalinya, Pak Dimas tetap diam.

“Pa, jawab Mama.” Ucap Bu Ika sambil menangis terisak.

Pak Dimas mendekap Bu Ika untuk menenangkannya.

“Ma, Mama gak boleh kayak gini. Mama juga harus fikirkan perasaan Bu Titi. Ibu kandungnya Reza.” Bisik Pak Dimas pada istrinya.

Bu Ika memerhatikan wajah Bu Titi yang hanya tertunduk lemas. Memendam sedihnya sendiri.

“Mama seharunya menengangkan Bu Titi. Dia baru sebentar sekali bersama Reza, Mama ingat itu?” Lanjut Pak Dimas yang masih berbisik.

Bu Ika mengangguk tanda mengerti dan duduk disamping Bu Titi. Dan Bu Ika memeluk ibu kandung Reza itu dan keduanya saling berbagi rasa.

Cinta Dalam Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang