~Selamat Membaca~
“Siapa yang Zam incar?”
Reza menarik nafas dalam-dalam, “Bayu, dia kembali untuk Bayu. Berusaha menggunakan Bayu sebagai senjata. Tapi.”
“Kenapa? Ada yang menghalangi rencana Zam?”
“Iya, Rury.Rury selalu berada di dekat Bayu. Jadi”
“Jadi Zam berusaha menyingkirkan Rury?” Lanjut Pak Dimas seakan sudah mengerti kemana arah pembicaraan ini.
Reza mengangguk.
“Ini sebab dari renggangnya persahabatan Bayu dan Rury.” Pak Dimas berdiri dan duduk disamping Reza, “Ini juga yang menjadi alasan kenapa kau kembali?”
“Seperti yang Papa tahu, saya tidak akan membiarkan Rury disakiti. Rury seharusnya tidak terlibat dalam kerumitan ini dan”
Kalimat Reza terpotong karena ada seseorang yang masuk secara tiba-tiba, “Dimana Rury? Bagaimana keadaannya?” ucap lelaki itu.
“Setidaknya kau bisa ketuk pintu sebelum masuk, Bay.” Ucap Pak Reza tanpa menjawab pertanyaan Bayu.
“Sudahlah Pa, jawab dulu dimana Rury, apa dia baik-baik saja?”
Pak Dimas berdiri, “Kau tidak tanyakan kenapa Reza ada disini? Bukankah kau selalu tanyakan Reza sejak dia menghilang 2 bulan yang lalu?”
“Jika Papa tidak mau memberi tahu dimana Rury, Bayu akan cari tahu sendiri.”
Tangan Bayu baru saja mendarat di gagang pintu berniat meninggalkan Pak Dimas dan Reza saat Pak Dimas berbicara.
“Tunggu, sikapmu memang tidak pernah berubah, Bay. Ikuti Papa!” Pak Dimas berjalan mendahului Bayu, lalu ia berbalik “Za, kau tidak mau ikut?”
Reza mengangguk dan bangkit dari kursinya. Sedari tadi Reza hanya tertunduk, ia tak sanggup melihat mata Bayu.
*****
“Bunda?” Ucap Bayu saat mendapati wajah Bu Rani yang belum juga kering karena terus menanggis.
“Bay, Rury” Bu Rani tertunduk kembali, berusaha memendam sedih agar air matanya tak tumpah lagi.
Bayu menggengam tangan Bu Rani, “Rury pasti kuat. Bunda harus percaya pada Rury.”
Kemudian Bayu mengusap air mata yang masih membasahi pipi wanita yang sangat ia hormati layaknya ibu kandungnya.
“Tenangkan dirimu Ran, aku akan lihat keadaan Rury dulu” Ucap Pak Dimas lalu masuk ke dalam ruang ICU.
Reza duduk di kursi yang berjarak agak jauh dari Bayu.
“Za, kau baik-baik saja?” Tanya Bu Titi.
Reza menganggkat kepalanya dan tersenyum.
“Apa Dokter Dimas menanyakan tentang Mas Zam?”
“Papa sudah tahu semuanya.”
Wajah Bu Titi terkejut mendengar jawaban Reza, “Apa kau sudah memberitahunya? Apa Dokter Dimas mau mengerti?”
“Reza gak tahu, Buk. Reza hanya berharap semoga Papa mau mengerti.”
Bu Titi bisa membaca pikiran Reza, “Matamu mengatakan hal yang berbeda, Ibu tahu kau takut kalau Bayu menanyakan hal yang sama dengan apa yang Rury tanyakan. Kau takut keduanya akan terluka.”
Semua orang langsung berdiri ketika mengetahui Pak Dimas telah keluar dari ruang ICU.
“Gimana keadaan Rury, Pa?” Tanya Bayu tanpa basa-basi, kecemasannya telah mencapai titik puncak.
Pak Dimas memandang Reza yang berjarak cukup jauh darinya, “Za, masuklah!”
Reza hanya diam, ia bukan tidak mendengar namun ia bingung harus bagaimana.
“Rury sudah sadar?” Tanya Bayu dengan semangat.
“Za, masuklah. Rury mencarimu."
Untuk kesekian kalinya Pak Dimas tidak menjawab pertanyaan Bayu.
Reza memandang wajah Bu Titi yang berdiri disampingnya, “Pergilah!” Bu Titi berusaha meyakinkan putranya.
Reza berdiri dan berjalan mendekat, tangannya sudah membuka pintu ruang ICU namun ia tidak kunjung masuk. Tatapannya mengarah pada Bu Rani.
“Aku mengizinkanmu. Masuklah, jangan biarkan Rury menunggu!” Bu Rani sadar bahwa Reza tidak enak hati pada Bu Rani.
Sebenarnya ia juga tidak terlalu suka Reza masuk menemui Rury sebelum dirinya.
Namun jika Rury sendiri yang menginginkan Reza menjadi orang pertama yang menemuinya dalam keadaan seperti ini, ia tidak bisa melarang.
Bu Rani yakin bahwa Rury punya alasan dibalik semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam [COMPLETED]
RomanceAku mencintaimu dalam diam. Menyayangi secara tidak langsung. Hanya berani melihat dari kejauhan. Tak berani menyapa apalagi menyentuhnya Mencintai dalam diam, tanpa rasa takut akan kehilangan. Karena Allah telah menyiapkan yang terbaik bagi hamba-N...