~Selamat Membaca~
Reza merasakan kedua kakinya gemetar saat melihat tubuh Rury terbaring lemah dengan selang infus yang masih menghiasi tangannya. Kerudung putih membalut gadis itu dengan wajah pucat pasi.
“Kak Reza,” Kata Rury ketika matanya mulai terbuka.
Reza berjalan mendekat, matanya memandang tubuh Rury dari atas kepala sampai ujung kaki yang tertutup selimut.
“Kenapa lihatnya gitu? Ada yang salah?” Rury berusaha tersenyum.
Reza menggeleng, “Kenapa lo panggil gue? Gue gak enak sama Bu Rani.”
“Rury hanya mau tanya apa Kak Reza udah punya jawaban dari pertanyaan Rury?”
“Pertanyaan yang mana?” Reza mengalihkan pandangannya dari Rury.
Sebenarnya Reza tahu apa pertanyaan yang dimaksud oleh Rury. Bahkan ia ingat betul dengan kalimat yang diucapkan Rury tepat sebelum semua ini terjadi.
“Kenapa Kak Reza bohong sama Rury?Rury kecewa sama sikap Kak Reza. Rury benci!”
Waktu itu Reza hanya bisa diam, membisu bagai patung. Ia tak tahu darimana ia akan mulai menjelaskan semuanya pada Rury.
“Dokter Dimas sudah menjelaskan semuanya pada Rury.”
Kata-kata Rury membuat Reza terkejut, “Papa? Sudah menjelaskan semuanya?”
Rury mengangguk.
“Lo boleh benci sama gue, lo punya hak.”
“Rury gak akan pernah bisa benci sama Kak Reza, Rury yakin ada alasan kenapa Kak Reza merahasiakan semua ini. Kak Reza hanya menunggu waktu yang tepat, iya kan?”
Reza berdiri dari kursi, “Maaf Ri, gue harus keluar kasihan Bu Rani pasti udah nunggu.”
“Sikap Kak Reza memang seperti Dokter Dimas,”
Reza keluar dengan berjuta pertanyaan.
Ia sendiri tahu dari sekian banyak pertanyaan yang ada dalam kepalanya, hanya akan merujuk pada satu pertanyaan yang sama.
“Kenapa Papa memberitahukan semuanya pada Rury? Dan apa Papa juga akan mengatakan semuanya pada Bayu?”
*****
Setelah Reza keluar semua orang secara bergantian masuk ke dalam ruang ICU. Dan yang mendapat giliran terakhir adalah Bayu.
Bayu bersiap untuk masuk tepat setelah Bu Rani dan Bu Titi keluar, namun Pak Dimas menghalangi langkah Bayu dengan memegangi tangan Bayu saat ia akan meraih gagang pintu ruang ICU.
“Kanapa, Pa?” Sontak Bayu terkejut dengan apa yang dilakukan Papanya.
“Sebaiknya kamu jangan masuk menemui Rury.”
Kali ini bukan hanya Bayu yang terkejut dengan jawaban Pak Dimas.
“Kenapa Bayu gak boleh masuk?” Tanya Bayu dengan nada sedikit meninggi.
“Rury butuh istirahat.” Jawab Pak Dimas singkat.
Jelas Bayu tidak bisa menerima jawaban dari Papanya, “Bayu ini temannya, temannya dari kecil. Bayu hanya ingin melihat keadaannya, Bayu tidak akan menganggu istirahatnya.”
Pak Dimas justru menarik tangan Bayu, menariknya secara paksa dan membawa Bayu sedikit menjauh dari ruang ICU.
“Pulanglah, keberadaanmu disini tidak akan memperbaiki keadaan. Justru hanya menambah masalah.” Kata Pak Dimas setelah melepaskan tangan putranya.
“Bayu masih belum mengerti, Bayu berusaha diam dengan semua ini. Tapi kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi? Dan Kak Reza? Papa harus jelakan semuanya!”
“Papa akan jelaskan semuanya, tapi tidak sekarang dan bukan di sini. Kau peduli pada keselamatan Rury?”
“Bayu yakin Papa tahu apa jawabanya.”
“Kalau begitu pulanglah, tunggu Papa di rumah!”
“Semua perdebatan ini tidak akan berakhir sampai Bayu menuruti kata-kata Papa, benar begitu?”
Pak Dimas menarik nafasnya dalam-dalam, menghadapi kedua putranya sebenarnya merupakan hal yang cukup mudah bagi Pak Dimas. Karena saat dia berbicara pada kedua purtanya, ia seperti sedang bercermin.
“Bay,”
Bayu tidak bicara apa-apa lagi, ia hanya berjalan menuju area perkir RS, meninggalkan Pak Dimas.
“Kenapa kau ini mewarisi keras kepala ibumu, Bay?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam [COMPLETED]
Storie d'amoreAku mencintaimu dalam diam. Menyayangi secara tidak langsung. Hanya berani melihat dari kejauhan. Tak berani menyapa apalagi menyentuhnya Mencintai dalam diam, tanpa rasa takut akan kehilangan. Karena Allah telah menyiapkan yang terbaik bagi hamba-N...