Out of Reach Pt.2

200 24 8
                                    

Tidak! Dia harus kumiliki! Jika aku tidak memilikinya, tak seorangpun bisa.

Aku sendiri yang akan menulis takdirku. Dan Jeon Jungkook harus ada di dalamnya.

"Apa yang akan kau lakukan malam ini, Jungkookie?" Kami sedang duduk di bangku taman. Aku yang mengajaknya.

"Tidur." Ia mengangkat bahunya sekilas.

"Kau tahu bukan itu yang kumaksud." Aku menolehkan wajahku, menatapnya.

Apa aku belum bilang? Jeon Jungkook punya netra sekelam malam, hidung selancip sabit, bibir pink yang memikat, dan surai hitam kemerahan yang lebat. Aku bisa memuji keparat tampan ini seharian.

Mendengar responku, Jungkook menghela nafas berat.

Demi tuhan, aku bisa mendengar hatiku hancur berantakan. Rasanya seperti dirajam beribu tombak.

Aku tau arti helaan nafas itu. Penolakan.

Aku sungguh-sungguh mencintaimu, Jungkook. Benar-benar cinta sampai sakit rasanya. Aku sampai di titik dimana saat melihatmu, yang kurasakan hanya perih. Perih karena kamu tidak mau mengerti. Cobalah, Jungkook. Cobalah mengerti, bahwa kamu membunuhku perlahan.

Tidak, tentu saja aku tidak mengatakan kalimat-kalimat menyesakkan itu. Aku tidak sanggup melihat reaksinya nanti.

"Aku mengerti." Akhirnya, ini yang terucap dari bibirku.

Jungkook menolehkan wajahnya.

"Aku sangat menyayangimu, Sanhee. Tapi tidak dalam konteks itu."  Lirihnya pelan.

Tamparan kenyataan lagi-lagi membuat aku tidak berdaya. Bagaimana bisa ia mengucapkan kalimat itu dengan begitu entengnya?

Gejolak keputus-asaan menggelapkanku. Aku mengepalkan tangan sampai-sampai kurasa kuku-ku menancap di telapak tanganku.

"Tidak, Jungkook." Aku berdiri menghadapnya. Aku tatap mata kelamnya lekat-lekat, berusaha mengintimidasi. "Kurasa kita sudah cukup saling menyakiti disini. Sekarang kau yang tentukan. Kau jadi milikku, atau tidak sama sekali !? "


Bahkan sampai akhir, kurasa akulah sang bajingan egois yang memuakkan.

Midnight Truth [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang