Shoes

128 17 14
                                    

Aku ingat sepatunya, putih.

Aku ingat bagaimana ia membubuhkan cat putih pada solnya, supaya warnanya semakin putih.

Setiap jumat sore, ketika kami bersembunyi di halaman belakang  bangunan tua dekat rumah. Bau besi berkarat memenuhi udara.

"Kenapa mesti di cat?" Aku bertanya.

"Udah kotor," jawabnya.

"Cuci aja kenapa sih?"

Aku ingat ketika ia memakaikan sepatunya padaku, supaya aku berhenti terantuk batu.

Aku ingat ketika ia berlari pergi, telanjang kaki, menjauh.

Tiga.

Dua.

Satu.

Aku ingat bagaimana truk itu menghempaskan dirinya ke tanah, menghancurkan setiap tulang yang ada di dalam, membunuh dia, cintaku.

Aku akan meninggalkan rumah, menuju tempat yang lebih indah.

Aku akan melupakanmu, cinta. Maafkan.

 Maafkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Midnight Truth [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang