Prolog

9.6K 657 18
                                    

'Ha' laki-laki itu menggeliat. Gusar. Keringat dingin keluar dari tiap pori-porinya. Keningnya berkerut. Bibirnya digigit. Matanya tepejam kuat. Tangan-tangannya memegangi perut dan alat vitalnya. Mengusap dengan kasar agar rasa aneh menyakitkan yang sedang dirasakannya hilang. Ia terlihat frustasi. Sama frustasinya seperti laki-laki kecil di sampingnya.

Jihoon tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia ingin memanggil bantuan, namun tak bisa meninggalkan laki-laki ini juga. Ia juga ingin membantu, tapi takut menyakitinya. Laki-laki itu masih mengusap kelaminnya, mengocok keatas dan kebawah.

"Biar kupanggilkan dokter." kali ini Jihoon benar-benar akan pergi. Ia tak tega membiarkan orang itu menahan kesakitannya selama lima jam.

"Ja--jangan. Nant--thi orang l-lain tahu."

"Lalu aku harus bagaimana? Kau sudah seperti ini sejak lima jam yang lalu."

"Bi--iarkan ssebentar lagi. Biasanya hanya tujuh jam." suaranya melemah, Jihoon benar-benar tidak tega. Ia tahu, ia sungguh tahu bagaimana rasanya. Menyakitkan jika kau tidak melepaskan gairahmu. Tapi laki-laki di hadapannya beruntung, pheromonnya tidak telalu kuat untuk mengundang alpha. Tak seperti dirinya yang harus mengurung diri ketika heat-nya terjadi. Mungkin juga karena saat ini mereka tengah berada di gudang olahraga yang memisahkan kelas Alpha-Beta dengan Omega, dimana jam pelajaran masih berlangsung.

"Apa ini heat pertamamu?" Jihoon tak biasanya banyak bicara seperti ini. Hanya saja, ia tertarik dengan lelaki itu. Bukan-bukan! Bukan tertarik dalam artian romanse tapi tertarik karena ia juga mengalami hal yang sama.

Laki-laki itu menggeleng sebelum Jihoon bertanya lagi. "Apa--apa orang tuamu tahu?" laki-laki itu kembali menggeleng. Jihoon menghela napas, "Siapa namamu?"

"Wonwoo." suara laki-laki itu mulai stabil dan mungkin heat-nya sudah berhenti. Jihoon menghampirinya, setelah menjaga jarak empat meter dari laki-laki itu. "Kau baik-baik saja?"

Wonwoo masih mengatur napasnya. Pakaiannya sudah tidak beraturan dengan campuran keringat dan sperma dimana-mana. Alat kelaminnya masih berdiri tegak. Membuat Jihoon memfokuskan perhatiannya pada benda yang berukuran lumayan itu. Wonwoo tahu laki-laki kecil yang menyelamatkannya dan membawa ia ke gudang itu memperhatikan penisnya sejak tadi. Ia malu, tapi tak bisa berbuat banyak.

"Kau tak keberatan jika aku melepaskannya disini? Aku takut ada yang melihat kalau harus mnenyelesaikannya di kamar mandi."

Muka Jihoon memerah. Ia segera merubah posisi duduknya membelakangi Wonwoo. "Silakan." Entah ia harus menyesal atau tidak, karena setelah itu terdengar desahan dan geraman kecil dari laki-laki yang ia temukan sedang mengalami heat di wilayah Alpha. Jihoon benar-benar tidak menyangka kenapa laki-laki omega itu tidak membawa obatnya, ketika ia tahu ia seorang omega?

Jihoon menggigit bibirnya. Fuck. Desahan laki-laki itu membuat Jihoon tegang. Ia melirik bagian selatan tubuhnya dan benar saja, si kecil Jihoon muai bangkit dari tidurnya.

"Apa kau masih lama?"

"Ah-hha. Ssh ssedikkit llagi. Biasanya ia cepat turun. Fuck fuck! Cepatlah turun! Ahh Arrgh." Wonwoo mengumpat, setengah berbisik sensual.

"Cepat selesaikan!" Jihoon benar-benar tidak kuat, suara laki-laki itu benar-benar membuatnya teransang. Tanggannya bahkan sudah berada di dalam celananya, mengusap ujung penisnya yang mengeras. Sssh, Jihoon menggigit bibirnya lebih kuat, ia tak bisa mengeluarkan desahannya disini, di tempat ini, dengan orang asing. "Aahh nnh." Sial-sialan! Kenapa deshan laki-laki itu semakin kencang.

Masa bodo. Masa bodo dengan citranya. Jihoon tidak sabar. Pikirannya kacau. Tubuhnya sudah penuh akan gairah. Tangan yang awalnya hanya menyentuh pucuk penis, kini mulai menjalar pada bagian batang. Memijat-mijat pelan sebelum mengocok dengan cepat. Tubuhnya merapat pada tembok. Memposisikan penis antara tembok dan tubuhnya. Sambil mengocok, ia juga menggesekkan penisnya. Mencari posisi yang memberikannya sensasi luar biasa.

Hide Your HeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang