11

5.1K 495 130
                                    

Lee Jihoon mengatur napasnya, sesekali tersedak saat akan terbatuk. Dadanya naik turun tak beraturan. Keringatnya bercucuran. Tangan kecilnya masih menutupi area kelenjar pheromonnya. Ia meringkuk di celah antara dua bangunan bertingkat. Sisi gelap yang bahkan tak bisa dilihat oleh orang dalam jarak dekat.

Jihoon bisa gila. Ia tak bisa bebas sekarang. Orang-orang itu sudah tahu kalau dirinya omega. Sialan. Seharusnya pheromon sialan ini tak menguar begitu saja tadi. Kalau tadi ia tidak segera berlari ke kamar, laki-laki itu tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

Oh, tidak. Membayangkan keemungkinan terburuk pun sudah membuat Jihoon gemetaran. Tidak-tidak. Ia tak ingin berada di situasi seperti itu lagi. Ia tak ingin melihat wajah-wajah para alpha yang seketika berubah mengerikan. Terutama Soonyoung. Jihoon menyadari bahwa laki-laki itu yang pertama kali tertarik dengan baunya. Ia hampir saja menyerang Jihoon dengan tiba-tiba. Kalau saja Jihoon tidak lihai.

Suara riuh di ujung sana menyadarkan Jihoon pada situasi sekarang. Dimana ia terhimpit dengan pheromon yang masih kuat menguar. Jari-jari kecilnya menekan tiap inchi dari area itu dengan harapan dapat menutupi baunya. Laki-laki itu tak mau peduli jikalau usahanya akan sia-sia. Ia hanya berusa semaksimal mungkin agar kemungkinan buruk tidak akan terjadi.

Orang-orang yang berlalu lalang di ujung sana sempat berhenti beberapa kali untuk sekedar menatap ke arahnya. Mereka mungkin hanya memastikan bahwa sesuatu berasal dari sana. Beruntung kebanyakan dari mereka tak peduli dan kembali berjalan. Namun tak menutup kemungkinan apabila seseorang terpanggil karena baunya. Jihoon menggigit ujung bibirnya. Ia hanya berharap menemukan satu pil supresant, bodoh sekali ia tak membawa barang itu walau biasanya selalu hadir dalam saku celana untuk jaga-jaga.

Ia jadi tahu, kenapa banyak orang yang tak ingin jadi omega. Rasanya menakutkan. Apalagi ketika kau masih belum punya mate. Atau masih ingin menjalani kehidupan normal yang tak ingin terikat oleh apapun. Juga, ketika tak sengaja berada dalam situasi semacam ini. Jihoon merinding. ini benar-benar menakutkan. Kalau ada cara, walaupun itu terdengar mustahil, ia akan lakukan demi mengembalikan birth sex nya kembali menjadi beta.

Jihoon memutar kepalanya dengan cepat ketika merasakan langkah seseorang berhenti diujung sana. Ia tak bisa melihat dengan jelas rupanya. Tapi yang pasti seseorang itu adalah alpha. Pheromonnya sangat kuat sampai-sampai indra penciumnya hanya terfokus pada bau itu.

Seketika tubuhnya bergetar lalu membeku. Pheromon alpha itu mengendalikannya. Ini mengerikan. Terutama ketika jihoon tak tahu siapa orang yang sedang berjalan mendekat itu. Entah mengapa tiba-tiba saja ia berharap bahwa itu Soonyoung. Setidaknya ia tahu bagaimana sosok seorang Kwon Soonyoung.

Langkah kaki itu menekan kuat pada tanah, menciptakan suara gesekan yang cukup kencang. Ditambah langkahnya yang tergesa. Jihoon hanya meminta hal yang terbaik saja. Ia bukan dalam posisi yang bisa memilih sekarang. Ia juga sudah lelah menyalahkan takdir yang menurutnya tak adil.

Hembusan napas terdengar berat dari orang itu. Jihoon menutup matanya.

“Kau berhutang nyawa padaku.”

Seketika matanya terbuka lebar. Setitik airmata jatuh. Ia bersyukur bahwa setidaknya satu keinginaan miliknya terkabul. Orang yang ada dihadapannya. Kwon Soonyoung.

Jihoon merasa tubuhnya terangkat. Tangan kekar Soonyoung melilit kuat tubuhnya. Ia tak bisa mengelak. Ia membiarkan Soonyoung membawanya pergi, keluar dari celah sempit yang sesak itu. Melewati kerumunan orang yang ternyata banyak sekali, entah tertarik oleh baunya atau pheromon Soonyoung. Ia juga dapat melihat beberapa alpha menggeram. Lalu ada Seungcheol juga yang lainnya. Tiba-tiba matanya tertuju pada satu titik. Ia melihat Wonwoo. Jelas seorang Jeon Wonwoo. Laki-laki itu pun melihat dirinya. Tapi Jihoon mengerti, tak ada yang bisa dilakukan laki-laki itu. Dan memang apa lagi yang diharapkan Jihoon? Ia sudah tertangkap bukan?

Hide Your HeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang