Tet! Tet! Tet! Tet! Tet!
Suara alarm memenuhi seluruh ruangan itu.
Arryn segera bangun dan mematikan alarmnya sebelum ibu tirinya terbangun.
Nama gadis itu Arryn Minerva, dan hari ini adalah hari pertamanya di Sekolah Sorarian, dan dia tidak ingin terlambat pada hari pertama.
Dengan segera Arryn menyiapkan hal-hal ang diperlukannya untuk sekolah. Dia hendak menyiapkan sarapan untuk keluarganya, ketika dia melihat ibu tirinya, berdiri di tangga, dengan menggendong bayi yang baru lahir itu.
"Kenapa kamu belum menyiapkan sarapan ha? Apakah kau tidak tau kalau saya sudah bangun?! Dasar anak kurang ajar! Cepat siapkan sarapan untukku dan bayiku!", teriak ibu tirinya.
"Ma-maaf bu, tadi aku baru selesai siap-siapin buku buat ke sekolah nanti bu.", jawab Arryn sambil menuruni tangga untuk menghampiri ibu tirinya.
PLAK!
Ibu tirinya menampar pipi kanan Arryn dengan keras, sehingga menimbulkan sebuah bekas berwarna merah pada pipi kanannya.
"Berani-beraninya kamu panggil gue Ibu! Gue bukan ibu lu! Wanita pecundang itulah ibumu! Gue tuh cuman ibunya Nico! Ngerti ga lu? Jaga sikap lu! Dasar anak sialan!", kutuk ibu tirinya.
Ibu tirinya segera menuruni tangga, dan duduk di meja makan, sambil bermain-main dengan Nico, bayi barunya.
Arryn harus berusaha keras agar air matanya tidak tumpah. Dia sudah berjanji agar tegar.
Arryn menuruni tangga, dan berjalan meuju dapur, untuk memanggang roti untuk dia dan ibu tirinya.
Setelah menyiapkan sarapan, Arryn segera berangkat ke Sekolah barunya, dengan mengendarai sepeda pemberian ibunya dulu.
Sesampainya di gedung sekolah Sorarian, dia segera mengunci ban sepedanya, dan berjalan menuju ruang kepala sekolah.
"Permisi pak.", sapa Arryn.
"Ah! Kau pasti Arryn Minerva, murid pindahan dari sekolah Antarian. Saya adalah Christopher Maxwell, kepala sekolah. Ibu Tay akan mengantarmu menuju kelasmu. Semoga berhasil nak.", kata Pak Chris.
Ibu Tay membawanya ke sebuah ruangan, dengan label 11A tergantung diatas pintunya.
Setelah menunggu beberapa saat, Ibu Tay memanggilnya untuk masuk, dan memperkenalkan dirinya didepan kelas barunya.
Arryn melangkah masuk ruangan itu, dan seketika juga, semua murid-murid mulai berbisik satu sama lain.
"Salam kenal, namaku Arryn Minerva, aku pindahan dari Sekolah Antarian.", kata Arryn dengan suara selembut mungkin.
Arryn melihat seisi kelas itu, dan menangkap sebuah sosok yang menarik perhatiannya.
Laki-laki itu berambut biru tua, dengan sepasang mata berwarna kuning mentega, yang menatapnya tanpa ekspresi apapun dimukanya.
"Baiklah Arryn, kau bisa duduk disebelah Ethan, dan Ibu akan segera memulai pelajaran hari ini.", kata Ibu Tay sambil menunjuk laki-laki berambut biru tua itu.
Arryn dengan gugup berjalan menuju meja yang kosong disebelah laki-laki itu dan segera meletakkan tasnya dilantai, dan duduk disamping Ethan.
"Hai, nama gue Ethan Jackson, salam kenal. Gue ketua kelas 11A.", kata Laki-laki itu, tanpa mengubah ekspresinya sedikit pun. Dia menyodorkan tangannya, hendak menjabat tangan Arryn.
"Sa-salam Kenal, Arryn Minerva.", jawab Arryn dengan menjabat tangan Ethan.
"Lu gausah takut begitu, gue ga makan orang kok.", jawab Ethan.
"G-gue ga maksud gitu..", balas Arryn.
Ethan tidak membalasnya, tetapi malahan memerhatikan Ibu Tay yang sedang mengajari Sejarah Yunani. Tetapi, Ethan tersenyum. Hanya sedetik, dan itu membuat jantung Arryn berdebar dua kali lebih kencang dari biasanya.
Mungkin bersekolah disini tidak begitu buruk, batin Arryn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside The Dream
JugendliteraturHidupnya sudah sangat susah. Berbagai masalah yang harus dilewati Arryn, membuat Arryn selalu memikirkan kesalahan apa yang dibuatnya sehingga masalahnya bertumpuk. Ketika semuanya sedikit membaik, dia harus pindah ke sekolah lain. Dia selalu berp...