Chapter 8

46 3 0
                                        

Pelajaran kali ini selesai dengan sangat cepat, membuat Arryn bingung.

Mungkin aku menyukai pelajaran ini atau aku suka guru yang ngajar, atau pengen cepet-cepet latihan biar bisa interogasi Ethan?, batin Arryn.

Arryn mengenyahkan pikiran itu dan mulai merapihkan barang-barangnya yang berserakan di atas mejanya. Dari ujung matanya, Arryn dapat melihat Ethan menghampirinya, tetapi dia pura-pura tidak melihat. Setelah semua murid sudah keluar dari kelas, Ethan memecahkan keheningan.

"Gue tau banyak pertanyaan yang lu mau tanya gue. Dan gue bakal jawab semuanya kok, jadi tenang aja. Terus, nanya santai aja. Gue bakal jawab."

Arryn hanya terdiam, memikirkan pertanyaan apa yang akan ditanyakan terlebih dahulu.

"Tadi gue tidur, jadi lu kerjain dialognya sendirian? Atau lu minta bantuan dari Joe?", tanya Arryn.

"Kerjain sendiri.", jawab Ethan; singkat, padat, dan jelas.

Arryn menjadi ragu. Ethan menjawab pertanyaannya dengan singkat. Apa dia marah? Atau malas menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan Arryn?

Arryn merasakan tatapan dari Ethan. Ethan sedang memperhatikannya dengan lekat, tanpa menunjukkan ekspresi apapun, yang membuat jantung Arryn berdetak dengan cepat.

Ethan mendesah, memutuskan eye contact mereka.

"Lagi-lagi lu salah paham. GAAAAA! Gue jawab pertanyaan lu dengan SPJ biar lebih cepet!", jelas Ethan dengan tidak sabar.

Arryn tertawa. Dia geli melihat sifat Ethan yang sangat tidak sabaran, seperti anak kecil.

"Yaudah deh! Biar cepet, kita latihan dulu nanti baru gue interogasi lu. Setuju?", tanya Arryn.

Setelah beberapa saat, Ethan pun mengangguk.

***

Setelah selesai bersiap-siap, mereka pun mulai.

Ethan, yang memegang dialog di tangan kiri, dan memegangi tangan Arryn di tangan kanan, berkata :

"Juliet, aku sangat mencintaimu. Jangan tinggalkan aku.."

Ethan mengelus tangan mungil Arryn yang berada di genggamannnya. Tangan itu mungil, tetapi kasar. Ethan bingung kenapa tangan seorang perempuan bisa sekasar ini. Biasanya tangan seorang perempuan halus, dan lembut. Tetapi tangan Arryn berbeda.

Menunggu jawaban dari sang Juliet, Ethan pun menoleh untuk melihat wajah Arryn.

Wajahya bersemu merah, memelototi tangannya yang sedang digenggam Ethan. Bukannya melepaskan genggamannya, Ethan memegang tangan itu dengan lebih kuat. Tetapi, tanpa disadarinya, mukanya pun bersemu merah.

Tanpa menuggu jawaban dari Juliet, Ethan pun melanjutkan dialognya.

"Tidak! Kita bisa pikirkan jalan keluarnya. Jangan tinggalkan aku...", lanjut Ethan.

Tiba-tiba Ethan terkejut melihat apa yang harus dilakukannya. Tertulis degan jelas di kertas itu :

(Romeo pun menarik Juliet dalam sebuah pelukan yang hangat.)

Bukan hanya Ethan, tetapi gadis didepannya pun terkejut  melihat apa yang tertulis di dialognya.

Ethan sangat yakin bahwa dia tidak menambahkan adegan ini dalam dialognya. Ethan mencoba untuk berpikir kembali, apakah dia menambahkan adegan ini. Dia sama sekali tidak meninggalkan komputer, tetapi dia juga yakin bahwa dia tidak menambahkan adegan ini. Lalu dia teringat sesuatu. 

Dia meninggalkan komputernya satu kali, ketika membawa Arryn menuju sofa itu.

Berarti ada seseorang yang menambahkan adegan ini pada dialognya, tanpa diketahui olehnya.

Tetapi akhirnya Ethan memutuskan untuk melakukannya.

Tekadnya bulat.

Dia pun menarik Arryn kedalam pelukannya, memeluknya dengan erat.


Inside The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang