Chapter 2

47 6 0
                                    

Selama pelajaran itu berlangsung, Arryn selalu memerhatikan bulu merak yang berada di tangannya.

Bulu merak itu, yang Arryn anggap seperti jimat, adalah pemberian almarhun ibunya sebelum ibunya meninggal. Setiap kali Arryn memegang jimat itu, dia selalu berasa bahwa ibunya ada bersama dengannya, disampingnya.

Arryn melirik Ethan yang berada disampingnya, yang dengan serius mencatat semua tulisan yang ditulis oleh Ibu Tay di papan tulis. Arryn pun segera mengeluarkan buku catatannya, dan mulai mencatat.

***

KRIIIIIIIIIIINGGGGGGG!!!

Bel mulai berbunyi, menandakan waktu sarapan pagi. Beberapa murid membuka jendela, membuat angin sepoi-sepoi bertiup masuk ke ruangan itu. Arryn hendak mengeluarkan bekalnya ketika dua orang murid menghampiri mejanya.

"Salam kenal Arryn! Nama gue Samantha, semoga kita bisa jadi sahabat ya!", kata seorang perempuan berambut panjang.

"Nama gue Jessica, salam kenal dan selamat datang di sekolah Sorarian.", kata perempuan disebelahnya, yang berambut cokelat.

"O-oh, salam kenal...", jawab Arryn.

Samantha menjabat tangan Arryn, dan seketika melihat jimatnya.

"Waaahhh... Bulu merak ya? Bagus banget... Gue liat ya!", kata Samantha, sambil mengambil bulu merak itu dari meja Arryn.

Arryn tidak merespon. Dia ingin mengambilnya kembali, tetapi dia sudah susah payah mencari teman, dia tidak akan menghancurkan pertemanan ini.

Seketika itu juga, angin berhembus menuju arah meja Arryn, dan jimatnya terbawa angin, dan tersangkut disebuah pohon diluar jendela kelasnya.

Arryn merasa hatinya seakan remuk. Jimat itu sudah menggantikan ibunya selama 5 tahun, dan sekarang jimat itu tersangkut di sebuah pohon.

"Aduhhhhh... Maaf ya Arryn... Gue ga sengaja...", gumam Samantha.

"Lu gimana sih? Kok ceroboh gitu?!", bentak Jessica.

"Ahh.. Gapapa kok.. bulu merak kan bisa dibeli lagi.", jawab Arryn dengan ramah.

BRAK!

Suara itu menggema keseluruh kelas, dan Arryn menoleh kearah sumber suara itu.

Dia melihat Ethan, berdiri diatas balkon, dan menggapai jimatnya Arryn.

Hening.

Tidak ada yang mengeluarkan suara.

Ethan meloncat kembali ke kelas, berjalan menuju Arryn dan meletakkan bulu merak itu diatas meja Arryn.

"Nih, tadi pas Ibu Tay ngajar gue liat lu liatin ini melulu. Pasti berharga buat lu. Jaga baik-baik.", kata Ethan memecahkan keheningan.

Belum sempat Arryn berkata terima kasih, Ethan sudah berjalan keluar ruangan itu, dengan ekspresi datarnya.

Meninggalkan Arryn dengan wajah yang bersemu merah.

Inside The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang