Chapter 7

28 5 1
                                    

Selesai memakan spaghetti, mata Arryn terasa berat dan beberapa saat kemudian, dia tertidur pulas menyandari sesuatu yang tidak diketahuinya.

***

Ketika Ethan hendak memanggil Arryn untuk melanjutkan dialognya, sesuatu bersandar kepadanya.

Dia melihat kearah itu dan melihat Arryn,yang masih memegang garpu di tangan kanannya tertidur pulas di bahunya. Ethan ingin membangunkannya, tetapi melihat kantung mata di bawah mata gadis itu.

Ethan mendesah, menggendong Arryn dengan bridal style, dan meletaknya di sofa.

Ethan mengambil jaket yang dari tadi belum dia pakai, dan menaruhnya diatas kakinya agar Arryn tidak kedinginan di perpus ber-AC ini.

Ethan pun kembali menuju komputer itu, dan melanjukan dialog itu sendiri.

***

KRIIIIIIIIIIIIIIIIIIINGGG!!!

Bel sekolah berbunyi, melegakan Ethan. Dia telah menyelesaikan dialog itu tepat waktu. Syukurlah.

Ethan hendak meninggalkan perpus ketika mengingat Arryn.

Ethan pun berjalan menuju sofa, dan melihat sosok Arryn yang masih tertidur pulas. 

Masa bel sekeras itu dia ga kebangun sih, batin Ethan.

Ethan pun dengan lembut menggoyangkan tangan Arryn.

"Arryn, waktu makan siang udah selesai, cepet bangun.", kata Ethan.

Arryn pun duduk tegak, dan mulai mengusap matanya dengan dua tangan.

"J-Jam berapa nih?", kata Arryn dengan nada malas.

"12 pas. Cepetan, nanti kita telat. Atau ga gue gendong lu lagi nih.", jawab Ethan.

Mendengar kata "gendong lagi" Arryn terlihat terkejut dan segera berdiri.

"Apa maksud lu gendong lagi?", tanya Arryn.

Tetapi Ethan tidak menjawabnya, karena dia sudah berjalan menuju pintu keluar perpustakaan.

***

Arryn pun segera berlari untuk mengejar laki-laki berambut biru tua itu. Tetapi, pikiran Arryn masih berada di perpustakaan. Dia masih memikirkan perkataan Ethan tadi. Apa maksudnya dengan "gendong lagi"? Mengapa dia bilang lagi? Jaket siapa yang ada di kaki gue? Tetapi tiba-tiba sebuah pertanyaan terlintas di kepalanya. Siapa yang menaruhnya di sofa? Dia sangat yakin bahwa dia tertidur di sebelah Ethan.

Arryn, yang sekarang sudah berjalan disebelah Ethan, akhirnya memutuskan untuk menanya pertanyaan yang dari tadi melayang-layang didalam kepalanya.

"Ethan, gue mau nanya. Perasaan tadi gue tidur di sebelah lu kan. Siapa yang mindahin gue ke sofa?", tanya Arryn.

Ethan menoleh kepadanya, dengan tatapan tak percaya campur geli. Apa pertanyaannya sangat aneh?

"Aduhh... Bisa mikir pake logika ga? Kalo misalnya ada orang mindahin lu ke sofa. Gue mana tau lu ada di sofa? Terus, masa lu gatau sih itu yang lu pegang itu jaket gue?", jawab Ethan dengan nada mengejek.

Arryn diam.

Apa yang dikatakan Ethan benar, berarti yang gendong aku...., batin Arryn.

"Tadi lu yang gendong gue ke sofa terus kasih jaket lu?!", kata Arryn nyaris berteriak.  

"SSHH!", balas Ethan tak kalah hebohnya.

"Seriusan?!", kata Arryn sekarang dengan berbisik.

"Iyaaa! Dasar bebek!", jawab Ethan juga dengan bisikan.

Ketika Arryn hendak menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang lainnya, tanpa sadar mereka telah sampai ke kelas mereka yang selanjutnya.

***

Arryn masih memikirkan kejadian yang terjadi di perpustakaan.

Kejadian itu selalu ulang-ulang di benaknya, mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaannya. Tetapi jawaban yang selalu terpikir olehnya selalu tidak masuk akal atau jawaban yang terpikir tidak akan dilakukan oleh seorang Ethan.

Akhirnya, setelah menyerah untuk memikirkan jawabannya, Arryn memutuskan untuk mencatat apa yang dijelaskan guru.

Pokoknya pas latihan nanti, gue interogasi lu! Ethan Jackson!, batin Arryn sambil menatap tajam laki-laki itu seperti ingin memakannya dengan utuh.

Inside The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang