Chapter 12

27 3 0
                                    

Ethan pun mengambil tempat duduk disebelah Arryn.

Dia ga ada respon apapun, berarti ga apa apa gue duduk disini., batin Ethan.

Ethan mengeluarkan buku musiknya, dan mulai menyiapkan peralatan-peralatan yang akan dibutuhkannya. Ethan berpikir untuk mengajak Arryn untuk breakfast bersama, sampai dia tidak menyadari panggilan dari Arryn.

"Ethan.."

"Ethan..? Halloo...?"

"ETHAN!", teriak Arryn dalam kupingnya Ethan.

"ASTAGA! ADA APA? KENAPA? DIMANA? MENGAPA?", jawab Ethan refleks, menoleh ke arah Arryn.

"Pertama, gue udah manggil lu dari tadi lu ga nyaut. Kedua, disini. Ketiga, gue manggil lu mau ngomong.", jawab Arryn menjawab semua pertanyaan yang diajukan Ethan.

"Oke madam.", jawab Ethan dengan nada yang menggelikan.

Arryn sempat tersenyum geli selama beberapa detik sebelum dia mulai berkata, "Ethan, gue tau lu ga curiga sama sekali sama adik-adik kelas... Tapi gimana kalo mereka ada niat yang buruk?"

Ethan mendesah, dan menjawab, "Oke, gini aja. Kalo misalnya salah satu dari mereka ada yang ganggu lu, tinggal bilang ke gue. Gue yang urus buat lu."

Pertama Arryn masih keberatan untuk menimpakan keresahannya pada orang lai, tetapi akhirnya dia pun setuju untuk memberitakannya pada Ethan.

Arryn pun berterima kasih pada Ethan, yang membalas perkataannya dengan senyuman lebar.

Tetapi mereka tidak sadar tiga pasang mata yang memperhatikan gerak-gerik mereka, dengan mata berkobar api benci.

***

Setelah pelajaran musik selesai, Ethan mengundang Arryn untuk breakfast bersama, dan dia pun menyetujui rencana tersebut.

Ethanmengatakan bahwa dia mempunyai tempat rahasia hanya untuknya, dan diapun ingin menunjukkannya pada Arryn. Ethan pun membimbing Arryn menuju belakang sekolah, dan disana tampak sebuah gerbang tua yang sudah mulai berkarat. Ethan melangkah menuju gerbang itu, dan membukanya, mempersilahkan Arryn untuk masuk terlebih dahulu.

Arryn melangkah masuk dan melihat sekelilingnya. Rumput tumbuh liar dengan beberapa bunga warna-warni bermunculan. Ethan berjalan menghampiri sebuah pintu , yang dicat putih. Pintu itu nyaris tidak terlihat tertutupi semak-semak, dan ukurannya pun bisa dibilang kecil. Arryn pun menghampiri Ethan dan berdiri di sebelahnya, mengamati apa yang akan dia lakukan.

Ethan mengeluarkan sebuah kunci kecil berwarna kecoklatan, yang mempunyai motif daun. Dia berjongkok untuk mencapai lubang kunci itu. Ethan pun memasukkan kunci itu kedalam lubang kunci, dan memutarnya dengan gampang. Ethan pun mempersilahkan Arryn untuk merangkak masuk terlebih dahulu. Arryn pun merangkak, dan dia pun dapat berdiri lagi.

Arryn nyaris berteriak melihat apa yang berada didepannya.

Dibalik pintu itu, berbagai macam pohon tumbuh; dengan berbagai macam ukuran. Bunga berwarna-warni mekar sekeliling lahan itu, menghiasinya dengan warna. Puluhan kupu-kupu warna-warni berterbangan mengeilingi bunga-bunga itu, seperti sedang bermain dengan bunganya. Burung-burung bertengger diatas pohon, berkicau-kicau nada yang indah. Dan tampak sebuah sungai mengalir disebelah sebuah pohon apel yang besar, dengan air yang sangat jernih, sampai Arryn pun dapat melihat bermacam-macam ikan berenang didalam sungai itu.

Ethan yang melihat ekspresi takjub Arryn tertawa kecil, ia mengunci pintunya kembali dan berkata, "Bagus kan? Gue ketemu nih tempat belom lama. Gue jadi sering keini main deh. Dan mungkin beberapa burung disini udah kenal gue."

Inside The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang