Chapter 11

16 3 0
                                    

Ethan ih! Pagi-pagi udah bikin orang blush aja!, batin Arryn dengan marah.

Arryn sedang berjalan menuju kelasnya yang pertama. Musik. Pelajaran yang paling Arryn hindari. 

Arryn terus-menerus tercium bau Ethan dari jaketnya yang ia pakai. Bau jaket Ethan seperti baju yang sehabis di laundry. Baunya sangat menenangkan, sangat....

 Ah! Mikirin apa sih lu Arryn!!, batin Arryn.

Arryn dapat merasakan pasangan-pasangan mata yang meliriknya. Ia bisa melihat Ethan berjalan dibelakangnya, dengan membawa tas miliknya dan tas Arryn. Walaupun Arryn berjalan dengan santai, ia dapat mendengar bisikan murid-murid kelas sepuluh dengan jelas.

"Gila! Hari kedua udah pacaran!"

"Anak itu... Ethan punya gue!"

"Dia kira Ethan babunya? Masa tasnya sampe dibawain sih!"

Mendengar bisikan-bisikan itu, Arryn pun berhenti berjalan. Ethan menatapnya dengan bingung dan berkata,

"Kenapa Ar? Kepala lu pusing?"

"Balikin tas gue.", jawab Arryn.

"Hah? Kenapa tiba-tiba?", tanya Ethan dengan heran.

Aduh! Nih ana lemot banget sih!, batin Arryn.

"Orang-orang pada bisikin kita tuh!", jawab Arryn dengan bisikan.

"Ap- Ohh itu. Astaga. Gue kira apaan. Yaudah, gue yang urus.", jawab Ethan dengan santai.

Sebelum Arryn sempat menanyakan apa maksud Ethan, Ethan sudah menoleh kearah murid-murid kelas sepuluh itu dan berteriak,

"HALO! KALO KALIAN NGE-FANS SAMA KAKAK ARRYN, TINGGAL MINTA TANDA TANGANNYA AJA!" 

Arryn membeku mendengar perkataan Ethan. Bukan hanya Arryn, murid-murid tadi yang berbicara pun terdiam. Tetapi, teriakan Ethan tidak bisa menghentikan seorang murid perempuan.

"Kakak, kenapa Kak Ethan bawain tasnya kak Arryn? Emang kak Arryn gabisa bawa tasnya sendiri?", tanya murid perempuan itu, diikuti dengan anggukan-anggukan murid lain.

Arryn menoleh ke murid perempuan itu dan melihat seragamnya. Astrid, kelas X-B. Sebelum Arryn dapat menjawab pertanyaan Astrid, Ethan  telah menjawab pertanyaannya,

"Hm... Emang lu nyokap gue sampe lu segitunya peduli sama gue?"

Mendengar jawaban Ethan, Arryn pun tersenyum dalam hati.

Mantep bos!, batin Arryn.

Astrid, mendengar jawaban Ethan membeku ditempat. Mukanya memerah, dan akhirnya dia pun berlari menjauh dari Ethan. Beberapa temannya pun mengikutinya dari belakang.

"NAH! KARENA SUDAH HENING!", lanjut Ethan, "Siapa yang mau minta tanda tangannya kak Arryn?"

"Ethan, kan udah ga diomongin lagi gausah-"

"Shh!", potong Ethan.

Seorang murid, bernama Diana, berjalan perlahan menuju Arryn membawa satu lembar kertas dan sebuah pena.

"Kak Arryn, kalo ga keberatan, boleh minta tanda tangan sama foto bareng ga?", tanya Diana dengan malu-malu.

Arryn melongo mendengar perkataannya. 

Dan dalam sekejap, segerombolan murid telah berbaris, memegang selembar kertas dan sebuah pena.

"Bu-buat apa kalian mau tanda tangan kakak?", tanya Arryn dengan nada tergagap.

"Kita minta tanda tangan sama foto bareng sama orang yang unik seperti kakak. Kita juga sudah punya tanda tangan Kak Ethan kok!", jawab seorang murid diikuti anggukan-anggukan murid-murid yang lain.

Arryn menoleh kearah Ethan, dan Ethan pun mengangguk.

Dan selama 15 menit itu, Arryn menanda-tangani kertas-kertas atau buku, dan berpose untuk selfie.

Setelah Arryn berpose untuk murid terakhir, Arryn pun menghampiri Ethan yang sedang membaca buku musik.

"Hai.. ayo kita pergi..", kata Arryn dengan terengah-engah.

"Oh, udah selesai?", jawab Ethan.

Arryn mengangguk pelan. Ethan mengambil tas Arryn yang terletak dilantai.

Selama beberapa menit, mereka berjalan dalam keheningan.

"Um.."

"Kenapa Ar?", kata Ethan.

"Lu ga merasa aneh apa? Tiba-tiba dimintain tanda tangan sama ade kelas?", tanya Arryn.

Ethan berhenti berjalan. Arryn berdiri disampingnya.

"Yahh... Ga juga lah. Biasa aja sih.", jawab Ethan.

"Lu ga curiga... atau apa gitu?", tanya Arryn.

"Ya... Emang mereka mau apain gue?", jawab Ethan dengan santai.

"Iya juga sih...", jawab Arryn.

"Lu kebanyakan pikirnya. Sini gue peluk biar ga stress.", kata Ethan, merentangkan kedua tangannya.

"Ngarep lu!", jawab Arryn sambil berjalan menjauh dari Ethan.

"Canda doang sihh...", jawab Ethan.

Arryn dan Ethan pun berjalan menuju ruangan musik, tertawa dan berbicara, melupakan masalah-masalah mereka.



Inside The DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang