Sekelas melihat kearah Arryn.
Arryn pun terpaksa berkata, "Yaudah, gue bantuin lu latihan."
Ethan pun mengakhiri "rapat" itu dengan tenang.
Arryn hendak pergi menuju kantin untuk mengambil makanannya, ketika Ethan menahannya.
"Gue akan pergi ke perpus buat nyari dialog-dialognya. Kan ide lu, dan lu juga jadi Juliet sementara, jadi lu bantuin gue.", kata Ethan.
Arryn terbelalak mendengar ucapannya. Emang dia pikir aku ga makan siang?
"Trus gue makan siangnya kapan?", tanya Arryn dengan nada ketus.
"Lu gausa marah gitu. Di perpus bole makan, asal makanannya ga bau. Jadi, rela-in aja. Suka ga suka, gue bakal tetep tarik lu ke perpus sama gue.", balas Ethan dengan mantap.
Arryn berpikir sejenak. Tidak ada ruginya sih. Dan lagian, saat berada didekatnya, Arryn merasa sangat tenang. Dan hatinya berdetak dua kali lebih kencang.
"Ayo! Jangan melamun gitu.", kata Ethan sambil menggengam tangan Arryn dengan kuat.
Ethan hanya menatap lurus kedepan, tanpa melihat wajah bersemu Arryn.
***
Ethan menarik gadis ini menuju kantin.
Saat Ethan menoleh kebelakang, Arryn terlihat bingung. Mukanya mengatakan "Kenapa kita disini dan bukan di perpus."
Ethan sedang memerhatikan gadis yang digenggamnya ketika dia menyadari bahwa semua murid di kantin menghentikan aktivitasnya masing-masing dan menatap mereka dengan sorot mata tak percaya, seperti mereka adalah alien dari planet Mars.
"Murid baru langsung deketin cowo!"
"Calon ketua OSIS dan pasangan mesra-mesraan."
"Baru kenal udah pegang-pegangan tangan."
Mendengar komentar yang satu itu, Ethan menyadari bahwa sejak tadi dia menggegam tangan Arryn dengan kuat. Menyadari mereka sedang diomongi, Ethan segera melepas genggaman tangannya pada tangan Arryn.
Arryn pun segera sadar, dan menarik tangannya kebelakang.
"Ehm, Ethan lu tunggu disini aja dulu. Gue bisa beli makanan sendiri kok. Gabole ada bau kan? Beres.", kata Arryn dengan cepat, meninggalkan Ethan.
Cewe aneh, batin Ethan.
Tapi imut, tambah batinnya.
***
Setelah menunggu beberapa saat, Arry kembali membawa sepiring spaghetti ditangannya.
"Gue udah nih. Ayo.", kata Arryn.
Ethan pun membawanya ke perpus, dan segera membuka pintunya agar Arryn bisa masuk lebih dahulu.
Perpus disekolah ini bisa tergolong besar, dengan semua buku tersusun rapih sesuai dengan genre masing-masing. Bukan hanya sesuai genre, buku juga tersusun rapih sesuai dengan penulis buku masing-masing. Beberapa meja belajar tersebar dengan rapih diseluruh perpus. Terlihat beberapa murid sedang sibuk melihat laptopnya, atau buku yang sedang dipengangnya. Perpus disekolah ini juga tidak hanya menyediakan buku novel, tetapi juga menyediakan komik-komik, year book setiap tahun, dan masih banyak lagi. Disebelah belakang perpus, tersedia sebuah sofa yang panjang, dan sebuah meja belajar yang tidak kalah panjang juga berdiri didepan sofa itu.
Ethan melihat gadis yang disebelahnya. Gadis itu memandangi seluruh perpustakaan ini dengan kagum, seolah terbuat dari emas. Spaghetti yang dibawanya pun hampir terjatuh ke lantai jika tidak ditahan oleh Ethan.
"Bu, kalo mau liat-liat gapapa, tapi liatin bawang baraan juga ya.", kata Ethan meniru suara pramugara saat penerbangan akan dilaksanakan.
Arryn tersenyum malu, dan mengagguk pelan.
Ethan membawanya menuju deretan komputer yang berada disebelah kiri perpus.
"Ok. Biar adil, lu makan dulu. Tapi kalo gue mau nanya, lu berhenti makannya terus jawab gue. Dan abis lu selesai makan, giliran gue yang makan.", kata Ethan.
Arryn mengangguk setuju.
Ethan pun menarik salah satu kursi yang tersedia, dan duduk didepan sebuah komputer.
Mereka pun melakukan pekerjaan mereka masing-masing, dengan pikiran yang terpisah.
Ethan sedang mengetik dialognya, ketika Arryn tanpa sengaja menyentuh tangannya.
Ethan menoleh dengat terkejut, melihat bahwa Arryn dengan cepat berkata maaf.
Tetapi bukan itu yang mengejutkan Ethan.
Kenapa hati gue cepet banget detaknya?, batin Ethan.
Happy late Chinese New Year! :)
![](https://img.wattpad.com/cover/97084905-288-k970156.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside The Dream
Fiksi RemajaHidupnya sudah sangat susah. Berbagai masalah yang harus dilewati Arryn, membuat Arryn selalu memikirkan kesalahan apa yang dibuatnya sehingga masalahnya bertumpuk. Ketika semuanya sedikit membaik, dia harus pindah ke sekolah lain. Dia selalu berp...