Namanya Jeon Jungkook. Biasa dipanggil oleh teman-temannya Jungkook. Tapi kamu sering memanggilnya Kookie. Ia memiliki ciri khas, yaitu gigi kelinci. Ia pindahan dari Busan sejak 6 bulan lalu. Ia duduk di belakangmu. Mungkin karena posisi duduk itu, dalam sebulan kamu dan Jungkook sudah akrab.
Jungkook orangnya kalem, friendly, baik, usil, kadang pintar, kadang kalau ngomong gak difilter, suka meledek, suka menggodamu, dan juga kadang suka ngumbar aib. Wajah tampannya membuat ia menjadi most wanted di sekolah. Banyak para fansnya menuduhmu pacaran dengannya.
Kalo mereka tau sifat asli Jungkook, yakin deh, pasti gak jadi ngefans. Batinmu.
Beberapa kali Jungkook sengaja menendang-nendang kursimu dari tadi. Kamu diam saja, nanti juga Jungkook bosan sendiri. Tapi setelah 5 menit kemudian, Jungkook tetap saja tidak menghentikan aktifitasnya.
Ketika wali kelas sedang sibuk menulis materi di papan tulis, kamu menoleh ke belakang. "Sstt! Diem!"
Jungkook menaikan alisnya. "Gue kan udah diem,"
"Kaki lo!"
"Kaki gue gak kenapa-napa,"
"Jangan tendang-tendang!"
"(y/n)? Apa ada masalah?" tiba-tiba wali kelas memergokimu.
"Ah, itu, tidak ada," jawabmu sambil menggaruk-garuk kepala.
"Tapi sepertinya ada masalah dengan Jungkook yang harus cepat diselesaikan. Kalian bisa menyelesaikannya di bawah tiang bendera,"
Badanmu melemas ketika mendengarnya.
"Kalian bisa keluar sekarang,"
"Tapi--" kamu ingin membela diri, tapi melihat tatapan tajam dari wali kelasmu, kamu enggan menyanggahnya.
Seseorang menyenggol lenganmu. Dam ternyata Jungkook. Ia sudah berdiri di sampingmu. "Ayo,"
Kamu berdiri dengan malas dan berjalan keluar kelas bersama Jungkook.
"Heish! Kalo lu gak ganggu gak bakal gini!" keluhmu.
"Kalo lo gak ngeladenin, gak bakal ini," balas Jungkook.
Sepanjang perjalanan menuju bawah tiang bendera, kamu terus mengomel ke Jungkook yang pasti hanya dibalas dengan deheman saja.
"Sampe kapan kita gini? Panas ih," keluhmu ketika kalian masih tetap berdiri di bawah tiang bendera dengan sinar matahari yang menyengat, sedangkan bel istirahat tidak kunjung bunyi juga.
Kamu menoleh ke arah Jungkook, ia sedang menatap adik kelas sambil bersiul. Keringatnya menetes di pipinya.
"Dasar, muka lecek masih aja goda adek kelas," kamu mengeluarkan tisu dari kantongmu dan mengelap keringat Jungkook.
"Cie perhatian," goda Jungkook.
Kamu langsung melempar tisu ke wajah Jungkook.
"Sono suruh adek kelas beli minum dua. Kalo lu yang suruh pasti mau," perintahmu.
"Ntar aja pulang sekolah kita beli es krim,"
"Ya kan hausnya sekarang, masa nanti sih--eh?"
Tiba-tiba Jungkook menaruh jas seragamnya di kepalamu. "Muka lo kayak gembel, kasian,"
Awalnya kamu tersipu dengan perlakuan Jungkook, tapi langsung memukulnya habis-habisan ketika ia meledekmu.
"Eh, kabur yuk," ajak Jungkook.
"Kabur pale lu. Kita diawasin guru bk dari ruang guru tau,"
Jungkook tidak peduli dengan perkataanmu, dan langsung memegang tanganmu lalu menariknya menuju kantin.
"Kookie ih! Kalo dimarahin gimana!" omelmu ketika sampai kantin.
"Santai aja elah. Sumpah ya, lo kayak gembel," ledek Jungkook. Tetapi kemudian, ia menata rambutmu yang berantakan.
"Kookie ih, diliatin adek kelas malu tau," ucapmu pelan.
"Kenapa malu?" tanya Jungkook.
"Ya kan masa di sekolah--"
Jungkook memotong ucapanmu, "Masa di sekolah pacaran gitu? Santai ae kali, lo mah dibawa serius mulu,"
Kamu menjitak kepala Jungkook. "Pacaran pantat lo,"
"Lo dasar emang cewek badan kuli. Mainnya kdrt mulu tai,"
Kurang puas, kamu menjambak rambut Jungkook. "Ni anak sumpah gak kapok-kapok,"
"Aduh sayang sakitt,"
Dan kamu makin menjadi-jadi memukul dada Jungkook.
Kemudian Jungkook merangkul lehermu dengan erat hingga kamu merasa kesakitan. "Sakit sakit bege!"
"Makanya jangan gitu ama pacar. Gitu lagi, gue bakal cium lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Imagine; No More Dream
Fiksi Penggemarif your boyfriend is a BTS member