Bab. 7

549 29 0
                                    

Xiao Qing menyapu ruangan belakang seperti yang diperintahkan Bai Su-zhen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xiao Qing menyapu ruangan belakang seperti yang diperintahkan Bai Su-zhen. Di sana berjejer dua rak buku. Disampingnya terdapat sebuah meja panjang dengan alat tulis-menulis, buku, dan dua jambangan bunga di atasnya. Di luar ruangan, tampak sebidang halaman kecil yang ditumbuhi bunga-bunga mawar Cina dan serumpun bambu. Bai Su-zhen menginginkan supaya ruangan itu selalu diatur rapi, agar ia dapat memusatkan pikiran dan perhatiannya. Bai Su-zhen dan Xu Xian duduk berjam-jam di ruangan ini. Mereka mempelajari berbagai buku tentang obat-obatan. Bai Su-zhen menjelaskan beberapa prinsip dasar obat-obatan kepada suaminya.

Suatu pagi ketika mereka sedang asyik belajar, Xiao Qing datang.

"Ada tamu di luar."
Bai Su-zhen segera keluar menemuinya. Tak lama kemudian, ia kembali dengan wajah suka-cita.

"Kabar baik, Suamiku! Tuan Ma dan Tuan Li telah mengirim surat. Mereka memberitahukan bahwa toko kita terletak di tepi jalan besar dan siap dibuka. Semua telah lengkap. Mereka ingin tahu kapan kita datang."
"Baik betul mereka! Aku tidak perlu bersusah-susah dan semuanya telah siap. Aku siap berangkat sewaktu-waktu."
"Kalau begitu, sebaiknya kita berangkat pertengahan bulan depan," kata Bai Su-zhen memutuskan.
Xu Xian lalu mengunjungi keluarga dan kerabatnya.

Pada suatu hari yang cerah, ia berlari-lari masuk ke rumah, "Istriku, kakakku datang!
Untuk menjengukmu!"
Kakak Xu Xian berjalan mengikutinya dari belakang. Itu adalah kunjungannya yang kedua, dan ia mulai mengenal baik adik iparnya. Menurut Fu Yun, Bai Su-zhen adalah wanita dan istri yang cocok bagi adiknya.
Bai Su-zhen menyambut Fu Yun dan berkata,
"Hari ini, karena libur, kau punya waktu untuk berbincang-bincang bersama kami?"
"Aku tidak pernah libur! Tetapi karena adikku bercerita bahwa kalian segera pindah ke Suzhou untuk meresmikan toko obat kalian, jadi aku menyempatkan diri untuk datang kemari."
Bai Su-zhen mengajak Fu Yun ke ruang tamu untuk minum teh. Tak lama kemudian Xu Xian datang, dan ikut berbincang-bincang.
Bai Su-zhen membuka percakapan. "Di toko obatnya dahulu, gaji Xu Xian hanya dua ribu tail setahun. Ini jauh dari memadai. Itu sebabnya ia berhenti bekerja beberapa hari setelah kami menikah. Karena cukup mengenal seluk-beluk bidang obat-obatan, kami pun berminat membuka toko obat. Dan karena kabarnya di Suzhou banyak penyakit, maka kukirimkan dua orang bekas pegawai ayahku ke sana. Mereka kusuruh mencari tempat dan mengatur segala persiapannya. Kemarin, kami menerima surat. Semua telah siap. Sesungguhnya kami bermaksud mengunjungimu dalam waktu dekat untuk
berpamitan. Tetapi ternyata engkau sudah mendahului datang."
"Jadi, kalian benar-benar akan pergi dalam beberapa hari ini," kata Fu Yun. Raut mukanya
menyiratkan keharuan. Suaranya terdengar sedih.
"Begitulah."
Fu Yun memandang Xu Xian dan tersenyum
lembut, "Engkau akan membuka tokomu sendiri, dan istrimu telah menyiapkan segalanya untukmu."
Kemudian ia berpaling kepada Bai Su-zhen, "Adikku tidak berpengalaman, jadi kuharap kau bersedia membantunya. Ia terlalu jujur dan lugu."
"Engkau benar," kata Xu Xian membenarkan ucapan kakaknya. "Istrikulah yang mengusulkan untuk membuka usaha ini. Aku setuju, asal ia mau membantuku. Karena tidak berpengalaman, aku takut gagal."
Xiao Qing yang berdiri di pintu berkata kepada Fu Yun, "Kedua pegawai yang disewa kakakku adalah ahli-ahli yang berpengalaman. Kakakku sendiri ahli obat-obatan. Usaha ini memerlukan kerja sama."
"Oh," kata Fu Yun setengah berteriak. "Engkau pun ahli obat rupanya. Hebat sekali."
"Istriku pandai sekali di bidang ini. Separuh rumah ini berisi buku obat-obatan," kata Xu Xian bangga.
"Jadi, engkau akan membantunya," kata Fu Yun.
"Tidak, suamikulah yang akan menjadi majikan usaha ini. Dan karena saudaraku juga akan membantu, pekerjaan sehari-hari di toko tidak akan mendatangkan masalah."
"Engkau benar-benar rendah hati," kata Fu Yun.
"Setelah kalian berangkat, aku siap membantu bila sewaktu-waktu diperlukan."
"Kuharap hal itu tidak akan pernah terjadi," kata Xu Xian. "Kalau pun ada, aku akan menulis surat."
Fu Yun menjawab dengan mata berbinar-binar, "Nanti bila kalian kembali ke sini, kuharap kalian sudah mempunyai anak. Mereka pasti memerlukan perawat."
Xiao Qing menukas, "Sebaiknya kita makan sekarang. Entah kapan kita akan dapat bertemu lagi."
Bai Su-zhen mengulangi undangan itu dan memaksa Fu Yun untuk tidak cepat-cepat pergi.
Selesai makan, mereka masih bercakap-cakap. Baru sesudahnya, Fu Yun mohon diri, diantar Xu Xian sampai ke rumahnya.
"Adikku, istrimu sangat baik. Karenanya kau harus memperlakukannya dengan baik pula. Dan ingatlah! Bila nanti uangmu sudah menumpuk, berhati-hatilah terhadap kawan-kawanmu. Karena mereka akan dapat mendatangkan kesulitan.
Sungguh tidak adil bagi Bai Su-zhen."
"Ya, aku harus berlaku baik kepada istriku."
Setiba di rumah Fu Yun, Xu Xian segera berpamitan dan mengucapkan selamat tinggal.
Malam harinya Bai Su-zhen bertanya, "Bagaimana keadaan kota Hangzhou dalam beberapa waktu terakhir?"
Xu Xian menjawab, "Kudengar kantor Bendahara Kota kecurian uang sebanyak tiga ribu tail emas."
Bai Su-zhen menanggapi dengan hati-hati,
"Bukankah kantornya selalu dikunci rapat. Siapa yang berani mendobrak dan mencuri isi lemari?"
"Itulah anehnya, "jawab Xu Xian. "Kabarnya kuncinya tetap dalam keadaan baik dan dindingnya tidak dirusak. Uang menghilang begitu saja, seperti menguap di udara."
Bai Su-zhen menjawab, "Wah! Para pegawai yang tak jujur itu pasti akan memeras rakyat untuk mengganti uang yang hilang. Mudah-mudahan mereka tidak menangkap rakyat yang tidak bersalah."

Legenda Ular Putih (White Snake Legend) - Zhang Hen ShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang