Bab. 12

635 19 0
                                    

Setelah mendengar cerita Bai Su-zhen, Xu Xian merasa lega dan langsung tertidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendengar cerita Bai Su-zhen, Xu Xian merasa lega dan langsung tertidur.

Keesokan harinya, ia terbangun pagi sekali. Kegiatan di tokonya berlangsung seperti biasa. Bai Su-zhen memindahkan barang-barang mereka ke lantai atas. Walaupun toko sibuk, Bai Su-zhen tetap sanggup mengatasinya.
Ketika Xu Xian sedang bekerja di kantornya tiba-tiba ia mendengar seseorang berteriak di luar.
"Demi dewa-dewa, apakah majikanmu ada di rumah?"
Melihat Fa Hai yang datang, Xu Xian segera keluar menyambutnya.

Fa Hai memutar-mutar tongkatnya dan berkata, "Kita tidak dapat berbicara di sini.
Sebaiknya kita berbicara di balik dinding itu."
Karena tak mau menyinggung perasaan Fa Hai, Xu Xian menuruti saja usul Fa Hai.
"Apa yang akan Tuan bicarakan kepadaku?"
Fa Hai tersenyum, "Istrimu benar-benar telah minum anggur itu?"
"Ia mulanya menolak minum, namun akhirnya ia minum juga segelas."
"Lalu?" tanya Fa Hai.
"Ia mengeluh kurang enak badan, dan menyuruh saya meninggalkannya sendirian, karena ia ingin berbaring-baring. Ketika saya lihat ia sakit, saya pergi mengambil obat. Dan karena saya berpikir ia masih berada di tempat tidur, jadi saya sibakkan kelambu.
Ternyata di atas tempat tidur melingkar seekor ular putih yang sangat besar. Saya menjerit dan jatuh pingsan."
Fa Hai berkata, "Aku tidak membohongimu, bukan?"
"Ya! Tetapi istri saya mengatakan bahwa ia telah membunuh ular itu.Karena melihat saya terbujur tak bernapas lagi, ia lalu pergi ke sebuah gunung yang terpencil untuk mengambil sejenis rumput yang dapat menghidupkan orang meninggal. Berkat pertolongannya, saya dapat hidup kembali."
Fa Hai tertawa terbahak-bahak. "Cerita itu tidak seluruhnya benar, karena ular yang kau lihat itu sesungguhnya adalah bentuk asli istrimu. Tetapi cerita bahwa ia membunuh ular itu hanyalah bohong belaka."
"Tak mungkin!" teriak Xu Xian. "Saya sudah melihat sendiri bangkainya itu. Kepalanya terbelah."
"Itu adalah hasil ilmu sihir roh jahat itu. Benda yang kaulihat sesungguhnya bukan ular, tetapi hanya sehelai selendang. Bai Su-zhen-lah ular itu.
Suatu hari seseorang pasti akan membunuhnya," ramal Fa Hai.
"Selendang?" kata Xu Xian tak percaya. "Jadi cerita bahwa ia pergi ke gunung dan mencuri rumput itu juga tidak benar?"
"Mengenai hal itu ia tidak berdusta. Sebenarnya maksudku datang ke mari untuk mengajakmu menjadi pendeta. Karena istrimu adalah roh ular, sebaiknya tinggalkan saja dia!"
"Tuan berbicara seakan-akan ia berbahaya bagi orang banyak," protes Xu Xian. "Padahal ia tidak pernah menyakiti siapa pun. Jadi, mengapa saya harus meninggalkannya?"
Fa Hai tertawa mengejek, "Ternyata engkau sungguh-sungguh bodoh. Manusia adalah manusia, tetapi iblis berbeda. Tampaknya ia tidak membahayakan sekarang, tetapi lain kali, ia akan menyakitimu. Dengan demikian kalian tidak akan saling menyakiti."
Namun karena Xu Xian tidak pernah bercita-cita menjadi pendeta, ia pun segera menjawab, "Biar saya mempertimbangkannya terlebih dahulu."
"Aku tahu, kau pasti akan menolak," kata Fa Hai. "Tetapi, setelah nanti kaulihat keahlian para pendeta Budha..."
Fa Hai melempar tongkatnya ke tanah. Tiba-tiba tongkat itu berubah menjadi seekor naga besar berwarna keemasan. Kemudian ia mengibaskan jubahnya, dan segera meloncat keatas punggung naga itu sambil berkata, "Aku akan kembali dalam sepuluh hari lagi untuk mendengar jawabanmu."
Dalam sekejap, pendeta dan naga itu terbang ke langit dan hilang dari pandangan.

Legenda Ular Putih (White Snake Legend) - Zhang Hen ShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang