Bab. 18

428 16 0
                                    

Beberapa hari setelah pesta, Li Ren melihat Xu Xian menggendong anaknya.

"Xu Xian, hari masih pagi. Kalau tak ada pekerjaan di rumah, mari kita berjalan-jalan sebentar ke danau."

Dengan senang hati Xu Xian menuruti ajakan kakak iparnya.

Sesampai di jalan Bai Ti, dalam perjalanan pulang dari danau, seseorang memanggil Xu Xian.

"Xu Xian. Sudah lama kita tidak bertemu."

Jantung Xu Xian serasa hendak berhenti berdetak. Fa Hai!

Sekalipun merasa terperangkap, ia tetap menghampiri sang pendeta dan membungkuk memberi hormat kepadanya.

"Memang. Sudah lama sekali kita tidak bertemu," jawabnya.

"Kau berhasil melarikan diri dari Zhenjiang. Tetapi aku selalu berhasil menemukanmu kembali," kata Fa Hai.

"Sudah kukatakan berkali-kali, aku tidak ingin menjadi pendeta," kata Xu Xian cepat-cepat.

Fa Hai memandangnya dan berkata, "Aku tak mau berbicara di sini. Terlalu banyak telinga yang ikut mendengarkan. Tetapi terlebih dahulu kau harus menyadari keadaanmu."

Xu Xian merasa senang pendeta itu tidak mendesaknya. Lalu ia cepat-cepat pergi, setelah mengangguk kepada Fa Hai.

"Apa yang diinginkan pendeta itu?" tanya Li Ren. Rupanya ia tidak mendengar percakapan mereka.

"Oh, ia dulu pernah menolongku," kata Xu Xian. Ia berusaha berbicara wajar. "Ia ingin minta sedekah."

Li Ren tidak bertanya lagi. Tetapi hati Xu Xian diliputi kebimbangan, bagaimana ia harus bercerita kepada Bai Su-zhen mengenai pertemuannya dengan Fa Hai. Akhirnya ia memutuskan untuk berdiam diri, takut membuat Bai Su-zhen khawatir, karena ia baru saja melahirkan.

---

Beberapa hari berlalu tanpa kejadian yang berarti.
Hingga suatu hari, ketika Bai Su-zhen sedang menyisir rambut di depan meja rias, Xu Xian memandanginya tak berkedip.

"Ada sesuatu yang aneh pada diriku? Mengapa kau tak berhenti memandangku? Bukankah aku hanya menyisir rambut?" tanya Bai Su-zhen.

Xu Xian menepuk bahu istrinya sambil berkata,
"Sementara engkau menyisir rambut aku mencium bau yang sangat harum. Ini membuatku terkenang kembali pada hari-hari pertama pernikahan kita, saat kau suruh aku menyematkan bunga-bunga di rambutmu. Sekalipun kejadian itu sudah setahun berlalu, tetapi aku tidak pernah bosan mengingatnya dan memandangimu."

Sambil memandang ke cermin, Bai Su-zhen mengalihkan pembicaraan.
"Karena sekarang cuaca mulai dingin, aku merencanakan untuk segera menyewa perahu. Kita pindah ke San Xiang."

"Suatu tempat yang tenang," kata Xu Xian,
"Maksudmu kita pindah ke sana, agar para pendeta tidak dapat menemukan kita?"

Tiba-tiba Nyonya Jiang memanggilnya, "Tuan Xu, ada seorang pendeta yang ingin bertemu denganmu."

Xu Xian tersedak.

"Ia ingin menemuiku?" tanyanya lemas.

Apa lagi ketika dilihatnya Fa Hai berjalan ke arahnya sambil berteriak, "Xu Xian! Hari ini aku datang sendiri."

Xu Xian berlari ke ruang utama dan mengangguk di depan pintu. Ia berkata, "Ah, Pendeta Fa Hai. Silakan masuk."

Fa Hai tetap berjalan dan mengangguk-anggukkan kepalanya dengan angkuh.

"Aku membawa senjata," teriaknya. "Bawa Ular Putih ke hadapanku. Cepat!"

Xu Xian melihat Fa Hai mengeluarkan sebuah mangkok besar tempat menaruh uang sedekah dari dadanya, lalu diulurkannya kepada Xu Xian. Xu Xian tak berani memegang benda itu. Ia mundur beberapa langkah ke arah dinding.

Legenda Ular Putih (White Snake Legend) - Zhang Hen ShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang