Bab. 11

841 20 0
                                    

Tersebutlah sebuah pegunungan yang sangat terkenal, E Mei namanya. Pegunungan itu terletak di bagian barat daya propinsi Sizhou. Puncak-puncaknya saling berhimpitan, sementara di lerengnya terdapat gua-gua besar yang dalam. Untuk mendaki hingga ke puncaknya, dibutuhkan waktu sekurang-kurangnya dua hari dua malam.

Suhu di puncak gunung sangat dingin. Di musim panas pun, orang harus memakai baju tebal yang hangat. Dan karena cuacanya itu, hanya pohon pinus, cemara, dan beberapa jenis bunga saja yang dapat tumbuh di sana. Di hutan hanya beberapa jenis burung yang sanggup bertahan hidup. Tak mengherankan bila tak seorang manusia pun sudi menjejakkan kakinya di tempat itu. Pada hari-hari paling dingin di musim salju, air hujan langsung menjadi bongkahan-bongkahan es.

Dari pegunungan inilah Bai Su-zhen berasal. Di suatu tempat yang terpencil di daerah itu, terdapat sebuah gua besar, yang dikenal dengan nama Gua Awan Putih. Bai Su-zhen lahir dalam bentuk seekor ular putih. Namun selama ribuan tahun, binatang ini tak pernah mengganggu siapa pun. Di tempat ini pula Bai Su-zhen mempelajari ilmu sihir. Setelah belajar dengan tekun dalam waktu yang cukup lama, akhirnya ia menjelma menjadi seorang wanita muda yang sangat cantik.
Pada suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan, Bai Su-zhen bertemu dengan Rui Zhi, peri yang memiliki ilmu sihir yang sangat tinggi. Bai Su-zhen tahu bahwa peri itu memiliki kesaktian yang tak tertandingi. Karena itu ia bermaksud mendatanginya.
Setelah berkenalan, Rui Zhi menanyakan asal-usulnya. Cerita Bai Su-zhen membuat peri itu merasa terkesan, sehingga Bai Su-zhen pun diterima menjadi muridnya.
Sejak saat itu Bai Su-zhen mempelajari berbagai macam ilmu sihir, seperti cara menguasai hujan dan angin; cara mengubah diri menjadi bermacam-macam bentuk. Dari Rui Zhi, Bai Su-zhen juga mendengar berbagai cerita tentang kehidupan manusia di dunia.
Ia merasa tertarik dan mulai berangan-angan untuk meninggalkan gunung sepi yang telah menjadi tempat tinggalnya selama ribuan tahun. Ia ingin pergi melihat dunia ramai.
Pada suatu malam, saat langit cerah diterangi sinar bulan, hati Ular Putih sedih karena kesepian.
Karenanya ia memutuskan untuk berjalan ke luar dari guanya. Di langit, tampak sebuah bola raksasa yang memancarkan sinar kehijauan. Ia tahu bahwa itu adalah adiknya, Ular Hijau, yang sedang asyik berlatih Tari Pedang. Ketika dilihatnya Ular Putih datang, Ular Hijau segera berhenti menari.
"Sudah larut malam!" kata Ular Putih kepada adiknya. "Kau terlalu rajin berlatih. Tidakkah engkau merasa lelah?"
"Tidak, sama sekali tidak. Aku hanya merasa bosan tinggal di tempat ini. Terlampau sepi bagiku! Dan karena tidak ada kesibukan apa pun, maka aku berlatih menari," jawab Ular Hijau.

"Kebetulan sekali," kata sang kakak pula. "Tak tahu mengapa, aku juga merasa bosan."
"Bagaimana kalau kita turun gunung dan bersenang-senang di sana?" usul Ular Hijau.
Dengan hati gembira Ular Putih menerima usul adiknya. Lalu keduanya pergi ke Jiangnan, tempat Xu Xian tinggal. Di sanalah awal mula cerita tentang Bai Su-zhen dan Xiao Qing.
Saat itu, ketika Bai Su-zhen sang jelmaan Ular Putih tiba di puncak Gunung Kun Lun untuk mencari obat untuk Xu Xian, ia teringat akan rumah lamanya.
Ingin rasanya ia menangkap awan lalu pergi berkunjung ke tempat itu.
Namun hal itu tak mungkin dapat ia lakukan, karena waktunya sangat terbatas. Ia melihat gumpalan awan di kejauhan yang menutupi ceruk bukit. Ia segera tahu bahwa di tempat itu tinggal Peri Tua dari Kutub Selatan. Karena itu ia harus lebih berhati-hati. Tetapi dari bunyi gesekan pohon dan angin yang berhembus, ia segera tahu bahwa tidak ada seorang pun di sana.
Jejeran pohon pinus berdiri berhadap-hadapan, menuju puncak dua buah gunung yang letaknya berdampingan. Di puncaknya terdapat pohon-pohon cemara dan bambu. Di sanalah tempat para peri berdiam.
Bai Su-zhen berjalan mendekati puncak gunung lalu bersembunyi di bawah sebuah pohon pinus yang tinggi.

"Jadi di sinilah istana Peri Tua dari Kutub Selatan," kata Bai Su-zhen di dalam hati.

"Akan segera kutemui dia, lalu kuceritakan semua kesulitanku kepadanya. Aku akan memohon agar ia berkenan memberi Rumput Abadi kepadaku. Kalau ia merasa kasihan, ia pasti akan memberikan rumput yang kuminta. Namun, bila ia sedang sibuk, atau seandainya ia juga tak berani memberikan rumput itu kepadaku tanpa izin dari para dewa yang lebih tinggi, maka semua usahaku akan sia-sia," pikir Bai Su-zhen.
Akhirnya ia memutuskan untuk mencuri rumput itu.

Legenda Ular Putih (White Snake Legend) - Zhang Hen ShuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang