15

983 180 12
                                    

"Ya, Ros ya, temenin gue, please,"

Rose memandang Jennie yang terus merengek padanya sedari tadi. Jennie berkali-kali bertingkah sok imut demi meluluhkan Rose tapi tak ada yang mempan. Rose masih tak mau menuruti keinginan Jennie.

"Kenapa harus sama gue? Gue mager banget elah. Lagian besok itu cuma latih tanding. Nggak faedah banget, Jen," Jennie cemberut mendengar penolakan Rose, "Lagian juga ngapain lo nonton futsal? Lo ngerti aja kagak,"

"Jangan bego-bego amat, Ros. Jelas dia nonton buat Jaewon lah," celetuk Lisa yang membuat Jennie memelototinya.

"Ya ampun, Jen. Lo diapain Jaewon sampe lo baper sama dia, ha?" Keluh Rose setelah mengusap wajahnya.

"Apaan sih? Gue nggak baper ya. Gue cuma penasaran soalnya dari kemaren dia juga nawarin gue nonton tandingnya," sanggah Jennie. Rose, Lisa, dan Jisoo memutar mata jengah.

"Temenin aja, Ros. Gue nggak bisa soalnya. Gue ada ngerjain tugas sama si Lisa ada urusan dirumah," sesal Jisoo, "lagian lo deket sama Jaewon jadi ya you know what i mean lah," lanjut Jisoo dalam bisikan agar Jennie tidak mendengar.

Yah, Rose, mau tak mau memang harus mengiyakan. Karena perasaannya juga mengatakan sesuatu mungkin terjadi.

-0-

"Jadi, ini AK Futsal? Emang anak futsal sering ke sini?" Tanya Jennie polos.

"Iyalah, Jen. Elo sih mainnya kalo nggak ke perpus sama Eunwoo ya ke dance room sama klub lo," kata Rose melihat respon Jennie.

"Ya kan gue banyak tugas, Ros. Cape gue tuh. Pak Tukutz galak banget sama gue akhir-akhir ini," curhat Jennie tiba-tiba sambil menatap Rose memelas.

"Nggak usah curhat soal Pak Tukutz. Gue anak IPS, nggak ada pelajaran kimia," jawab Rose enteng sambil mengibaskan tangan tanda tak peduli.

Jennie mendecih kesal menatap Rose. Tapi, senyumnya kembali saat melihat sosok Jaewon ditengah lapangan kecil berjaring itu. Sibuk menggocek bola mencoba melewati pemain berseragam berbeda.

"Kita telat banget nggak sih, Ros?" Tanya Jennie lagi.

"Banget pake banget sekali, Jen. Ini udah mau selesai, babak dua tinggal 2 menit lagi tuh," jawab Rose sambil menunjuk papan LED yang menunjukkan skor dan sisa waktu pertandingan.

Jennie mengeluh kecewa, tapi apa boleh buat tugas dari Pak Tukutz guru kimianya membludak dan harus diselesaikan hari itu juga kalau Jennie tidak ingin kewalahan nantinya. Lagipula dalam dua menit terakhir dia menatap Jaewon, menggiring bola, tampak kesulitan melewati lawan, tapi beberapa detik kemudian,

"GOLLLLL!!!!!" jerit Jennie histeris dari sudut mengalahkan suara peluit berakhirnya pertandingan hingga membuat Rose terlonjak kaget. Beberapa penonton dari sekolah lain juga tak kalah terkejut dan langsung memusatkan perhatian mereka pada Jennie yang kini melompat-lompat kegirangan. Membuat Rose melangkah menjauh sedikit karena terlalu malu.

"Jen, please, lo malu-maluin gue woy," bisik Rose dari jarak dua meter.

"Bodo. Yang penting Jaewon ngegolin," Jennie menjulurkan lidahnya acuh. Dan tanpa memperdulikan teriakan Rose, Jennie langsung berlari meninggalkannya. Menghampiri Jaewon yang kini telah berada di luar lapangan karena pertandingan sudah berakhir. Jennie ingin mengucapkam selamat dan mengatakan pada Jaewon bahwa Jennie menepati janjinya tempo hari.

"Jae--" baru Jennie membuka mulut hendak memanggil Jaewon, langkahnya terhenti. Senyum lebarnya pelan-pelan turun, berganti dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"Jen, kok berhen--" Rose juga tak menyelesaikan kalimatnya. Menyadari apa yang sedang dilihat Jennie sekarang.

Sekitar 6 meter dari mereka, Jaewon berada di sana. Di dalam pelukan Lee Hayi, dari kelas 11 IPS 3. Salah satu gadis populer sekolah mereka. Dalam pelukannya, Jaewon tersenyum senang. Membuat dada Jennie tiba-tiba terasa sesak.

Rose membeku, ingin bicara tapi melihat Jennie membuat lidahnya kelu. Ketika Rose berhasil melemaskan lidahnya untuk bicara, Jennie sudah melangkah pergi. Pergi dengan mata yang terus mengeluarkan tangis.

***

Kok jadi sinetron gini sih :""""

Salah OrangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang