#
Pada akhirnya, aku seperti halnya sebatang pohon kering yang menyedihkan itu. Yang dulunya tumbuh kokoh dengan ribuan dedaunan hijau dan ranting yang beranak cabang, kini tersisa tinggal rangka batang yang rapuh, menunggu tumbang diterpa angin..
menjelma kesendirian yang utuh.. Menjelma kesedihan yang menenggelamkan seluruh jiwa dan raga.
#
Tidurlah, peluk benakmu yang tengah terluka. Rangkul hatimu yang tengah menangis.
Biar sekejap perasaan ini terlepas dari cengkraman perih.
Biar sekejap saja pikiran ini tenang dalam damainya malam yang tak panjang.#
Irama sendu alunan musik yang bergema, menyisir jiwa yang sepi. Menyapa sayang pada tangis yang mengalir. Mengusap lembut pada rindu yang tak terucap.
#
Biar sejenak benak ini berpikir, melintasi alur-alur memori yang telah dilalui penuh luka.
Biar sejenak jiwa ini mengeluh, tentang letihnya Ia menopang asa..#
Ibaratkanlah raga ini adalah sebuah tiang jalanan yang takkan pernah kesepian karena dilewati banyak pejalan kaki yang berlalu-lalang. Namun sejatinya Ia berdiri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Hati
PoetryHanya segurat catatan hati seorang melankolis yang tertuang dalam tulisan tak tentu makna. Bukan sebuah karya professional, silakan dibaca jika suka. Tinggalkan jika tak berkenan Terimakasih