Kau termenung diujung sana.
Menatapi semua orang yang berlalu-lalang.
Terdiam membisu melihat keramaian.
Melirik sendu kesepian yang menertawaimu.Apa bedanya kau dengan mereka.
Barisan tiang jalanan yang berdiri disana.
Yang tak pernah sendirian.
Namun menelan kesepian yang menyedihkan.Tersenyum mengulum tangis.
Memamerkan topengmu pada semua orang.
Yang bahkan tak peduli dan tak sedikitpun,
sekedar melirik kearahmu.Sungguh tragis sekali hidupmu.
Didatangi ketika kau dibutuhkan.Lalu menjadi yang terbuang setelahnya.
Tak berguna lagi.Seumpama sebuah buku catatan.
Yang digunakan saat polos isinya.
Dan ditinggalkan setelah penuh terisi.
Dibuang dan tak diingat lagi.Terlupakan, itulah dirimu.
Sebuah nasib mutlak yang melekat pada hidupmu.
Dispesialkan kemarin hari.Dan bukan apapun di keesokan harinya.
Tiang jalanan.
Kau dan mereka sama.
Dibutuhkan namun teracuhkan.
Disepelekan namun berharga.Ya, Tiang jalanan.
Tetap berdiri kokoh meski terabaikan.
Setia menemani mereka yang berlalu-lalang.
Sama sepertimu bukan?Kau yang selalu hadir dihadapan mereka.
Ada disaat mereka membutuhkanmu.
Dan tak di anggap ada setelahnya.
Namun kau tetap bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Hati
PoezieHanya segurat catatan hati seorang melankolis yang tertuang dalam tulisan tak tentu makna. Bukan sebuah karya professional, silakan dibaca jika suka. Tinggalkan jika tak berkenan Terimakasih