Ia menengadahkan kepalanya menantang langit.
Merasa kuat dan hebat .
disertai gelimangan dosa dalam genggamannya.
Dibutakan oleh gemerlap duniawi yang membuainya.Dia terlena oleh segalanya.
Melupakan kodratnya sebagai manusia biasa.
Mengabaikan sebuah pertanda yang menegurnya.
Tak menyadari takdir lain mengintainya.Bergulirnya waktu meraih tangannya dalam penyesalan.
Takdir yang mengintainya telah tiba.
Merenggut separuh jiwanya.Mengubur separuh napasnya dalam jurang penyesalan.
Apa yang didapatnya?
Hanya air mata dan penyesalan yang tak berguna.
Meratapi atas hilangnya belahan hati.
Yang takkan pernah kembali.Sujud bersimpuh, bersimbah tangis.
Memohon ampun pada Yang Maha Kuasa.
Merelakan jiwa dan raga untuk-Nya.
Merajut sisa alur hidup tanpa gairah.Menyadari tiada yang kekal di alam raya ini.
Seperti jiwanya yang hanyalah titipan Ilahi
Ucap dzikir tak lepas dari lisannya.
Memohon ampun atas segala dosa-dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Hati
PoetryHanya segurat catatan hati seorang melankolis yang tertuang dalam tulisan tak tentu makna. Bukan sebuah karya professional, silakan dibaca jika suka. Tinggalkan jika tak berkenan Terimakasih