bonus: Yuta dan Sana

908 108 11
                                    

Yuta ngeliatin Sana yang nampak semangat itu. Pas Nayeon udah pergi, Yuta baru teringat sesuatu.

Ini Taeyong beneran lupa sama dia apa gimana?

Segitu menariknya Im Nayeon sampai fokus Taeyong cuma tertuju ke gadis itu dan malah lupa sama teman seperjuangannya.

Yuta senang sebenarnya, dia jadi punya lebih banyak waktu untuk berduaan sama Sana.

Ya, Yuta udah lama suka sama cewek ini. Hal ini bukan rahasia lagi bagi teman-temannya.

Sejak beberapa tahun yang lalu, tepatnya ketika mereka masih menjadi seorang mahasiswa baru, Yuta sudah menaruh perhatiannya pada gadis bernama lengkap Minatozaki Sana ini.

Siapa juga yang nggak merhatiin maba yang jelas-jelas dilarang buat ngewarnain rambut sewaktu menjalani masa-masa ospek dan gadis ini malah datang di hari kedua ospek dengan rambut pirangnya dan dengan berani menantang salah satu senior.

Ya... walau pada akhirnya Sana harus kena hukum juga sih.

Tapi sejak itulah Yuta mulai tertarik. Menurutnya, Sana itu gadis unik, menarik sekaligus misterius.

"Ya udah, ini kita langsung pulang aja atau gimana?" tanya Sana tiba-tiba memecah lamunan Yuta.

"Oh... ah iya, yuk pulang. Udah sore juga."

Akhirnya Yuta dan Sana keluar dari kafe dan berjalan menuju halte bus.

Huft, untung Taeyong nggak lupa bayarin makannya Yuta.

🔷

Yuta dan Sana duduk berdampingan di halte bus. Setelah lima belas menit menunggu akhirnya bus merekapun tiba. Namun sial, ini jam padat dimana semua orang akan pulang kerumah masing-masing setelah beraktifitas seharian ditambah lagi ini akhir pekan, jadilah Yuta dan Sana nggak kebagian tempat duduk.

Sebenarnya Sana tadi udah duduk, tapi ya dasarnya cewek ini baik jadi dia mempersilahkan seorang ibu yang membawa anaknya untuk duduk di kursi yang dia dudukin. Alhasil dia ikutan berdiri bareng Yuta.

"Lo berdiri disini deh San," kata Yuta sambil ngegeser posisi berdiri Sana yang awalnya di samping menjadi di hadapannya.

Sana sih nurut aja, soalnya dia juga nggak nyaman berdiri di keramaian. Apalagi dia pakai rok pendek. Kalau ada Yuta di belakangnya seperti ini, entah kenapa dia merasa aman.

Sepanjang perjalanan, entah emang jalanannya yang jelek atau si supirnya ugal-ugalan, yang pasti busnya jadi banyak bergerak. Kadang supirnya suka tiba-tiba belok kiri, kanan terus ngerem mendadak. Penumpang bus jadi riweuh dan terombang-ambing. Tapi Sana nggak ngerasain itu semua karena kedua tangan Yuta yang berada di kedua sisi tubuhnya yang menjaga Sana dari marabahaya.

 Tapi Sana nggak ngerasain itu semua karena kedua tangan Yuta yang berada di kedua sisi tubuhnya yang menjaga Sana dari marabahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(kira-kira kayak adegan yang ada di reply 1988 ini)

Yuta sebenarnya udah pegal banget. Tapi demi Sana dia rela bersakit-sakitan.

🔷

Akhirnya sampai juga di halte tempat Sana turun, Yuta merasa nggak gentle dong kalau dia biarin Sana jalan pulang sendirian. Apalagi hari udah menjelang malam.

"Gua anterin ya?"

"Nggak usah Yut, udah mau malam ini."

"Justru itu, ayo daripada kemalaman," Yuta tanpa aba-aba langsung menggenggam tangan Sana.

Sana jadi ngeblank tiba-tiba Yuta megang tangan dia gitu. Mukanya jadi merah.

"Yang mana rumah lo?"

"E-eh? I-itu yang pagar putih," ucap Sana gugup sambil nunjukin Yuta yang mana rumah dia.

Sesampainya di depan rumah Sana, gadis itu bukannya langsung masuk rumah tapi malah berdiri hadap-hadapan sama Yuta. Rasanya nggak etis aja kalau dia langsung masuk gitu aja.

Yuta yang sadar kalau Sana nggak langsung masuk rumah memilih memecah keheningan. "Yaudah, masuk gih. Udah malem."

"Iya Yut. Thanks ya, udah nganterin sampai rumah," Sana senyum terus berbalik hendak membuka pintu pagar rumahnya sampai tiba-tiba Yuta ngomong...

"San, boleh minta id line lo?"

f i n?

INI BONCHAP YANG KU JANJIKAN. MUAHAHAHAHAHAHAHA

✔ dare to try? +태용Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang