Aroma kopi yang menguar dari mesin mekanik yang begitu lihai mengolah biji-biji kopi menjadi sebuah ampas bubuk yang menyapa indera penciuman kini sudah memenuhi ruangan minimalis itu.
Jemari lentik seseorang menekan pengait yang ada di mesin tersebut membuat si mesin berhenti, tangan mungilnya mengeluarkan wadah berisi bubuk kopi yang sudah di olah tadi dan ia tuangkan beberapa sendok kedalam cangkir kecil untuk di seduh.
Setelah beberapa menit mengaduk, kaki mungilnya berjalan menjauh keluar dan naik melewati anak tangga yang tak terlalu banyak itu dengan dua cangkir kopi di kedua tangannya.
Knop pintu di putar perlahan dan pintu bercat biru muda itu terbuka, menampilkan kondisi kamar yang begitu berantakan dimana di sana, diatas ranjang king size itu ada seorang namja yang terlelap dengan posisi yang sungguh tidak wajar.
Seseorang yang baru memasuki kamar itu meletakkan dua cangkir kopi itu di nakas, kemudian ia dudukkan tubuhnya di tepi ranjang, melihat sosok yang terpejam itu dengan senyum geli.
Tangannya perlahan terangkat, memainkan rambut si pangeran tidur dengan nakal, terkikik ketika sang pangeran tidur menggeliat terganggu karena ulahnya.
Mata terpejam itu sedikit demi sedikit terbuka, menampilkan senyum tipis dan merentangkan kedua tangannya guna memancing sosok yang kini tengah terduduk di sisinya itu kedalam pelukannya. Dan Berhasil.
Keduanya berpelukan beberapa saat, berusaha menikmati moment yang terjalin meski hanya berbagi kehangatan saja.
"Kau bau, kau bisa membunuhku jika terus memeluk tubuhku seperti ini." kekehan ringan terdengar sebagai jawaban. Pelukan itu mengendur dan terlepas. Pria bermata sendu itu tersenyum sangat manis, ia sangat bahagia ketika ia bangun yang ia temukan pertama kali adalah sosok manis dihadapannya ini.
"Aku mencintaimu, wajar aku melakukan itu."
"Baiklah, aku sudah membuatkanmu kopi. Kita minum bersama ya!"
Keduanya menyesap aroma kopi yang menguar dan menikmatinya bersama di pagi yang sangat bersahabat ini. candaan ringan sempat mereka keluarkan guna mencairkan suasana, tawa renyah keduanya menggema di ruangan minimalis ini.
"Luhan, Aku sangat mencintaimu. Menikahlah denganku." Pria bermata sendu itu menatap lawan bicaranya yang bernama Luhan dengan serius. Ia bahkan sudah tak peduli dengan kopi yang masih ada di genggamannya.
"Apa kau yakin dengan ucapanmu, Sehun?"
"Ya, aku yakin."
"Tapi aku belum."
Seberkas cahaya tiba-tiba saja muncul menyilaukan mata. Warna putih memenuhi gambaran kornea dan sedikit demi sedikit memudar dan berganti dengan warna lain di susul oleh bentuk.
"Kau tak akan menghadiri upacara kelulusan?"
Ternyata mimpi lagi...
Pria jangkung bernama Kris itu membuka seluruh tirai yang menutupi kamar ini, sudah seminggu ini ia begitu jengah dengan tingkah sahabatnya. Bayangkan saja, Sehun –Sahabat karibnya- itu hanya bisa mengurung diri di kamar, menyendiri bagaikan mayat hidup yang putus asa akan takdirnya yang berakir di surga atau neraka.
"Sampai kapan kau akan terus seperti ini, Sehun?" Kembali Kris melontarkan pertanyaan baru setelah pertanyaan pertamanya tak mendapat respon.
"Kau terpuruk karena kepergian Hyejeong? Atau karna Luhan yang mengalami kecelakaan?" Kembali Sehun masih diam di ranjangnya, menatap kososng ke langit-langit kamar, seakan hanya ada dirinya saja di kamar ini.
" Dengar! Apa kau tahu kalian berdua, kau dengan Luhan itu sama-sama bodoh?" Lanjut Kris menyindir.
"Kris, bagaimana kondisi Luhan?" Sehun mengalihkan pertanyaan. Kris hanya bisa mendecih, ia tak mengerti dengan jalan pikiran Sehun. ia memang sudah menjenguk Luhan dan melihat sendiri bagaimana kondisi pria bermata Rusa itu. tapi ia tak ingin menceritakan apa yang ia lihat kepada Sehun jika nantinya hasilnya sama saja bagi keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impact
Teen Fiction[HunHan - Chaptered] Luhan begitu membenci Sehun, orang asing yang tidak bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuat padanya dimasa lalu. Tapi sebenarnya dibalik itu Sehun memiliki alasan tersendiri atas sikapnya pada Luhan. Mungkin itu memang...