Part 14

1.3K 92 39
                                    

Embun-embun menetes dipagi ini, menuruni setiap kelopak daun baik di pohon maupun di tanaman sekitar, hawa minus menyeruak pasca hujan seharian penuh sejak kemarin.

Mentari sedikit terlihat dari peraduannya namun hanya sekilas, karena wujudnya tertutupi oleh awan yang berbondong-bondong bergerak, menari dilangit menghiasi angkasa dengan wujudnya.

Sebuah taksi berhenti disebuah gedung rumah sakit, menurunkan seorang pemuda dengan setelan Casual yang membuat penampilannya terlihat pas di tubuhnya yang tegap dan tinggi. Kakinya melangkah masuk kedalam gedung ketika ia selesai membayar tarif Taksi yang ia tumpangi.

Menaiki Lift menuju lantai atas tempat yang menjadi tujuannya. Hari ini ia kembali kemari, ke rumah sakit untuk mengunjungi seseorang. Ia sengaja memilih bolos bekerja demi menemui orang ini. tak masalah baginya membolos beberapa hari, mungkin nanti ia hanya akan dikeluarkan dari Bank itu. baginya itu bukanlah perkara besar, karna ia juga mampu mencari pekerjaan sendiri, meskipun sebenarnya ia sangat berterimakasih atas bantuan Tuan Wu yang memberikannya pekerjaan. Oh Ayolah, Ia sedang serius untuk mengejar mimpinya, ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan lagi. Sudah cukup kebodohan yang ia lakukan karna melepas seseorang yang begitu berarti dihidupnya.

Langkahnya berhenti di depan kamar bernomor 17 itu, tangannya mengudara menunda niatannya untuk mengetuk ketika ia mendengar sebuah percakapan yang membawa namanya kedalam topik.

.

.

.

"Baekhyun.." Pria itu menghentikan aktivitasnya membuka tirai rumah sakit dan menoleh ke sosok yang tadi memanggilnya, memberikan senyum terbaiknya dan berjalan mendekat.

"Ya, Luhannie! Apa ada yang kau inginkan? Kau ingin sarapan sekarang? Aku panggilkan suster–"

"Ani, Baek!" Potong sosok itu –Luhan- "Aku tak ingin apapun, aku hanya ingin bertanya." lanjutnya membuat Baekhyun terdiam sesaat dan setelahnya mengangguk, membiarkan Luhan melanjutkan.

"Apa kau mengenal pria yang kemarin datang kemari?" Tanya Luhan dan itu sukses membuat Baekhyun terhenyak, pasalnya ia tak tahu harus menjawab apa karena ia tak mungkin menceritakan semuanya pada Luhan, Yumi sudah mengamanatkan akan hal ini. Tak boleh ada informasi apapun tentang Sehun yang harus Luhan dengar.

"Aku lihat kau dan yang lain mengenal pria itu. aku hanya penasaran, siapa dia sebenarnya. Aku merasa pria itu tak asing, Baek! Lalu kenapa kau bisa terlihat begitu membenci pria itu?" Kembali Luhan bertanya, berusaha mendesak Baekhyun untuk buka suara.

"Sehun, namanya Oh Sehun! dia bukan siapa-siapa. Aku tak akan membiarkanmu bertemu lagi dengannya. Dia Orang jahat, karna itu aku membencinya." Dan pada akhirnya Baekhyun melanggar aturannya. Baginya tak perlu ada yang ditutupi siapa jati diri Sehun kepada Luhan.

Sahabatnya ini berhak tahu siapa Sehun yang sebenarnya, lagipula Luhan sudah tak ingat apapun lagi jadi untuk apa ditutup-tutupi, percuma saja. Dan bagi Baekhyun, Sehun tak akan pernah berhak menemui sahabatnya ini. sudah cukup ia memendam kebenciannya terhadap pria itu, bahkan sejak dulu. Namun ia masih bisa tahan karna ia merasa tak berhak ikut campur saat itu, tapi untuk kali ini biarkanlah dia mengambil jalan ini untuk melindungi Luhan. Sahabatnya.

"Sehun? Sehun?" Luhan menggumamkan nama itu berulang kali. Berusaha mengingat nama itu di memori otaknya, namun hasilnya buntu. Kendati ia sudah tahu nama pria itu tapi tetap saja ia kesulitan untuk mengingatnya.

"Baiklah Lu! Aku akan panggil Suster, tunggulah sebentar!"

.

.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ImpactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang