Sehun membuka pintu dengan santai, berjalan melewati Kris yang baru saja selesai mandi. Tak memperdulikan tatapan menelisik dari Kris, Pria yang memiliki julukan Manusia albino itu lebih memilih untuk membaringkan tubuhnya di ranjang, memejamkan matanya dan bersiap untuk terbang ke alam mimpi.
10 detik kemudian mata itu kembali terbuka ketika kakinya di tendang sekuat mungkin oleh pria jangkung yang sudah berkacak pinggang dihadapannya. Siapa lagi kalau bukan Kris, pria blasteran yang Sok bermimpi menjadi seniman padahal sebenarnya menurut Sehun karya seni hasil buatan Kris tak ada yang bagus sama sekali.
"Hmm?" Balasnya lalu kembali memejamkan mata. Sungguh kali ini Sehun benar-benar ingin sendiri dan tak mau beradu argumen.
"Yaaa! Kau ini seenaknya saja. sudah masuk tidak bilang permisi dan lihat! Kau tidur di ranjang siapa? Jika kau ingin tidur, tidur dikamar mu saja sana." Bentak Kris, namun pria albino itu sama sekali tidak terganggu dengan suara menggelegar Kris yang sudah seperti speaker Mushola.
"Besok, apa kau akan benar-benar pergi ke Makau?" Sehun mendudukan tubuhnya dan menatap lekat ke arah Kris, sebenarnya semenyebalkan sosok Kris baginya tapi ia benar-benar tak mau kehilangan Kris yang selalu setia berada di sampingnya dalam suka maupun duka. Baru kali ini Sehun rasakan memiliki sebuah keluarga.
Kris melembut, ia juga sebenarnya sudah memikirkan hal ini. apa ia sanggup meninggalkan Sehun seorang diri di Korea dan hanya bisa menghubunginya via Skype tanpa bertemu tatap secara langsung. Kris khawatir, bahkan sangat khwatir apalagi setelah ia menyuruh Sehun untuk menemui Luhan. Pasti sikapnya sekarang ini yang menurut Kris sangat absurd karena dampak setelah bertemu Luhan.
"Hey, Bayi besar. Jika kau bicara seperti itu. aku yang menjadi bimbang apakah aku harus pergi atau tidak."
"Umm.. baiklah, lupakan! Besok aku akan mengantarmu." Sehun bangkit dan memilih untuk pergi, namun baru beberapa langkah ia kembali berbalik,
"Terimakasih atas ranjang 10 detikmu." Setelah itu Sehun benar-benar menghilang.
Apakah aku bisa meninggalkannya sendiri dalam kondisi seperti ini...
.
.Cahaya matahari yang ia lihat masih sama, suasana yang ia lihat pun masih sama. Sudah lebih dari 2 minggu ia berada di ruangan ini tapi semuanya tak ada yang berubah, ia masih tak ingat siapapun dan apapun dalam hidupnya.
Pintu terbuka, ia sadar jika seseorang masuk ke kamarnya tapi ia sama sekali tak berminat menyambut. Yang ia lakukan hanya duduk manis di atas kursi roda yang setia menopang tubuhnya kemanapun.
"Luhannie, sekarang adalah pemeriksaan terakhir untuk kakimu. Eomma antar kau menemui Dokter Himchan, ya!"
Luhan Pov
Dia Eomma-ku, begitulah yang ia katakan. padahal sama sekali aku tak ingat kalau aku memiliki eomma seperti dirinya. Banyak hal sudah ia ceritakan padaku selama aku berada di rumah sakit ini. Aku menyukai sosok nya karena dia begitu lembut dan sangat penyayang, aku nyaman bersamanya karena setiap hari ia tak pernah absen untuk menjenguk dan merawatku. Aku tersentuh, tapi yang aku sesali, aku melupakannya. Aku lupa makhluk mulia ini.
Entah memang sikapku yang pendiam atau mungkin karena aku tak ingat apapun, aku menjadi sosok yang pasif, tak banyak yang aku tanyakan pada Eomma, karena ia akan senang hati menceritakan segala hal padaku, ia juga menceritakan bagaimana diriku ketika masih bayi. Sungguh cerita yang menarik dan aku tak menyangka dulu aku adalah anak yang nakal. Merepotkan, pikirku.
Tangan halusnya mendorong kursi rodaku ke sebuah ruangan, disana sudah berdiri pria yang tak asing lagi bagiku, aku pernah melihatnya dan mengenalnya tapi aku tak pernah ingat kapan dan dimana. Eomma bilang dia adalah dokter langganan keluarga.
![](https://img.wattpad.com/cover/97709726-288-k83420.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Impact
Novela Juvenil[HunHan - Chaptered] Luhan begitu membenci Sehun, orang asing yang tidak bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuat padanya dimasa lalu. Tapi sebenarnya dibalik itu Sehun memiliki alasan tersendiri atas sikapnya pada Luhan. Mungkin itu memang...