Setelah meninggalkan rumah Dea, Alvo melaju dengan kecepatan setan untuk mengejar tukang ojek yang membawa kabur pacarnya, ya Dea adalah pacarnya. Tidak tau bagaimana hubungan itu dimulai dan siapa yang memulainya masih menjadi tanda tanya.
Alvo tidak peduli dengan umpatan dan sumpah serapah orang-orang yang berpapasan denganya. Bagaimana bisa begitu? Jawabanya karena dia ugal-ugalan di jalan, hampir menabrak kakek yang naik sepeda, nyerempet bebek yang nyebrang jalan, dan nyaris menabrak truk yang sedang mogok.
Masih dengan kecepatan setannya akhirnya dia bisa melihat Dea di depan sana.
Tanpa membuang waktu lagi Alvo meneriaki nama Dea. "DEAAAAA........" berhasil, Alvo berhasil memanggil Dea dan mendapatkan tatapan dari orang-orang yang campur aduk layaknya gado-gado.
Dea yang merasa namanya dipanggil menengok ke belakang. Disana ada seorang cowok menaiki motor ninja warna hitam, menggunakan helm hitam, dan memakai jaket kulit yang berwarna hitam pula.
Dea mengerutkan keningnya, dia masih berpikir siapa yang tengah memanggilnya. ' Jangan-jangan itu penguntit, apa dia mau nyulik gue? Ini gak boleh dibiarin.' batinya berkata dengan sedikit panik."Pak cepatan pak ada yang lagi ngejar kita." kata Dea panik dan bisa dibilang bahasanya sedikit ambigu.
Tanpa banyak tanya si tukang ojek menambahkan laju motornya hingga kecepatan penuh.
"Pegangan neng." perintah tukang ojek itu yang masih sedikit terdengar ditelinga Dea walau samar. Dea berpegangan di pundak tukang ojek itu.
"Emang ada apaan neng? Ada polisi ya?" dengan melaju seperti itu si tukang ojek masih sempat-sempatnya bertanya.
Dea yang sesekali menengok ke belakang tidak mendengar terlalu jelas, yang dia dengar hanya kata 'polisi' yang berada di akhir kata si tukang ojek.
"Apa? Polisi? Kalau gitu tambah laju lagi pak." pekik Dea semakin panik sambil memukul pundak tukang ojek itu, yang dia pikirkan saat ini sedang di kejar penguntit dan dikejar polisi pula, tamatlah riwayatnya.
"DEAA... INI GUE ALVO...." teriak Alvo yang kini membuka kaca helmnya.
Dea yang kaget reflek menengok ke belakang lagi setelah mendengar nama Alvo, benar saja Alvo disana sedang melaju dengan motornya. Pemikiranya tentang penguntit ternyata salah besar.
"Alvo?" gumamnya yang masih bingung. " What? berarti Alvo dalam bahaya nih."
"ALVOO HATI-HATI ADA POLISI YANG NGEJAR KITA." setelah mengetahui cowok itu Alvo, Dea berani membalas teriakan itu.
Entah siapa yang memulai kesalah pahaman itu, yang jelas saat ini Alvo dan tukang ojek itu melajukan motor mereka seperti orang yang benar-benar kesetanan.
Alvo yang kalang kabut semakin kebut-kebutan sambil berfikir, 'Jangan-jangan polisi ngejar gue gara-gara yang tadi.' otaknya saat ini sedang menerka-nerka. Pasalnya pagi ini dia telah membuat banyak masalah dengan menggunakan motor ninja kesayanganya itu dan melanggar lalu lintas.
Setelah aksi kebut-kebutan tadi akhirnya Dea sampai di sekolah dengan selamat sentosa begitupun dengan Alvo.
"Huh... aman... polisinya udah gak ngejar kan?" tanya Dea sambil mengatur nafas dan sudah turun dari motor si tukang ojek.
Alvo langsung menatap Dea dengan posisinya yang masih di atas ninja.
"Emang tadi polisinya beneran ngejar kita?" tanya Alvo balik tanpa menjawab pertanyaan Dea.
"He'em." jawab Dea pasti disertai dengan anggukan. "Eh? Tapi gue juga nggak lihat polisinya sih, tanya aja tu si pak tukang ojek." Dea menunjuk tukang ojek dengan dagunya.
"Loh? Bukanya si neng ya yang bilang ada polisi?" tanya si tukang ojek itu memastikan.
"Lah kok saya?" bingung dengan tuduhan tukang ojek Dea balik bertanya.
"Tadi kan saya nanyak ke neng ada polisi ya? Si neng langsung teriak polisi dan suruh tambah laju, ya saya kira ada polisi beneran."
"Ja-jadi gak ada polisi gitu?" tanya Alvo yang sedikit syok dengan mulut ternganga, walau sudah pasti jawabanya 'iya' dia masih sempat bertanya, ternyata aksi kebut-kebutanya tadi nggak ada gunanya.
Dea melongo mendengar kebenaran itu, setelah aksi yang hampir atau bisa saja mengambil nyawanya itu ternyata hanya kesalah pahaman semata.
Tukang ojek yang melihat ekspresi kedua orang yang berada di depanya bingung sambil menggaruk jidatnya.
"Ya udah mas, neng, saya permisi dulu ya?" pamit ojek itu yang hanya direspon oleh keduanya anggukan dengan wajah cengo.Kringggg.......
Suara itu menyadarkan dua orang yang masih di depan gerbang sekolah itu, bahkan satpam yang dari tadi menunggu mereka untuk segera masuk sudah jengah.
Tanpa ba bi bu Alvo langsung menarik tangan Dea tidak peduli ninja kesayanganya itu masih di depan gerbang, karena satpam disitu sudah hafal jika di saat-saat seperti ini mereka harus menaruh motor Alvo ke parkiran, tentu saja harus dengan keadaan mulus jika tidak Alvo akan memporak-porandakan pos satpam itu.
"Pak jangan di tutup dulu." seru Alvo dan Dea barengan. Ciee komapak ni yee...
Satpam itu pun menarik nafas sambil menggeleng-geleng yang dibalas cengiran oleh keduanya, Dea dan Alvo.
Kini mereka masih harus berjuang supaya bisa sampai di kelas dengan cepat, maka jalan terbaik harus dengan berlari.
"Alvo lepasin tangan gue ihh.." rengek Dea yang memang tanganya masih di cekal oleh Alvo sambil masih berlari. Pasangan ini tidak pernah menyebut aku-kamu saat bicara.
"Diem aja napa sih? Lo mau kita telat masuk kelas? Enggak kan? Makanya jangan banyak omong." cerocos Alvo yang sudah seperti keran bocor.
"Eh, Al gue kayaknya kelupaan sesuatu deh." kata Dea dengan mengingat apa yang telah dilupakanya seraya berhenti berlari.
Akhirnya Alvo juga berhenti berlari dan mengangkat sebelah alisnya seraya menatap Dea.
"Apaan?" tanya-nya menuntut jawaban, so pasti."Gue lupa bayar ojek tadi hehe..." kata Dea disersai cengiran.
"Biarin aja kali, lagian siapa suruh pake acara lupa segala, biar tau rasa tu orang. Udah ngebawa pacar orang sembarangan, mana pake alasan ada polisi lagi." balas Alvo sedikit kesal, tapi dia juga nggak mengerti apa yang telah membuatnya kesal.
"Ciee kawatir ni yee..." goda Dea sambil menoel-noel pipi Alvo, "... tapi yang lo bilang pacar orang tu siapa?" tanya Dea cengo.
Alvo menepuk jidatnya dan merangkul Dea.
"Pacar gue siapa?" tanya Alvo.
"Siapa ya?" ada jeda beberapa detik, "Gue?" Dea balik tanya dengan menunjuk wajahnya sediri dengan polos.
"Nah tu tau." balas Alvo sambil melanjutkan langkahnya, tapi tidak berlari melainkan berjalan.
Mendengar jawaban Alvo pipi Dea merona, sudah kayak kepiting kukus.
Mereka telah melupakan jika saat ini sedang berada dalam keadaan darurat.
Sampai di depan kelas yang bertulisan XI IPS-4 mereka berhenti, saling pandang, dan detik berikutnya, "O'ow." ucapnya bersamaan.
"BERSIHKAN GUDANG SE.KA.RANG." teriak seorang wanita yang tengah mengajar pelajaran sejarah, dan dikenal dengan 'T-1-MLID' yang artinya 'Telat 1 Menit Lo Is Dead'.
Dan pada akhirnya sepasang kekasih itu berakhir dengan membersihkan gudang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Idiot
HumorHighest Rank # 42 in Humor [Ditulis pas saya masih alay banget] Ini hanya kisah sepasang kekasih yang bisa dibilang idiot, somvlak, dan apalah namanya. "Al, sebenarnya asal mula kita jadian gimana sih?" "Nah itu, gue juga bingung. Sebenarnya gimana...