#6

4.1K 274 15
                                    

"Turun woy." seru Alvo yang membuat Dea sedikit terlonjak kaget.

"Kita ngapain ke sini?" tanya Dea yang tak mengindahkan perintah Alvo.

"Mau jenguk tamtam." jawab Alvo santai.

"Kenapa bisa disini?" pertanyaan Dea selalu menuntut jawaban dari Alvo.

"Jatoh."

"Kok bisa?"

"Ya bisa lah."

"Jangan-jangan lo habis balapan liar ya? Ngaku lo." pada akhirnya Dea menuduh Alvo.

"Siapa yang bilang?"

"Tu buktinya si tamtam di sini."

"Yang make si tamtam tu Randy. Gue mah udah insaf, gak mau balapan lagi." kata Alvo sok polos.

"Awas ya lo sampai tipu, lo-gue end." ancam Dea yang langsung membuat nyali Alvo ciut. Satu fakta tentang mereka, tidak mau berpisah satu sama lain dan ingin tetap bersama. Tapi tidak ada rasa spesial yang mendasari hubungan itu. Status mereka memang pacaran tapi hubungan mereka semacam rasa tanpa arah.

"Ya jangan gitu lah, gue berani sumpah deh gue udah gak pernah balapan lagi." tambah Alvo meyakinkan Dea.

"Oke gue percaya." pada akhirnya Dea memilih percaya kepada Alvo.

"Ya kalau gitu cepetan turun gih, udah diliatin orang-orang tuh." kata Alvo yang membuat Dea sadar ternyata dirinya masih setia di atas motornya Alvo.

Dea turun dari motor dan mengedarkan pandanganya ke tempat dimana dia sekarang berdiri. Benar saja disana ada orang-orang yang sedang memperhatikanya. Tapi anehnya mereka hanya memperhatikan, tidak lebih. Tidak ada yang berbisik atau apapun itu, sedikit aneh memang.

'Tu orang kalau ngeliatin gak bisa biasa aja apa?' batin Dea dongkol dalam hati.

Alvo mendekat ke arah orang-orang disana dan Dea hanya mengekor dibelakangnya, persis seperti anak ayam yang sedang mengekori induknya.

"Hoi bang, pa kabar?" sapa Alvo kepada orang yang berada disana.

"Woi.. Ya gue baik, bisa lo liat sendiri kan?" balas orang itu dengan santai.

"Apa kabar dah mobil gue? Belum selesai diperbaiki ni ceritanya?" tanya Alvo sedikit sedih kepada orang itu, tak lupa ia pun melihat mobilnya yang sedang diperbaiki dan juga beberapa kendaraan lain. Tebak saja tempat apa itu.
Bengkel? yup tepat sekali.

"Oh mobil lo bentar lagi juga udah selesai, tenang aja. Ni mobil kesayangan lo kan?" tanya orang itu kepada Alvo.

Sedangkan Dea hanya memperhatikan dan sesekali merasa risih karena pandangan orang-orang disana.

"Haha iya bang, tu mobil kesayangan gue. Dia juga punya nama bang." kata Alvo bangga memperkenalkan mobil kesayanganya itu.

"Ha? Punya nama? Serius lo?" orang itu sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan Alvo.

"Hehe, serius lah. Namanya tamtam." ucap Alvo sambil menaik turunkan alisnya. Jadi 'tamtam' itu mobil? jawabanya 'iya'.

"Wah namanya kurang oke tuh, ngapa lo ngasih nama tamtam?" tanya orang itu.

"Ya karena warnanya kan hitam, ya udah deh gue ngambil kata belangnya, jadi deh tamtam." jelas Alvo semangat.

"Ada-ada aja lo." kata orang itu sambil geleng-geleng.

"Ehem..." deheman itu sontak mengambil perhatian dari Alvo dan juga orang yang mengobrol denganya.

Jangan tanya siapa yang berdehem, siapa lagi kalau bukan Dea? Karena kesal hanya dikacangin dan tak dianggap keberadaannya disana dia memutuskan untuk berdehem agak keras.

Couple IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang