April memakaikan tubuh mungilnya seragam polo putih sekolahnya serta rok abu abu khas murid SMA, tidak lupa jaket putih nya dan sepasang sepatu putih. Ia meneggakan air putih dari gelasnya dan kemudian langsun gmenaiki mobil pajero sport putih milikknya. Di dalam mobil April yang sedang mencari pr yang ia belum selsaikan semalam, menemukan pemantik api milik Rava.
Lucu juga dia, keliatanya aja nakal bandel tapi pasti orangya baik. A suka ngawur kalo ngomong.
Segera ia hilangkan Rava dari pikirannya. April mengambil handphonenya yang kini sudah diperbaiki. Ia membuka aplikasi instagram dan mencari nama Ravano Sultan. Ternyata ada beberapa following April yang mengikuti akun Rava di instagram ini. Tanpa berpikir panjang, April menekan tombol follow dan mengunci ponselnya.-o-
Aprillevana wants to follow you
Rava menyerngitkan matanya sambil menghembuskan asap rokok ke udara, ia kembali mengingat nama itu. Ah! dia. Rava menekan tombol accept. Ibu jarinya berhenti sejenak, ia menekan tombol follow pada akun milik April. Berhubung akun April tidak dalam kondisi private Rava iseng menstalk April. Matanya terbelak saat melihat salah satu foto yang diunggah April. Disitu, April mengenakan kaos degan nama band ternama selagi bibirnya tersenyum dengan begitu naturalnamun sangat anggun. Rava seketika teringat oleh seseorang. Mantan kekasihnya, Killa. Killa yang dulu ia sayangi setengah mati. Killa yang dulu sangat ia hargai, pujai,cintai. Killa yang dulu berhasil memenangkan hati Rava tetapi juga berhasil menyakitinya. Sekitar satu tahun yang lalu, Rava memiliki kekasih. Seseorang yang sangat ia cintai. Namun tepat didepan matanya, Killa bermesraan dengan mantan sahabat sekaligus seniormya-Rafael. Kedua mahluk yang sekarang sangat dibenci Rava. Entah, tapi senyum April cantik baginya.
"Senyam senyum senyam senyum, besok malem jadi kaga?" Ujar Noah sambil menoyor kepala Rava.
"Iya iya" Lelaki itu membuang puntung rokoknya di asbak dan segera memaikaikan tubuhnya sweater putih polos.
Ia menggendong tas hitamnya dan berjalan santai menuju ke kelas. Padahal sudah telat 20 menit.
Rava menghentikan kakinya ketika tahu bahwa jalan masuk ke lorong kelasnya dipagari. Ia berhenti sejenak, lalu mengangkat pagarnya keatas. Tidak di kunci.
"Sekolah, goblok di pelihara" Katanya sambil melepaskan peggangannua membiarkan pagarnya jatuh.
"Anjing!"
Ketika mendengar seseorang berteriak, Rava spontan menoleh. Ia mendapati seorang perempuan dengan rambut sebahu yang sedang memegangi kakinya kesakitan.
"Sori" Katanya sambil mengangkat kembali pagar tersebut.
Ia menggandeng lengan perempuan tersebut, April dan membawa ke bangku yang terletak di depan kelas Physics.
"Mana yang sakit" Tanyanya ke April, masih dengan muka dan nada lo bicaranya yang datar.
April menunjuk-nunjukkan kakinya, Rava mengangkat tubuh April dan mengkalungkan lengan April pada lehernya. April hampir saja tersedak ludahnya sendiri, ketika tahu Rava membimbingnya jalan dengan cara 'ini'.
"Lo ng-ngapain"
"Ya bantuiin lo, kalo bisa jalan sendiri yaudah" Rava pun melepaskan tangan April dari lehernya dan berjalan menyusuri lorong cluster zxyl.
April menghelakan nafas. Sensi amat jadi cowok.
-o-
Selama pelajaran pak Adam, April sudah tenggelam dalam imajinasinya. Ia rasa yang lain juga begitu. April hanya menekan pulpennya yang menghasilkan suara yang annoying di kelas yang sedang sepi ini.
Adam berdehem, "Kamu kalau berisik lagi, silakan tidak mengikuti usah kelas saya" Kata Adam terhadap April.
Karena begitu bosan dengan pelajaran bahasa Indonesia kali ini, April sengaja membuat suara bising agar sengaja dikeluarkan. Ia mengetuk meja yang ada dihadapannya membuat irama yang berantakan. Membuat beberapa murid laiinya berdecak sebal.
"Yang lain masih mau belajar, kalo kamu tidak ingin belajar silakan tinggalakan ke-"
"Siap pak" Belum selesai Pak Adam menjelaskan ia sudah memotongnya. Adam hanya bisa menggelengkan kepalanya, karena April termasuk murid terpintar di kelasnya. Hanya saja kelakuannya itu.
April berjalan di lorong gedung sekolahnya yang sepi. Ternyata dua menit kemudian bel sudah berbunyi menandakan waktu makan siang. Ia pun langsung saja menuruni tangga, menuju kantin sembari mencari keberadaan kedua sahabatnya itu.
Tiba-tiba saja ada yang menarik lengannya dari belakang, membuat langkahnya terhentikan.
"Bareng," Kata Rava.
Rava?
"Hah?" April merasa apa yang didengarmya barusan itu khayalannya atau ilusi.
"Gue, bareng" Kata Rava sambil menyamakan posisi berdirinya dengan April.
"Lo kelas mana?" Tanyanya sambil mengambil pesanan mpek-mpek yang mereka berdua pesan.
"11 X" Jawab April yang dibalas anggukan oleh Rava.
Mereka berdua mencari tempat duduk di kantin sekolahnya dan menemukan satu meja kosong.
"Sono" Rava memimpin April,
Mereka berdua kini duduk berhadap-hadapan. April memakan mpek-mpek yang dipesannya sembari memainkan handphonya yang ia simpan sejak tadi dikantongnya.
Ketika keduanya sudah selesai dengan aktivitas makannya, Rava mengantarkan April ke kelas.
"Kenapa?" Tanya April karena sedari tadi Rava menatapnya
"Apaan" Balas Rava
"Gue cabut dulu" Sambungnya.Lelaki itu pergi meninggalkan April didepan kelasnya. Dalam perjalanan menuju kelasnya ia hanya bisa tersenyum. Satu hal yang sangat aneh bagi Noah, Alex, dan Gio.
"Rava? senyum senyum?"
"Sange tu orang"

KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe You In
Teen FictionApril, typical siswi disekolahmu yang hobi melanggar aturan namun berprestasi. Paras cantik yang dimiliki April membuat tidak sedikit lelaki tertarik padanya, walau hanya sekedar kagum. Namun, tidak segampang itu menggapai yang satu ini. Satu hal ya...