Rava mengendarakan motornya dengan kecepatan normal. Dari kaca spion, ia dapat melihat paras April yang sedang memandang sekelilingnya. Suasana kota Jakarta pada senja kali itu, membuat jalanan agak padat. Orang-orang yang lelah setelah seharian bekerja bermunculan dengan berbagai macam kendaraan yang dinaikinya. Jujur, Rava merindukannya. Ia merindukan April yang biasanya ada di sisinya. April tahu Rava, karena itulah Rava merasa nyaman ketika ada di sekitar gadis mungil ini.
"Kita mau kemana sih Rav?" saut April ditengah ramainya jalan raya.
samar-samar suara Rava terdengar dari balik helm, "dikit lagi sampe"
April hanya mengiyakan kemudian ia kembali menatap langit yang kian berubah dari jingga menjadi abu-abu. Walaupun agak khawatir, namun rasa penasaran April mengalahkan kekhawatiran itu.
-
Motor Rava berhenti di rumah megah bernuansa american classic yang terlihat lumayan sunyi itu. Rava menuntun April turun dari motornya kemudian mereka berdiri didepan pintu kayu masih dengan aksen klasik.
"Ini rumah siapa sih?" tanya April setengah berbisik
"Udah sabar bentar" ucap Rava pelan. Jari telunjuknya masih menekan bel yang terletak persis disamping pintu.
"daritadi juga udah sabar-" cerocosan April yang terdengar aga cempreng itu tiba tiba berhenti saat pintu tinggi itu terbuka.
Ia tidak mengenali wanita paruh baya yang sedang mengenakan pakaian minimalis itu. ini rumah siapa sih?!!! ugh Rava!!
Setelah saling menyapa, Rava menatap ke arah April. Hal tersebut membuat Wanita itu ikut menatap April.
"Ini siapa Rava, adek kamu ya? Kok perasaan tante gak tahu.." ucap wanita itu sambil mempersilahkan mereka berdua duduk.
"Oh bukan tante, ini pacar saya"
kedua perempuan yang ada diruangan itu sama-sama tercengang. April bahkan sempat reflek menatap Rava dengan tajam.
"Pa-pacar?" Wanita itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Rava meninggalkan jeda sejenak. "Sebelumnya maaf banget tante, Rava gak bisa terusin ini sama Rain. Dari awal Rava gak ada perasaan sama anak tante, jadi Rava putusin buat mutusin hubungan Rava sama Rain karena Rava gak mau Rain justru sakit hati"
Mendengar itu April langsung menyumpahi Rava dalam hati. Hampir semua sebutan jorok yang ia tahu keluar di pikiranya. Ia juga menyumpahi kebodohan dirinya yang turut dengan perkataan Rava sampai-sampai ia membawanya kerumah mantan pacarnya?!
Setelah berbincang soal hubungan Rava dan Rain, akhirnya April merasakan titik kecanggunganya yang bahkan sampai membuatnya muak.
"Ekhm. Maaf banget tante, aku keluar sebentar ya, ada telfon masuk" dengan sopan April izin untuk meninggalkan ruang tamu dan ibunda Rain memberikan senyuman terhangatnya dan mempersilahkannya. "Misi tante.."
Rava hanya memperhatikan April berjalan keluar dari ruang tamu menuju teras rumah. Kelihatanya ibunya mencarinya.
-
"Ugh goblok goblok goblok, dasar awas aja tu orang. Lagian lo ngapain sih ril ngikut dia segala. Emang gak waras tu orang" akhirnya ia melepaskan emosinya setelah ia simpan dalam-dalam di ruangan itu. Rasa canggung bercampur malu sudah tercampur aduk di hati dan kepalanya.
"Apa gue cabut aja ya?" lagi-lagi April bicara dengan dirinya sendiri.
Ia melihat ke lengan kanannya. Jarum pendek pada jam tangannya sudah menduduki angka 7. April kemudian meninggalkan teras dengan hati-hati dan sekali-kali menengok kedalam agar dapat memastikan bahwa Rava tidak akan menyadari kepergiannya. April melangkah ke arah pagar dan bersamaan dengan langkah kelimanya, sebuah mobil yang familiar muncul didepan pagar tersebut. Hah? batinya

KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe You In
Teen FictionApril, typical siswi disekolahmu yang hobi melanggar aturan namun berprestasi. Paras cantik yang dimiliki April membuat tidak sedikit lelaki tertarik padanya, walau hanya sekedar kagum. Namun, tidak segampang itu menggapai yang satu ini. Satu hal ya...