14: Go after her

56 2 3
                                    

April memilih pakaian yang sederhana untuk acara malam ini. Ia hanya menggunakan gaun sutra warna hitam mengingat ini bukanlah acara prom untuk angkatan nya.

April yang merupakan salah satu panitia, tiba lebih awal dari para tamu undangan. Untuk memastikan semua sudah tercontreng dari daftarnya.

-o-

Rava di lain tempat, sedang memakaikan dirinya jas hitam yang serasi dengan celana yang ia kenakan. Kaos hitam polos membalut tubuhnya tak lupa dengan jam tangan di pergelangan tangan kanannya. Ingin memberikan kesan lebih santai, Rava mengikatkan bandana paisley hitam disekitar kepalanya.

"Hey, kalian foto dulu dong" kemudian ibunda Rava muncul dengan gadis bernama Rain tersebut.

"Waduh, si ganteng! Rain gimana nih pacar kamu, diambil orang gak nanti?" Frisca menggoda pasangan muda tersebut. "Enggak dong tante, kan Rain gandeng terus" jawab Rain dengan antusias. Rava menghela nafasnya.

"Satu, dua, cheese!" Momen tersebut berhasil diabadikan oleh frisca melewati handphone miliknya. "Yaudah mah, Pamit" Rava menyalami ibundanya, begitu juga dengan Rain. Mereka berdua langsung pergi menuju tempat dimana acara tersebut diselenggarakan.

-o-

"Rav-" tiba-tiba saja telfon Rain berdering menampilkan nama yang sangat tidak asing bagi Rava. "Ngapain Alex nelfon lo?" dengan gesit Rava mengambil telfon milik Rain dan menolak panggilannya. "Kalo berani selingkuh, jangan sama gue!". Susah payah Rain menelan liurnya. Tatapan Rava saat ini sangat mematikan, tetapi on the inside? entah.

Setibanya mereka di acara, Rava langsung pergi dari pandangan Rain. Rain pun langsung kabur ke grombolanya. "Kayaknya Rava ngira aku selingkuh" teman-teman Rain menoleh dan langsung tertawa. "Apa sih Rain, dateng dateng nyerocos aja" ujar Bianca. "Mendingan lo mesra-mesraan sama Rava deh biar dia yakin sama lo. Dan biar April tau juga, ya gak fir?" Bianca menyenggol lengan Fira yang sedang sibuk mengamati kakak kelas berjoget.

"Iya-iya terserah"

Rava pergi menghampiri kawan-kawanya. "Nah abang ganteng dateng juga!" Teriak Davino dari kejauhan. Gio, Noah dan Alex sudah menunggunya dari tadi.

"Eh emang udah mulai ya?" tanya Rava sambil memandang kesana kemari. "Udah Rav! kayaknya udah 20 menit yang lalu! lo lama banget sih, ngapain aja sama Rain!" Mereka berlima tertawa sendiri, Rava menginjak kaki Gio. "Lex, gue mau ngomong sama lo. Berdua". Mereka berdua pergi dari kerumunan orang-orang dan musik yang berdentum keras.

"Makasih lex, gue hargaiin bantuan lo"

"Santai. Kalo emang dia gasuka sama gue, mungkin emang harusnya gue berhenti ngejar dia. Dia kan cinta mati sama lo, Rav." hati Alex agak tergores ketika mengatakannya.

Rava tersenyum dengan tulus, menepuk bahu Alex kemudian mereka berdua kembali kedalam kerumunan. Suara sendok besi yang beradu dengan gelas kaca membuat dentingan yang menarik perhatian seisi ruangan. "Teman-teman ku sayang, sebentar lagi akan ada pertunjukan dari salah satu panitia kita-"

Selagi Mawar mengumumkan diatas panggung, seseorang menabrak bahu Rava. "Aw! sori-" April mengambil kembali kamera yang hampir jatuh dari tanganya, untung saja Rava menangkapnya. Matanya sudah terlanjur bertemu dengan sepasang mata milik Rava.

"Wow" Rava mengerjapkan matanya berkali-kali.

Wajah April kini benar-benar merah, ia tidak tahu harus berkata apa. Alhasil, mereka hanya saling tatap menatap. "April! silahkan naik ke panggung" suara Mawar terdengar di seluruh penjuru ruangan, membuat April dan Rava kembali tersadar.

Breathe You InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang