15: kekacauan

57 2 0
                                        

Sudah lama April tidak memegang benda tersebut. Namun, tekadnya kali ini kuat untuk benar benar kembali menghisap benda itu kedalam mulutnya. Tanganya mencari-cari sebuah pemantik didalam laci kamarnya.

Masih terbalut oleh gaun yang ia kenakan, April menggeser pintu balkonya lalu menidurkan tubuhnya diatas hammock bergaris coklat putih dan menyalakan rokoknya. Ia menghisapnya kuat kuat sehingga menimbulkan asap yang mengepul diatas wajahnya. Jari telunjuknya mentap puntung rokok tersebut.

"Benci. Gue benci sama lo." April lagi lagi meneteskan air matanya. Tak lama terdengar sebuah ketukan di pintu kamarnya. "Buka dong" dengan cepat April mematikan rokoknya dan membukakan pintu tersebut.

"Eh..Rafa abangku yang cerewet ada apa?" hatinya serasa tergores. Mengapa kakanya harus memiliki nama yang mirip dengan dia. "Kok udah pulang?" tanyanya seraya menginjakkan kakinya kedalam kamar April.

"Kamu ngerokok lagi ya? kan udah abang bilang, abang gasuka. Mana sini rokoknya?" nada bicaranya naik, April lagi-lagi menangis. "Lah kok nangis! Ada apa sih?"

Ini yang pertama kalinya setelah sekian lama April tidak memeluk kakaknya. Bau rokoknya yang masih melekat di tubuhnya membuat Rafael makin khawatir. "Gue udah tau, cowok lo itu kan? Emang itu anak perlu gua kasih pelajaran" Rafael mengusap kepala adiknya.

April mengangkat wajahnya. "Lupaiin. Dia bukan cowok aku, dia bukan siapa-siapa aku. Udahlah el, sana" April mengusir kakaknya dengan lembut. Rafael menoyor pelan pipi adiknya yang masih lembab karena air matanya.

-0-

"April, buka dong. Nak ini udah jam berapa, kamu nanti telat. April?" ketukan yang tiada hentinya terdengar dari pintu kamar April. "Aku gamau sekolah mah! capek dan sakit"

"Mana?" tanpa mendapatkan izin dari yang menguasai wilayah sang ibu masuk kedalam kamar. "Iya ya panas, yaudah gausah sekolah" katanya sambil melepaskan punggung telapak tanganya dari kening April.

Memang cuaca buruk dan kejadian semalam membuat jam tidur April kacau. Serta pikiranya. Akibatnya tubuhnya yang selama ini berhasil bertahan pun tumbang juga.

"Mamah suruh Rafael jagain kamu ya.." ibunya pun berdiri dan berhenti di ambang pintu.

"Rafael! nak! Rafa!...Mana sih? sebentar ya April" kemudian sang ibu segera mencari Rafael berhubung ia harus menghadiri meeting pagi ini.

-0-

"Kayaknya anjingnya gasuka deh sama lu tha" kata Audi. Agatha baru saja membeli anjing jenis husky yang kurang akur dengannya.

Mata Agatha melotot "Ye, anjing"

"Kan bukan gue anjingnya. Lagian kalo gue anjingnya gue kan gamau kali duduk sama lo, wuf" seru Audi sambil menirukan gaya anjing.

"Udah Di, lo malah kayak anjing beneran" timpah Rayhan.

Agatha dan Arsya tertawa mendengarnya. Kemudian geng yang selalu terlihat bersama itu berlari melewati kantin dengan wajah panik. Komplit. Davino, Gio, Noah. Bahkan Alex pun ada.

"Woi! Woi! ada yang berantem woi!" Seorang murid bernama Sony seketika datang sambil mengumumkan berita yang sungguh tidak berfaedah.

Agatha dan Audi saling tatap menatap,"Apa sih way woy way woy!"

"Serius! noh di gudang belakang!" katanya heboh sambil menunjuk-nunjuk. Murid lain yang berada dikantin berdiri dari duduknya dan melihat tempat kejadian. Padahal bel sudah berbunyi sejak tadi. Tapi beberapa kaula muda tersebut malah memilih untuk menyaksikan perkelahian disekolah.

Breathe You InTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang