Chapter 02

305 25 2
                                    

"Kim Taehyung," sekali lagi wanita bersurai brunette itu memanggilnya. Rambutnya bergerak sedikit saat ia berjalan mendekat. Perlahan aroma apel menguar, menggelitik pangkal hidung Taehyung, memancing sebuah kurva kecil muncul pada wajahnya. Wanita itu tampak ceria, seperti biasa.

"Nara Noona?" Taehyung bertanya dengan perasaan terkejut, tak percaya. Membenarkan posisi duduknya, ia kemudian mengajak wanita itu untuk ikut duduk.

"Kau baru pulang dari kantor?" Nara seperti biasa saja. Ia menarik kursi yang ada di hadapan Taehyung dan meletakkan bokongnya di sana. Ia juga meletakkan tas tangannya di sebelah, dan mengeratkan mantel bulu hitam yang ia gunakan. Ia masih merasa kedinginan karena udara luar.

Taehyung tersenyum simpul dulu sebelum berkata, "Ya, baru saja."

"Kau baru datang?" lanjut Taehyung. Ingin membuat wanita itu tetap di sampingnya, sebisa mungkin ia membuat suasana terasa nyaman walau detak jantungnya masih belum bisa terkendali. Tapi tidak apa, ia menyukainya. Taehyung hanya tidak ingin wanita itu pergi lagi.

Taehyung ingin bercerita banyak, seperti dulu.

"Tidak. Aku tiba kemarin malam," terang Nara. Matanya melirik cangkir kopi milik Taehyung, kemudian mendorong tubuhnya mendekat dan berkata, "Apa kopi di sini enak? Aku baru saja memesan Latte. Apa enak?"

Taehyung terkesiap sesaat. Terkejut saat wajah wanita itu berada hanya beberapa senti dari wajahnya. Jelas Taehyung merasa canggung, karena ini pertama kalinya, setelah sekian lama. Sempat pula terlintas dalam benaknya, apa wanita itu merasakan hal yang sama dengannya saat ini? Apa jantungnya berdetak tak normal seperti milik ku? Namun selanjutnya buru-buru ia tersenyum untuk menolak air wajah yang berubah gugup.

Ikut mencondongkan sedikit tubuhnya, Taehyung berbisik pelan, "Tidak..."

"... lebih enak toko kopi kita." Kesukaan kita maksud Taehyung, tapi mereka lebih suka menyebutnya 'toko kopi kita'. Wajah cantik wanita itu berubah kecewa.

"Ha.. Aku sudah yakin. Seharusnya aku tahan selera minumku." Nara terdiam sejenak, memandangi wajah Taehyung yang diam-diam menyimpan banyak pertanyaan tentangnya. Memikirkan bagaimana wanita itu tidak pernah berubah; kopi enak adalah hal yang harus untuknya.

"Kalau begitu, ayo kita pergi ke toko kopi seberang! Apa kau mau?" ajaknya antusias. Taehyung menggangguk cepat. Tentang wanita itu, tidak ada kata tidak untuknya dari Taehyung.

°°°

Tempat temaram yang di penuhi dengan udara beraroma kopi hasil seduhan inilah yang menjadi tempat favorit mereka, Taehyung dan Nara.

Tempat pelarian mereka saat kejenuhan melanda. Tempat pelarian saat tugas-tugas terlalu menyesakkan pikiran mereka. Tempat pelarian saat mereka bertengkar. Dan yang paling berkesan, tempat pelarian mereka setelah Kim Ilhwa, ibu Taehyung, memarahi mereka.

"Ha... Kopi di sini mendatangkan surga." Nara menarik aroma kopi yang diantar oleh uap panas ke ujung hidungnya.

Taehyung menanggapinya lewat senyuman. Senyuman khas Taehyung, senyuman berbentuk persegi. Baiklah, dari awal memang pria itu tak bisa berhenti tersenyum. Ia tidak bisa berpura-pura biasa saja. Pun tak bisa untuk tidak menunjukkan betapa sibuk dirinya saat ini.

Benar dia sibuk. Sibuk memperhatikan Kim Nara. Wanita yang dua lebih tahun darinya kini sudah berumur 30 tahun. Alih-laih memiliki kerutan atau noda hitam, wajah Nara malah terlihat lebih bersinar. Sepasang matanya tetap mengirimkan sengatan listrik yang membekukan syaraf. Juga bibir kecil merah jambu miliknya sulit untuk tak dihiraukan.

Taehyung masih ingat rasanya. Saat pertama kali bibir itu ia sentuh dengan miliknya. Sungguh memabukkan dan ia rindu. Dan Taehyung sungguh tahu, rindu itu tak memiliki tepinya. Tak akan pernah. Juga, wanita itu masih sangat cantik. Masih ada semangat pada matanya, masih ada harapan pada senyumannya.

"Kenapa kau memandangi ku terus?" Nara tertawa renyah sebentar kemudian berkata, "Kangen, ya?"

"Sangat." Jawaban Taehyung meredakan tawa Nara. Pria itu masih di sana, duduk di hadapan Nara dengan wajah lusuh penuh harapan juga debaran jantung tak normal dalam dadanya.

"Aku juga." Sebuah kurva terbentuk indah pada wajah Nara.

Taehyung menggilai kurva itu.

Semua tentang wanita itu, semua yang ia miliki, jelas sanggup menarik seluruh rasa sadar dan menjatuhkan Taehyung dalam buaian. Sekali lagi.

°°°

"Kau serius ingin mengantar ku?" Nara memperbaiki sling bagnya, berjalan beriringan dengan langkah Taehyung.

"Iya."

"Ngomong-ngomong di mana apartemen mu?" lanjut Taehyung.

"Dekat dari sini." Nara menunjuk arah lurus di hadapannya, dan Taehyung melempar pandangannya. Kerlap-kerlip lampu sen, serta lampu penerang jalan milik kendaraan beroda empat memburamkan pandangan, tapi ia masih bisa melihat gedung bertingkat tinggi menjulang tak jauh dari hadapannya. Ia kemudian mengangguk mengerti.

Seoul benar-benar ramai, seperti hari biasa. Langkah kaki mereka berdua bergerak lambat di atas aspal lembab, seolah sengaja berjanji ingin menghabiskan malam bersama di pinggir jalan. Seolah bisa menahan jam untuk berdetik.

"Bagaimana dengan sekolah desain mu?"

"Haha," Nara membuka dengan tawanya yang hambar sebelum menjawab, "sudah ku lupakan jauh-jauh hari."

Taehyung mengangguk. Ia sebenarnya jelas sudah tahu, tapi tak mengapa, bukan, jika ia hanya ingin memastikan, pikirnya.

"Wah... bintang di langit Korea selalu indah," kata Nara tiba-tiba hingga membuat Taehyung otomatis menengadahkan wajahnya, memandang langit, pun ikut menikmati langit yang telah lama tak ia pandangi.

"Bagaimana kabarmu?" Nara memasukkan tangannya lebih dalam pada saku mantelnya.

Taehyung tertawa renyah, "tidak terlalu baik."

Hampir tiga jam mereka bersama bercerita banyak hal, dari masa lalu hingga masa depan, namun baru detik inilah mereka menyadari bahwa mereka lupa menanyakan kabar mereka masing-masing. Mereka berdua sadar mereka aneh, lantas mereka tertawa sesaat dan kemudian saling bertukar pandang.

"Kau?"

"Aku juga tidak terlalu baik."

"Mungkin sangat tidak baik." Nara mengeluarkan tangannya dan berganti memegang tali tasnya erat. Raut wajahnya sendu, dan Taehyung melihatnya dengan jelas. Ia menghentikan langkahnya, membuat Nara ikut berdiri diam. Pria itu mendekatkan bibirnya pada telinga Nara.

"Aku disini," bisik Taehyung dengan suara rendah.

Merasakan perutnya mendadak penuh, Nara menarik sedikit tubuhnya, memandangi Taehyung yang kini memberikan senyum percuma pada wajahnya.

Tanpa waktu sadari, tangan Taehyung tengah merengkuh tangan Nara, saling mengaitkan jari mereka. Nara tak bisa menolak. Ia tak mampu, dan hanya sanggup mengiyakan pun membalas semua perlakuan Taehyung. Dapat dirasakan serangan pada jantungnya terjadi lagi, memompa cepat aliran darahnya.

Tidak. Kali ini bukan hanya Taehyung yang merasakan.

Tapi mereka berdua.

Kim Taehyung dan Kim Nara.

°°°

Why Try | kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang