Namjoon pernah menangis seingat Taehyung, mungkin beberapa kali. Bedanya dia tidak menangis seperti orang kebanyakan. Dia hanya menangis saat dia bahagia, seperti saat dia mendapat kejutan dihari ulang tahunnya, atau saat pertama kali Nara datang ke rumah.
Dia tidak pernah menangis saat dia jatuh ataupun saat dia bersedih karena terluka.
Tapi pria berlesung pipi itu baru saja menangis tersedu-sedu di hadapannya. Menangis begitu keras seakan-akan hidupnya tak ada lagi harapan. Dia juga mengumpat pada Taehyung berkali-kali. Apa yang bisa membuat semuanya jadi sekacau ini? Apa yang bisa membuat Taehyung jadi merasa asing dan tak mengerti pada semua yang ada di sekelilingnya?
Taehyung ingin tahu, sangat.
Untuk mencari jawaban Taehyung datang melihat Nara di salah satu kamar di rumah sakit yang sama dengan Hana. Nara tidak menyapa. Dia masih tertidur karena pengaruh obat bius dan Taehyung menemaninya tanpa diketahui baik Ibu maupun Namjoon. Dia duduk persis di sebelah ranjang Nara, memandang lekuk wajah sempurna milik Nara dalam diam.
"Kau sudah bangun?"
Taehyung tersenyum tipis, menyambut kelopak mata yang kini sudah terbuka sempurna. Dia pandangi mata Nara yang memerah, air matanya kembali berlinang.
"Pergi," bisiknya lemah.
"Pergi!" tubuh Taehyung bergerak mundur untuk menjauh. Nara akan berusaha untuk mengusirnya walau wanita itu hanya bisa terbaring lemah. Taehyung mencoba mengalah.
"Aku minta maaf," katanya lirih.
"Pergi kubilang."
"Nara—"
"Kau tidak berhak menghancurkan hidupku, Taehyung. Kau tidak berhak menyakitiku. Pun aku tidak berhak memaafkanmu. Pergilah. Menjauhlah dariku!"
Taehyung menahan nafasnya dalam-dalam. Dia bangkit berdiri dan berjalan mundur juga dengan sadarnya dia masih berharap Nara membatalkan kalimatnya. Atau paling tidak Nara masih enggan melihat wajah Taehyung yang hendak pergi.
Tapi harapan hanyalah tinggal harapan. Taehyung pergi begitu saja seolah kehadirannya memang sudah tidak dianggap lagi.
°°°
"Ibu mau kemana?"
"Pergi."
"Kemana?" Taehyung bisa melihat dengan jelas koper ibu yang terbuka lebar-lebar, yang sudah menampung tumpukan kain yang begitu banyak, hampir meluap. Dia memandang ibu dan koper bergantian.
"Aku mau pergi ke Jepang, tinggal bersama suamiku."
"Tapi Bu—"
"Kau tahu, Taehyung..." ibu menghela nafas singkat sambil berdiri diam membelakanginya. "...kau tahu kenapa aku mau pulang ke sini? Bahkan aku sampai rela harus bertengkar dengan ayahmu dulu. Kau tahu kenapa? Karena aku punya keyakinan yang tulus padamu Taehyung. Aku tahu ini bukan salahmu jika kau tidak bisa menjadi murid terbaik dulu, bukan salahmu jika kau tidak bisa masuk universitas yang bagus, bukan salahmu jika kau tidak bisa mengikuti apa yang ayahmu katakan.
"Walau apapun yang terjadi kau masih anak laki-lakiku." Bahunya mulai bergetar, dan Taehyung tahu wanita itu menangis lagi, tanpa suara.
"Tapi tidak kali ini. Kau sudah menyakiti orang yang seharusnya tidak kau sakiti. Kau menghancurkannya, dan aku tidak pernah punya anak seperti itu. Kau bukan lagi kuanggap anakku."
"Ibu jangan tinggalkan aku, Bu."
"Kau pantas untuk menanggung semua sendiri. Semua ini adalah dosa yang harus kau tanggung, Taehyung."
![](https://img.wattpad.com/cover/92760663-288-k82474.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Try | kth
FanfictionDari awal, jika dihadapkan pada satu kisah kasih, Taehyung hanya memiliki sebuah mimpi; menikah dan hidup bahagia dengan cinta pertamanya. Namun jika sang cinta pertama sanggup meninggalkan, pantaskah ia datang kembali untuk menjadi yang sejati? [20...