Chapter 06

197 17 1
                                    

Nara salah, pikir Taehyung. Dari kalimat yang baru saja terlontar dari mulutnya, ada tiga hal yang Taehyung yakin benar bahwa Nara itu salah.

Pertama, Nara salah karena ia tidak sedang merindukan Hana. Dia hanya sedang mengkhawatirkannya (dia hanya merasa bersalah.)

Kedua, Nara salah karena wanita itu hanya tahu, tetapi tidak-pernah-ingin-memahami.

Ketiga, Nara juga salah karena dari awal Taehyung tidak pernah menganggapnya sebagai seorang kakak, ataupun sepupu atau hubungan apapun seperti yang orang tua mereka tanamkan pada mereka sedari awal. Sekali pun tidak.

Bagi Taehyung, Nara adalah cinta pertamanya dari dulu, sekarang dan hingga selama-lamanya.

°°°

Ia pergi setelah Nara menyuruhnya. Ditemani aroma parfum wanita itu-yang mungkin saja masih melekat pada kursi di sampingnya-atau mungkin tertinggal di dalam pikirannya-ia pergi menyusuri jalan raya. Awan perlahan mulai menggelap dan jalan sudah ditumpahi para pekerja yang berniat pulang.

Mobil Taehyung hanyut dalam hiruk pikuk kota. Diam ditengah-tengah mobil lain di dalam satu baris yang panjang saat lampu merah di persimpangan menyala, di tindih beberapa suara klakson yang redup, juga kelap-kelip lampu papan iklan. Tampak ia sedang tidak peduli pada apapun, tidak satupun kecuali pada bayangan dirinya dan Nara yang sedang berdiri di depan rumahnya.

Kali pertama mereka bertemu.

Taehyung memutarnya kembali, cerita singkat yang tidak memiliki ujungnya.

Dua Januari, dua belas tahun yang lalu.

Dia adalah anak gadis yang paling cantik yang pernah Taehyung temui. Namanya Nara, Nara Joe, namun paman mengganti namanya menjadi Kim Nara. Dan dia sangat-sangat cantik.

Rambutnya panjang dan lurus, matanya besar seperti mata boneka, berwarna hijau tua. Faktanya, dia ternyata adalah keturunan Irlandia-Korea, dan orangtuanya adalah sahabat Paman. Ayahnya sudah meninggal setahun yang lalu, sedang Ibunya yang tak sanggup menghidupi kehidupan mereka berdua lantas memberikan Nara untuk dijaga oleh keluarga Kim.

Seluruh keluarga jelas bahagia saat Nara datang menginjakkan kakinya pertama kali ke rumah Taehyung. Ya, rumah Taehyung dipilih untuk tempat berkumpul di Korea, juga tempat untuk Namjoon dan Nara akan bernaung kedepannya, dikarenakan ayah dan ibu mereka yang harus keluar masuk negeri. Gadis itu pun cukup mudah diterima lantaran keluarga Kim hanya memiliki dua keturunan yang berjenis laki-laki semua: Kim Namjoon dan Kim Taehyung.

Taehyung tampaknya juga sangat senang karena yang lain senang. Ini kali pertama dia melihat anak gadis dengan wajah asing dalam pengertian baik, yang baik pula sifatnya dan berkarisma. Juga karena kedatangan Nara membawa kenyamanan yang begitu mutlak bagi Taehyung. Ini aneh sebenarnya, karena hanya Taehyung lah yang merasa demikian.

Dia senang saat melihat keberadaan Nara hari itu, dan hari-hari seterusnya setiap dia pulang sekolah. Dia akan melihat Nara di ruang tamu, terduduk di atas sofa--sibuk membolak-balikan buku pelajaran. Dia senang saat Nara datang ke kamarnya, membawa sepiring kue kukus buatan ibunya dan memuji kue itu dengan semangat, dan Taehyung di lain sisi, dalam diamnya mendengar Nara, serta memuji gadis itu. Dia senang saat melihat Nara melakukan dan menceritakan apapun itu pun dia senang saat melihat Nara dengan tekun mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ini aneh, aneh, aneh, tapi Taehyung senang, sehingga dia seringkali datang mendekati Nara dengan langkah ringannya untuk sekedar merasakan hal 'aneh' itu.

Cukup cepat Taehyung menyadari bahwa ia selalu mengharap lebih pada Nara. Bukan sebagai seorang kakak, sepupu ataupun seseorang yang bisa mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan baik. Nara lebih dari itu. Anak laki-laki yang kian hari kian meninggi itu menginginkan senyuman Nara. Dia ingin suara Nara yang acap kali dia dengar di masa sulit. Dia cinta Nara, itu yang Taehyung tahu.

Berlari dengan kencang, Taehyung yang berumur 15 tahun kala pergi menemui Nara yang sedang menunggu calon kekasihnya. Taehyung tersenyum saat dia temukan Nara sendiri berdiri di tepi restoran kecil cepat saji. Dia mendekat dan dengan nafasnya terputus-putus dia katakan jika dia mencintai Nara. Jika dia ingin Nara melupakan kapten basket itu, dan jadilah miliknya seorang. Nara menggeleng kepala, dia tertawa menganggap Taehyung sedang bercanda untuk menganggunya.

Pemuda bersenyum persegi itu tak pantang menyerah. Diungkapkannya sekali lagi perasaan itu beserta penjelasannya. Seketika itu Nara marah-marah dihadapannya. Dikatakannya jika Taehyung sudah gila, lalu setelahnya menyuruh pemuda itu pulang. Taehyung yang gila masih berdiri di sana saat dia yakin jika Nara sebenarnya punya perasaan yang sama. Mereka berpelukan di depan toko. Nara menangis untuk hal yang tak Taehyung pahami.

Selang seminggu setelah kejadian tergila itu segalanya berubah senyap dan abu-abu. Ibu datang tiba-tiba mengatakan bahwa ia tahu apa yang terjadi dan bahwa hubungan dia dan Nara itu harus segera berakhir agar segalanya berjalan dengan baik dan normal seperti biasa. Taehyung menggelengkan kepalanya, menolak. Nara dan dia hanya sepupu, itupun tidak kandung. Taehyung tidak bodoh, walaupun dia masih muda. Dia paham antara dia dan Nara sedang baik-baik saja. Hanya keluarganya yang aneh. Paman, bibi dan ayah yang tidak menyapanya. Ibu yang yang hangat berubah dingin dihadapan Nara. Juga Namjoon yang memilih menjauh.

Keputusannya yang lalu itu dia bawa dengan angkuh, hingga ia dengar Nara akan pergi ke Amerika setelah dia menyelesaikan kuliahnya. Dilihatnya gadis kesukaannya menangis tersedu-sedu di dalam kamarnya, dipaksa untuk pergi dalam waktu dekat. Ada Ibunya juga di sana, membujuk agar Nara mengikuti keinginan Ayahnya.

Taehyung marah pada Ibu. Dia lari menghadap Nara meminta penjelasan di lain hari. Dia ingin Nara tinggal tapi gadis itu menolak. Dia tidak bisa, dia harus tahu diri. "Aku sudah diangkat dan dibesarkan. Aku salah jika harus menentang keinginan Ayah," katanya tanpa rasa bimbang. Taehyung melihatnya berberes dari hari ke hari hingga gadis cantik itu pergi tanpa kata selamat tinggal atau pesan. Dia sadar semua yang terjadi berpusat pada keluarganya sendiri. Keluarganya yang kejam membuat Nara menanggung citra baik yang selama ini mereka jaga. Nara cukup menderita karena semuanya... pun dia juga. Dia juga menderita bahkan sampai hari ini.

°°°

Taehyung menutup matanya rapat-rapat berusaha menghilangkan segala kenangan buruk yang ia punya. Dia raih telepon genggamnya dari tempatnya di samping kemudi. Ditekannya nomor satu yang langsung terhubung ke Nara. Sapaan Nara terasa hangat, menyembuhkan sakit dalam dadanya. Taehyung menarik nafasnya panjang lalu berkata,

"Aku minta maaf ... tapi bisakah kita kembali melanjutkan semuanya?"

Why Try | kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang