Chapter 08

207 17 9
                                    

Hana menyingkap gorden kamar berwarna merah tua dan membiarkan tirai tipis untuk tetap menggantung. Ini seperti hari baru saat sinar matahari masuk dari celah tirai, menyinari tubuh Taehyung yang berbaring tengkurap, masih bergelung dengan selimutnya yang berwarna putih.

"Bangun, Taehyung." Hana menarik-narik selimutnya.

"Sudah jam berapa?" Taehyung bertanya dengan suara serak, setengah sadar. Ia mengintip jam beker bulat berwarna perak di atas nakas di samping tempat tidurnya. Dari ekor mata dia lihat Hana sedang berdiri dengan gaun tidur berwarna biru milik ibunya dulu, menunggu dia untuk bergerak. Ia merasa kepalanya berat sehingga kembali ia mengubur wajahnya ke dalam bantal.

"Ini sudah jam tujuh. Kupikir kau akan menemui rekan kerjamu hari ini?" Ia mencoba memastikan perkataan Taehyung semalam sesaat sebelum mereka tidur. Taehyung bergumam di dalam bantal.

"5 menit lagi. Aku masih lelah," jawab Taehyung.

"Ayo, bangun. Berolahragalah sebentar agar badanmu tidak bertambah kaku. Ayo... Ayo..." Hana duduk dipinggiran kasur, menepuk-nepuk punggung Taehyung untuk membuat ia tersadar. Badannya terombang-ambing dan dia mengerang. Sendinya kaku dan sakit padahal dia merasa tidak melakukan hal berat kemarin.

"Baik, baik," kata Taehyung kemudian.

"Aku akan ke dapur membantu Ibu. Segeralah bangun dan kita akan sarapan bersama." Taehyung membalikkan tubuhnya; berbaring telentang. Hana sudah pergi dari kamar. Dia ambil waktu sesaat, memandangi langit-langit kamar. Hampir jatuh lagi dalam mimpi jika tidak Hana berteriak dari luar,

"Bangun sebelum kau menyesal, Taehyung!"

°°°

"Kalian akan langsung pulang?" Ibu bertanya saat dia lihat Taehyung sudah bersih dan berpakaian rapi setelah sarapan. Hana yang di sampingnya tengah memperbaiki dasi Taehyung dengan teliti segera berbalik memandang ibu mertuanya yang berdiri di ambang pintu kamar mereka.

"Hanya Taehyung, Bu, karena dia harus menemui rekan kerja, katanya," jawab Hana setelah dasi sudah terpasang sempurna. Dia memandang Taehyung, dan Taehyung mengangguk, membenarkan.

"Bertemu rekan kerja di hari Minggu begini?" tanya Ibunya lagi, dan Taehyung juga mengangguk lagi namun kali ini lebih pelan. Seperti kepalanya sedang mengangkut beban berat.

"Uh?-ya, Bu. Ada beberapa hal yang masih harus aku siapkan." Ibu di sana mendesah pelan, dan Taehyung merasa tenggorokannya tiba-tiba mengering.

"Jangan pulang telat. Aku tidak mau menantuku pulang larut nanti karenamu." Taehyung melihat wanita itu segera meninggalkan mereka setelah dirinya menjawab iya.

"Apa aku salah jika aku bekerja di hari Minggu?" Taehyung mengangkat lengan kirinya, dan dengan cekatan Hana meraih lalu mengancing kancing lengan kemeja abu-abunya.

"Menurutmu?" Hana terkekeh.

"Aku tidak tahu," jawab Taehyung seadanya karena dia malas berpikir. Setelah lengan kiri kini Taehyung mengangkat lengan kanannya.

"Ya, sudah, tidak usah kau pikirkan. Bekerjalah dengan tenang,"

"Tapi kau tidak marah, 'kan jika aku bekerja di hari Minggu?" Taehyung jadi penasaran dengan perasaan istrinya sendiri. Selama ini Hana tidak pernah marah atau mengomel seperti Ibu yang selalu protes pada ayah dan dirinya saat mereka bekerja di hari Minggu. Dia ingin tahu kenapa Hana begitu tidak menuntut, kenapa dia begitu berbeda.

"Menurutmu?"

"Berhentilah membuatku bingung." Taehyung mendengus frustrasi. Ia melihat Hana yang hampir menyemburkan tawanya, tapi ia segera menahannya agar tidak membuat dirinya semakin kesal.

Why Try | kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang