Chapter 11

201 14 14
                                    

Sejak kecil Taehyung punya banyak mimpi. Dia bilang, dia ingin bisa berbicara dengan anjing.  Dia bilang, dia ingin punya mobil balap. Dia bilang, dia ingin jadi aktor. Dan dia bilang, dia ingin bisa beli perkebunan di kampung nenek dan menjadi petani di sana. Taehyung muda punya sejuta mimpi dalam otak kecilnya, termasuk mimpinya untuk menikahi cinta pertamanya. Walau dia tak tahu apa arti harfiah dari mimpi itu, Taehyung terus menjalankan hidup guna mengejar cita-citanya. Taehyung kecil begitu mengenal dirinya dengan baik hingga ia tiba pada satu titik dimana dia temukan fakta bahwa ayah tidak suka mimpi-mimpinya.

Apa itu bisa berbicara dengan anjing? Diamlah, kerjakan pekerjaan rumahmu. Jangan bertingkah.

Apa itu aktor? Ayah ingin Taehyung meneruskan bisnisnya. Buat aku bangga, jika kau ingin aku hidup dengan baik.

Sejak saat itu otak Taehyung setiap tahunnya dipenuhi pertimbangan ini dan itu. Wejangan betapa pentingnya hidup makmur, dari pada luntang-lantung mengejar mimpi selalu ayah sajikan disetiap ada kesempatan. Ayah duduk di meja kerjanya dengan mata yang mengintimidasi dan Taehyung berdiri di sana bertemankan pikiran kalut. Ada meja persegi panjang yang kokoh jadi penghalang mereka, juga raport hasil pembelajarannya yang dinilai tidak stabil terhampar diatasnya. Ayah tidak marah, dia hanya kecewa. Namjoon, ayah bilang adalah bukti yang nyata dan bisa dijadikan contoh. Dia cerdas, berprestasi serta memiliki peluang yang besar untuk hidup sejahtera di masa depan. Taehyung mengangguk. Dia paham, jika dia harus ikut apa kata ayah.

Ikuti saja, kau akan menemukan jalanmu sendiri.

Pagi hari dia pergi sekolah. Malam hari dia pergi kursus. Akhir pekan dihabiskan untuk pergi bertemu dengan rekan ayah. Segala pil vitamin, omega 3, pemelihara stamina, penguat pikiran semua dia telan bulat-bulat setelah dan sebelum tidur. Bahkan ditahun akhir sekolah dia harus ikut mengonsumsi anti depresan setiap hari agar dia bisa berhasil masuk Universitas.

Ibu pikir dia kurang waras karena merasa tertekan, hampir pula ia menyukai kakak sepupunya sendiri. Ibu pikir, dia sudah salah membesarkan seorang anak selama ini. Anak ini kurang perhatian, kata dokternya dulu. Dia terlalu tertekan dan butuh teman, katanya lagi.

Persetan.

Taehyung hanya bisa mengumpat di dalam hatinya, tapi membiarkan dokter itu tetap mendiagnosa ini dan itu. Barangkali dokter itu memang benar...karena Taehyung rasa dia tidak dapat mengenal dirinya lagi.

Tidak dia temui jalan yang sudah ayah janjikan dulu...sampai saat dia bertemu Hana.

Hana, wanita yang bukan cinta pertamanya, dia pilih untuk membuat ayah dan ibu bahagia. Dia berbeda. Bagai embun pagi, mudah sekali baginya membuat debu gelisah Taehyung yang tebal perlahan memudar. Bagai penunjuk arah, dia pimpin Taehyung untuk menemukan jalan lain. Dia hadir dan Taehyung menyadari jika dia punya jalannya sendiri.

Tapi, mungkin Taehyung memang orang bodoh yang hampir gila.

Alih-alih menemukan jalan keluar, yang Taehyung lihat hanya tubuh gadis itu yang terhempas jauh. Tubuh kecil yang bermandikan banyak darah itu kini merenggang nyawa.

Kritis.

Dan Taehyung hanya bisa menangis,

berharap...

jika wanita itu masih mau berjuang...untuk tetap hidup.

Untuk kembali menggenggam tangan Taehyung.

Semoga.

°°°

Aroma amis bercampur karat besi yang semakin menyengat membawa Taehyung kembali ke alam sadar. Kemejanya sudah mulai mengering dengan noda darah yang memenuhi hampir menutupi seluruh kemejanya. Hana masih di dalam diperiksa oleh dokter, sedang Taehyung hanya bisa duduk diluar, menunggunya.

Why Try | kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang