Chapter 07

181 16 0
                                    

Kalimat "kau gila" mungkin sudah berteman akrab dengan telinga Taehyung. Dan dia merasa sama sekali tak terbebani dengan kegilaan yang sudah menjadi sahabat karib pikirannya atau memang dia sudah tidak peduli apapun lagi. Toh, semua orang juga tidak peduli, pikirnya. Tidak ada. Tidak seorang pun. Kecuali mungkin Hana peduli. Dia mungkin peduli, jika ia tahu kegilaan Taehyung siang itu--yang membawa Nara ikut dalam perjalanan mereka ke rumah Ibunya--tetapi Hana tidak tahu.

Ia tidak tahu jika kini ia sedang duduk berdampingan dengan kekasih gelap suaminya di dalam mobil Taehyung. Alih-alih merasa curiga atau risih karena ada orang ketiga yang mengikuti perjalanannya ke rumah mertua, Hana malah terlihat asik dan menikmatinya. Mungkin karena dari awal Taehyung sudah mengenalkan Nara sebagai kakak sepupunya jadi ia terlihat antusias walaupun ia tidak menunjukkannya secara jelas.

Semua jelas terlihat hanya dari cara Hana dengan senyum yang mengembang mengajukan dirinya untuk duduk di kursi penumpang bersama Nara daripada duduk di samping Taehyung. Agar Nara ada teman bercerita, pikirnya. Walau pada akhirnya mereka sama sekali tidak berbicara karena Hana tahu ia tidak pandai memulainya atau sekedar memilih topik yang bagus untuk di bicarakan. Tetapi jauh di dalam hatinya dia sudah berjanji akan menjadi pendengar yang baik jika wanita cantik yang di sebelahnya ini ingin bercerita. Sehingga pembicaraan hanya berisi tentang mengapa Nara memilih tinggal jauh di Amerika, apa yang akan Nara kerjakan di Seoul dan seberapa lama ia akan di sini. Hanya sebatas itu.

Mobil terparkir rapi di garasi, dan ibu yang berdiri di depan teras dengan senyum menggembang menyambut mereka. Hana yang lebih dulu turun langsung memberi pelukan hangat dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya.

"Selamat ulang tahun, Bu." Wanita paruh baya itu memeluk Taehyung setelah melepas pelukan dari menantunya. Kedua matanya tidak lepas dari Nara yang berdiri dibalik punggung bidang anaknya.

"Kau datang, Nak?" tanyanya saat Nara mendekat.

"Ya, beberapa hari yang lalu." Nara ikut memeluk, "Selamat ulang tahun, Bi." Dia memberi sebuah bingkisan berbentuk persegi panjang yabg dibalut kertas kado berwarna merah muda.

"Terima kasih. Ya sudah. Ayo masuk ke dalam. Namjoon sudah menunggu kita."

°°°

Makan malam sudah berakhir. Ibu Taehyung, Hana dan Namjoon terlihat asyik dengan perbincangan ringan mereka sembari membereskan meja makan dan perkakasnya. Sedang Taehyung sendiri asyik menerima telepon dari clientnya. Maka segera Nara memutuskan untuk mengundur diri, berjalan ke kamar lamanya. Dia masih sulit menenangkan jantungnya yang berdegub kencang tatkala sang adik menatapnya sedari tadi. Dia sudah gila karena mengikuti perkataan Taehyung. Seharusnya dia sadar bahwa semua ini salah, pikirnya.

Dia butuh waktu sendiri.

"Melihat-lihat kenangan?"

Nara berbalik dan mendapati Ibu Taehyung yang sudah berdiri di depan kasurnya. Aktifitasnya terhenti sejenak dan dia mengangguk, membenarkan.

"Kau di sini terlihat lucu," kata Ilhwa sambil menujuk satu pigura di atas nakas.

"Namjoon juga. Taehyung juga," lanjutnya yang membuat Nara menunggu apalagi yang hendak wanita itu katakan.

"Dulu semuanya terasa...normal." Nara tersenyum miris. Kedua matanya memanas dan pandangannya berubah kabur.

"Apa sekarang terlihat tidak normal bagimu?" tanya Nara menantang. Ditatapnya bola mata Ilhwa dengan berani, menuntut jawaban.

"Rasanya—"

"Tidak normal karena aku kembali hadir di sini?" Nara memotong ucapan bibinya dan setelahnya ia mengigit bibirnya guna menahan amarah.

Why Try | kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang