Happened

10.8K 834 14
                                    

Di mini bar Lithium, Cherry mengaduk lechee mojitonya. Ino sedang bermesraan dengan Sai di sofa kecil pojok ruangan. Tenten sedang bercakap riang dengan Neji, sepupu Hinata. Dan Hinata sendiri, membolak balik majalah masakan di depan Cherry.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang??" Hinata menutup majalahnya. Memandang dengan tatapan polos tapi menuntutnya. Cherry menghela nafas malas.

"Ya, seperti yang kau tahu." Cherry memutar ujung pipet dengan jemarinya.

"Dimana Sakura sekarang, Cherry??" Hinata menyodorkan sekeranjang muffin yang masih hangat. yang langsung di kirim dari oven Bakery Breath.

"New york." Cherry mencomot satu muffin, dan menggigitnya. Sudut matanya menyipit menikmati apa yang baru saja terecap oleh indranya.

"Ini buatanmu??" Cherry mengacungkan muffin di depannya. Hinata mengangguk.

"Ini sangat enak. Bagaimana kau membuatnya???" Wajah Cherry yang terlihat malas kini bersinar cerah. Hinata tersenyum lebar melihat reaksi Cherry.

"Kau ingin membuatnya?"

"Okay, dua kali seminggu, hari rabu dan jumat. Aku kan menemuimu. Deal??" Antusias Cherry terhadap masakan membuat Hinata terkejut.

"Deal." Hinata tersenyum senang.












"Mama, apa yang sedang kau lakukan??" Sakura menghampiri Tsunade yang sibuk dengan tanamannya di rumah kaca.

"Membesarkan pasukanku." Gumam Tsunade. Tangannya sibuk menyemprot tanaman di depannya.

"Ma, apa mama tak ingin jalan jalan denganku???" Tsunade menoleh. Kemudian melepas sarung tangan karetnya.

"Tentu saja, kemana kau ingin pergi???" Tsunade duduk di kursi taman depan sakura.

"Bagaimana kalau ke Jepang???" Mata Tsunade melebar terkejut.

"Ini pertama kalinya aku keluar negeri. Dan aku merasa sudah merindukan jepang. Kau tahu mama, aku ini anak ayah." Rajuk Sakura manja.

"Astaga, kau bahkan tak mengenal ayahmu, dan sekarang kau bilang, 'aku ini anak ayah'. Kami sama, tolong jangan bunuh aku." Cibir Tsunade. Sakura tertawa melihat kelakuan ibunya.

"Ayolah, aku ingin pamer pada semua orang, karena sudah berani menyiksaku, ma." Rengekan Sakura membuat Tsunade gemas. Tsunade mencubit kedua pipi Sakura.

"Astaga, bagaimana aku bisa melahirkan dua orang yang berbeda. Satu berhati iblis, satunya tipuan malaikat. Bagaimana ini???" Tsunade mengerucutkan bibirnya, berpura pura sebal.

"Mama, apa neechan memberi kabar??"

"Dia menelponku tadi, menanyakan apakah aku ini benar benar hanya tidur dengan ayahnya saja. Aaiiish, anak nakal ituuu." Tsunade menyipitkan matanya sebal.

"Kemudian???" Sakura memasang wajah penasarannya.

"Anak nakal itu membuat ayahmu harus menuntut Uzumaki ke pengadilan. Kau tahu, cherry itu lebih pendendam dari ku. Jika ayahmu tak menurutinya. Entah apa yang bisa dilakukan anak iblis itu padanya, Sakura." Tsunade menerawang jauh. Seolah olah Cherry bukan anak kandungnya.

"Bukankah neechan sangat mirip denganmu, mama???" Goda sakura.

"Ya, ya, ya. Dia sangat mirip aku. Dan aku menyesalinya, dari sekian banyak dariku, kenapa hanya sifat burukku yang ada padanya." Sakura tertawa mendengar keputus-asaan yang hanya gurauan dari Tsunade.












Braaaak....

dengan nafas yang berat, naruto membuka pintu kayu Lithium. Kemudian tergesa menghampiri Cherry.

LITHIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang