Chapter 19

170 21 4
                                    



Pagi ini hujan membasahi Britania raya, tiada henti sedari pagi buta.
Berhubung hari ini adalah akhir pekan, masyarakat Kota inggris tidak perlu melakuan kewajiban mereka.
Hanya saja rencana liburan mereka tertunda karna derasnya hujan. Mengharuskan mereka menetap dirumah mereka masing-masing.

Hujan dipagi hari ini menjengkelkan untuk mereka tapi tidak untuk gadis berdarah campuran inggris-amerika ini.

Hujan mendukung suasana hatinya, Hujan memahami isi hatinya,
Hujan pula yang mengartikan bahwa ia kesepian dan kedinginan.

Sejak kejadian tempo lalu, dimana diaaat ia berterus terang pada Sang Kekasih, itulah mulanya dimana hal ini terjadi. Hal yang tidak ia nginkan. Hal yang tak ia nantikan.

Tak berhenti ia menyalahkan dirinya, tak berhenti pula air mata membasahi pipinya.

Semua orang khawatir akan kondisinya, karena dalam waktu yang lama gadis ini tidak menerima asupan gizi.
Baginya jika lelaki yang dicintainya berhenti mencintainya maka ia berhenti melakukan segala hal.
Yang dilakukan hanya berdiam diri, merenung, menangis, sambil menatap kearah jendela, Menunggu.

Kapan kah ia datang? Akan kah ia kembali? Pertanyaan tersebut mengulang seperti rotasi pada bumi di dalam otaknya.

Aku memang bodoh! Aku memang tidak pantas untuknya! Akulah wanita tak tahu diri! Lalunya ia kembali menyesalkan dirinya, kembali menyalahkan dirinya. Sungguh, Kendall yang malang.

Kita kembali kewaktu dimana kejadian ini bermula, disaat Harry menghampiri rumah Tom dan Kendall yang berlari berusaha mencegah lelaki tersebut.

Setelah memijakan kaki di halaman kediaman keluarga Felton, Harry dengan  tak sabar mengetuk pintu dengan amarah yang memuncak. Tak adalagi pikiran yang dingin, yang ada hanya Iblis merah yang terus menghasutnya.
Kendall yang berlari di belakang akhirnya dapat menjangkau Harry, dengan isakkan ia berkata, "Harry aku mohon, jangan marah padanya. Marah padaku, aku yang membiarkan hal itu terjadi." Harry tak mau merespon sedikitpun, ia terus mengetuk--oh bahkan ketukannya yang keras seperti ingin menjebol pertahanan pintu tersebut.

Kendall terus menarik tangan Harry untuk kembali dan tak memperpanjang urusan, tapi Harry tetaplah Harry.
Walaupun ia bertingkah seperti Pecundang disaat yang lain menjatuhkan harga dirinya, untuk masalah Kendall yang akan di curi oleh orang lain ia tidak bisa hanya tinggal diam. Muncullah jati dirinya.

Dan yang ditunggu-tunggu pun muncul dari balik pintu, ia Tom. Tom sendiri yang membuka pintu, sebab kebetulan sang ibu dan adiknya sedang pergi keluar membeli kebutuhan dapur.

Ia sedang tidur sebelum ketukan--oh tidak gedoran Harry, membangkitkanya dari alam mimpi.

Dan kau tahu apa? Tom tak menyangka saat ia membukakan pintu, ia dihadiahi pukulan keras Harry dan dilanjutkan dengan pukulan bertubi-tubi. Padahal sebelum ia membukakan pintu, setengah nyawanya belum sadar, dan kini ia sepenuhnya sadar. Tom yang malang

Kendall selaku pihak ketiga atau bahkan saksi, ia berusaha memisahkan pergelutan antara Harry dan Tom. Bahkan ia tak peduli jika nantinya akan terkena serangan dari keduanya, ia takut Harry akan membunuh Tom. Ia sangat terkejut melihat sisi gelap Harry yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia takut, dan batinnya bertanya-tanya. "Apa ini benar Harry-ku?" Begitulah pertanyaannya dan sudah kujawab pada kalimat di atas.

Saat kendall berusaha menarik Harry ia terdorong dan terjatuh dengan ritme yang sangant kencang. Sampai tulangnya pun terasa sakit sekali. Harry tak menyadari, iblis telah menguasai dirinya. Tom yang tak bisa berbuat apa-apa hanya terkapai tak berdaya.

Mad LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang