"Kita pernah lewati rasa yang pernah mati, bukan hal baru bila kau tinggalkan aku."
"Tanpa kita mencari jalan untuk kembali, takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku."
"Disaat ku tertatih, tanpa kau disini, kau tetap kunanti demi keyakinan ini. Jika memang dirimulah tulang rusukku, kau akan kembali pada tubuh ini. Kunikmati rindu yang datang membunuhku. Untukmu seluruh nafas ini."*play seluruh nafas ini by last child for this chapter
Seandainya aku mendengarkan penjelasannya,
Seandainya aku mengerti bahwa dia tidak ingin menghianatiku,
Seandainya aku menyadari dia berusaha berjuang dan menjaga agar tiada hati yang sakit,
Seandainya tak kuragukan rasa cintanya kepadaku,
Seandainya diriku berada di sisinya di saat-saat dia membutuhkanku,
Seandainya.....
Begitulah kalimat-kalimat penyesalan yang terambang ambang dalam otak Harry. Kenyataan bahwa berkata Seandainya memanglah menyakitkan, apalagi jika dikaitkan dengan penyesalan.
Dengan posisi duduk di kursi belakang pengemudi, Harry meminta Tom dan Emma mengantarkannya ke Rumah sakit tempat Kendall di rawat.Lelaki ini merasa tidak pantas untuk Kendall sebab ia lengah dalam menjaga perempuan itu. Dia malu, namun ia bertekad untuk memperbaiki semuanya setelah Kendall bangun dari tidur panjangnya. Itupun jika Kendall memaafkannya.
•••
Harry berdiri tepat di samping ranjang Kendall. Sebelumnya, kerabat yang sedang menunggu Kendall tercengang sekaligus lega akan kedatangan Harry.
Terutama Anne yang notabenenya ibu kandung lelaki itu segera datang Kerumah sakit, saat dikabarioleh salah satu dari mereka. Ibu ber anak dua ini kurang dari satu bulan tidak bertemu dengan anak lelakinya, tentu ia sangat khawatir dan rindu pada Harry.
Anne memutuskan menunda rasa rindunya dengan menunggu Harry keluar dari ruangan Kendall, dia tahu Kendall-lah yang sangat membutuhkan Harry saat ini.
Satu tangan Harry mengelus tangan Kendall dengan lembutnya, sedangkan satunya lagi mengusap rambut gadis itu.
Harry mencoba menahan tangisnya agar tidak pecah, namun ia gagal. Tangisnnya berderai melihat keadaan Kendall, dia benar merasa bersalah atas semua ini. Katakan lah dia lemah, Cemohan apapun ia terima, karna pasalnya memang titik kelemahan lelaki itu ada pada Kendall.
Dikecupnya kening Kendall, hingga butiran airmatanya mengalir dan jatuh tepat di atas kelopak mata Kendall.
"Sayang.... Bangunlah...."
"Maafkan aku, sayang.... Ini semua salahku. Aku egois, a-aku bodoh." Tangis Harry semakin berderai dengan sesegukan
"Aku.. Sibodoh ini, sangat mencintaimu. Kumohon bangunlah, sayang..."
Di peluknya tubuh yang Kendall yang sudah mengecil itu, "maafkan aku, Kendall sayang. Aku berjanji kejadian ini tidak akan terulang lagi. Aku pastikan, aku tidak akan membuatmu sengsara karnaku. Tidak akan ada rasa sakit lagi, fisik maupun batin." Air matanya bertambah deras, membuat pakaian rumah sakit yang Kendall kenakan basah dibagian bahu.
"Bangunlah, Princess. Kumohon, sayang bangunlah... Aku merindukanmu, aku mencintaimu, Kendall sayangku...." Dikecupnya sedikit lama bibir mungil yang mengering itu.Ah, ia rindu mulut pintar Kendall yang selalu membahagiakannya. Baik lisan, maupun.... Oh aku tidak perlu menjelaskan, jika kalian sudah membaca bagian awal pada cerita ini.
"Tidakkah kau rindu yogurt toko Mr.Gempal? Tidakkah kau rindu pantai? Tidak kau rindu... Aku?" Satu tetes berlian berhasil lolos kembali lewat mata Harry
"Aku mohon.... Sadar dan kembalilah Kendall yang dulu." Dikecupnya kembali pipi dan kening perempuan yang terbujur lemah dihadapannya
"Aku berjanji setelah kau sadar, aku tidak akan meninggalkanmu dan melepasmu barang hal sekecil apapun mengganggu hubungan kita. Akan ku persunting kau secepatnya, mempunyai buah hati yang wajahnya akan mirip denganmu" Harry terkekeh kecil mengingat dirinya yang sering berdebat dengan Kendall perihal mendebatkan, wajah siapakah yang akan menular pada anaknya kelak.
"Aku berjanji" di rengkuhnya tubuh rapuh Kendall, di kecupnya bibir wanita itu sedikit lama, dan jika Kendall sadar dia pasti akan merasakan rasa asin yang berasal dari air mata Harry melalui kecupan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mad Love
FanfictionCinta berhak tumbuh pada siapa, dimana dan tak pandang resiko. Cinta tidak melihat kesalahan, sebab dalam mencintai hanya kebenaranlah yang terlihat. Cinta itu buta, cinta itu rumitcinta itu aneh, cinta itu GILA.