Jika pepatah mengatakan perjuangan itu tidak akan mengkhianati hasil, tetapi kenapa perjuanganku sama sekali tidak membuahkan hasil? -Bagas
▪▪▪Kejadian dua hari yang lalu itu, tidak membuat Bagas patah semangat. Hatinya tidak bisa dikalahkan oleh ucapan Caca meskipun perkataan cewek itu sangat menyakitkan bagi Bagas. Yang jelas, Bagas tidak akan pernah mengingkari janjinya untuk memperjuangkan cinta Caca.
"Peserta nomor tiga, dipersilahkan untuk masuk ke tengah lapangan."
Sorak sorai pendukung paduan suara dari SMA Bhineka, langsung terdengar di setiap penjuru aula tempat dilaksanakannya lomba paduan suara. Semuanya berdiri sambil berseru, menyemangati tim paduan suara yang dipimpin oleh Caca si Ketua padus tersebut.
"Eh, eh! Tolong pegangin, dong." Bagas memberikan ujung spanduk itu kepada penonton yang ada di samping kanan dan kirinya, sehingga membuat spanduk itu terbuka dengan lebar. Menampilkan poto Caca dengan tulisan sesuai dengan permintaan Bagas kepada tukang spanduk itu.
Semangat Clarissa Amanda! Bagas Alvaro selalu mendukungmu.
Suara alunan gitar yang mengiringi tim paduan suara Caca itu pun mulai terdengar, membuat seluruh penonton seketika hening, mencoba memberikan konsentrasi penuh untuk peserta yang sedang tampil.
Bagas, cowok itu memang sengaja memilih tempat duduk yang berbeda dengan sekumpulan suporter tim paduan suara Caca. Niatnya karena memang ingin berbeda sendiri, supaya terlihat lebih menonjol.
Baru setengahnya tim paduan suara itu bernyanyi dengan indah, tiba-tiba saja Bagas berteriak sambil menggunakan toa yang sudah ia pinjam dari sekolah.
"CACA, SEMANGAT! CACA, SEMANGAT! SEMANGATTTTTTT! LO PASTI MENANG, CAAAA!"
Seketika, Caca langsung menoleh ke arah sumber suara yang berada di tribun pertama dari atas, dengan tangan yang masih bergerak memberikan ketukkan bagi para anggotanya.
Mata Caca terbelalak melihat spanduk besar yang sudah tergerai lebar di atas sana dengan Bagas yang berteriak-teriak menggunakan toa.
Seketika itu pula, nada nyanyian paduan suara tiba-tiba tidak karuan.
Caca langsung menoleh ke arah anggotanya kembali dengan wajah bingung sekaligus kagetnya. Sama halnya dengan anggota paduan suara yang masih bernyanyi meskipun dengan nada yang berantakkan.
Para penonton langsung berseru kecewa.
Caca mengangkat tangannya ke arah pembawa acara bahwa tim paduan suara mereka sudah tidak bisa lagi melanjutkan nyanyiannya, membuat pembawa acara tersebut terlihat kikuk.
"Oke, mohon maaf kepada tim paduan suara nomor tiga, harus didiskualifikasi karena tidak bisa lagi melanjutkan. Dimohon kepada tim paduan suara nomor empat untuk bersiap-siap."
Caca langsung berlari menuju back stage dengan air mata yang sudah berderai, membuat seluruh penonton menatap tim mereka kasihan karena sebenarnya tim paduan suara mereka sangat layak untuk menjadi juara.
Sedangkan Bagas? Cowok itu hanya mengernyit bingung melihat kepergian Caca dari lapangan aula sana.
"REGRET"
"Lo kenapa sih, Ca?"
Nina, selaku Wakil Ketua paduan suara itu langsung menyerbu Caca dengan berbagai pertanyaan yang sedari tadi menggunung di pikirannya, membuat Caca seketika langsung berhambur memeluk Nina.
"Maafin gue, Nin. Gara-gara gue tim kita jadi kalah ... Gara-gara gue nggak konsen, tim kita jadi kalah ..."
Nina menghela napas pasrah sambil mengelus-elus punggung Caca. Ya mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur dan tidak bisa lagi untuk dikembalikan. Sama halnya dengan kejadian tadi yang sudah terjadi dan tidak bisa diulang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Teen FictionIni bukan Friendzone, lebih tepatnya Clarissa Amanda atau biasa dipanggil Caca, tidak pernah menganggap Bagas Alvaro lagi sebagai temannya. Padahal, Bagas rela melakukan apa saja asalkan Caca tidak lagi bersikap jutek kepadanya. Satu senyuman Caca s...