Part - 4

131 8 0
                                    

Revan Pov

Vanesha mendiamkanku, dia bilang aku lalai mendidik istriku dalam bertutur kata. Aku juga tidak percaya apa yang di katakan gadis kecil itu, apa yang ada di pikirannya tentang Vanesha.

"Maafkan aku". Ucapku pada Vanesha.

"Kau janji akan memberikan dia pelajaran?"

"Aku akan menasehatinya".

"Hanya itu? Jangan2 kau sudah mulai mencintainya". Ucapnya curiga.

"Apa?? Cinta? Kau sudah mengenalku berapa lama?"

"Yah siapa tau Alexa memiliki saingan sekarang".

"Sudahlah jangan bahas soal ini".

"Wanita itu benar2 tidak tau sopan santun". Ucapnya melenggang pergi.

***
Aku kembali ke apartemen tepat pukul 3 pagi, sesampainya dikamar tiba2 ponselku berdering. Papa ??? Jam segini tlp ada apa???

Aku segera menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan papa..

"Revan, kau dimana?"

"Di apartemen ada apa pah?"

"Dimana Reva?"

"Sudah tidur".

"Ada apa dengan kalian? Apa kalian baik2 saja?"

"Apa maksudnya?"

"Tadi Reva tlp ayahnya, dia menangis. Dia bilang dia sangat merindukan ayahnya. Papa harap kau bisa sabar menghadapi sikap kekanakan Reva. Dia masih sangat kecil, dia tidak pernah jauh dari ayahnya selama ini. Tapi tiba2 dia harus berpisah dan ikut dengan pria yang tidak pernah ia kenal sebelumnya".

"Aku mengerti, sejauh ini tidak ada yang membuatku tidak sabar menghadapinya. Tapi aku akui sikapnya sangat kekanakan".

"Ya ya papa tau". Jawab papa sambil tertawa, sepertinya Reva tidak menceritakan tentang perbuatanku padanya.

"Lalu apa lagi yang dia katakan pah?"

"Apa lagi?? Tidak ada".

"Papah yakin???"

"Ayolah Revan tenang saja, dia tidak akan menceritakan tentang malam pertama kalian". Ucap papa tertawa lepas di seberang sana.

'Aku bahkan belum menyentuhnya hingga kini pah'

"Aahh sudahlah, aku mau istirahat".

"Ya ya ya, jangan lupa setelah sampai disini segera bawa Reva menemui ayahnya, kasihan dia sangat merindukan ayahnya".

"Baik pah, selamat beristirahat".

Aku memutuskan sambungan tlpku dengan papa.
Aku melihat Reva yang sedang tertidur, masih ada sisa air mata disudut matanya. Maafkan aku Reva, aku sudah sangat kasar padamu. Entah kenapa aku menyesal telah memukulnya, seharusnya aku tidak perlu seperti itu.

Air matanya mengalir, aku menghapusnya dengan lembut. Ternyata sentuhanku mengusik tidurnya, dia mengerjapkan matanya. Aku segera memejamkan mataku dan berpura2 tidur.

"Ayah.." Panggilnya sambil melihat sekitar, dia pikir aku ayahnya ??? Gadis bodoh, mana mungkin ayahmu bisa menyentuhmu sementara kau berada jauh darinya.

Dia menatapku namun aku pura2 tidur, aku bisa sedikit mengintip dari sela selimut yang ada di dekatku. Dia membelai rambutku, kurang ajar sekali dia.

"Hai tuan muda, kau sangat tampan aku menyukaimu. Tapi kau galak, aku tidak suka". Ucapnya membuatku ingin tersenyum, galak dia bilang ???

"Kau tau, aku sangat ingin menciummu jika boleh. Tapi aku tau jawabannya pasti tidak boleh, menyentuhmu seperti ini saja aku tidak bisa apalagi kalau menciummu pasti kamu akan membunuhku. Tapii sekarang kan kau sedang tidur jadi aku boleh ya cium kamu??" Tanyanya padaku yang ia tau sedang tidur, benar2 bodoh.

Will You Marry Me???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang