-°| Pelukan

17.6K 1.1K 8
                                    

Darren memacu mobilnya dengan kecepatan penuh. Ucapan Vera tadi terus terngiang-ngiang di kepalanya. Dan untuk saat ini pikirannya hanya terfokus pada Keira. Se badmood-badmoodnya Darren pada Keira, Darren tetap khawatir jika menyangkut tentang kesehatan adik manisnya itu.
Darren tidak mau kejadian-kejadian itu terulang lagi.
Cukup sampai pada kejadian 4 bulan yang lalu saja, sekarang jangan lagi.
Darren itu bukan takut di salahkan atau di hajar habis-habisan sampai mampus, tapi Darren takut akan kehilangan Keira karena kebodohan yang telah Darren lakukan.

👣

Darren membuka pintu kamar Keira secara perlahan, setelah pintu terbuka setengahnya, matanya langsung tertuju pada tempat tidur Keira. Darren melihat Aldan yang sedang memeluk Keira erat di atas tempat tidur yang di lapisi badcover putih dan abu-abu. Aldan terlihat sangat khawatir, dan Keira terlihat sangat nyaman.

Darren menutup pintu secara perlahan. Mengurungkan niatnya untuk menemui Keira.
Biarkan saja Keira dan Aldan saling berpelukan. Siapa tau Keira jadi luluh sama Aldan. Begitu pikirnya.

Darren melangkah kan kaki nya menuju kamar yang berada di sebelah kamar Keira. Kamar milik Darren.
Merebahkan tubuhnya di ranjang empuknya. Matanya menerawang jauh.
Jauh kedepan sana.
Pokoknya jauh banget. Sampek nggak keliatan.
Pikirannya melayang entah kemana.  Darren selalu seperti ini jika menyangkut Keira. Adik tersayangnya. Adik termanisnya. Adik termanjanya. Katakan saja Darren terlalu berlebihan. Emang iya. Bisa lebih posesive dari Aldan. Dan bisa juga lebih goblok dari Aldan.
sekali lagi Darren memang berlebihan.

Tanpa di sadari, Darren menutup matanya secara perlahan dan beberapa saat kemudian Darren sudah tertidur dengan pulasnya. Mungkin karena capek kali ya.
Capek fisik dan capek pikir.

👣

Keira terbangun di pelukan Aldan. Tangan Aldan melingkar di pinggang Keira dengan protektif. Sementara tubuh Aldan menempel erat di tubuh Keira. Keira menikmati semua sentuhan Aldan dan tidak ada niat sedikit pun untuk melepas pelukan Aldan.
Bagaimana bisa Keira merasa nyaman berada dalam dekapan tubuh Aldan. Padahal Keira sangat membenci Aldan.

Keira membenci mahkluk hidup yang terlelap di sampingnya itu. Keira membenci segala macam bentuk ke posesive an Aldan yang selalu di tunjukkan untuk Keira.
Tiba-tiba Aldan bergerak dalam tidurnya, lalu membuka mata perlahan.

"Maafin aku tadi udah maksa dan bentak kamu," kata Aldan sambil tersenyum manis, membuat benteng Keira hampir roboh begitu saja hanya karena melihat sifat lembut dan senyum manis Aldan.

Keira membalas tatapan Aldan, dan dalam sedetik sebuah ciuman kecil mendarat di kening Keira. Aldan tersenyum kembali, lalu memejamkan matanya lagi. Sambil menarik nafas dalam-dalam, Aldan terlihat sedang berpikir keras. Keira memperhatikan raut wajah Aldan dengan seksama,  seakan-akan dengan begitu Keira dapat melihat apa yang sedang di pikirkan Aldan. Apa mungkin Aldan akan terus bersifat manis terhadap Keira, atau malah Aldan akan kembali ke sifat posesivenya. Entahlah. Keira tidak bisa menemukan jawaban dengan pasti.

"Kepalanya masih pusing?" tanya Aldan dengan nada sangat lembut.
Keira menganggukkan kepala dua kali.
Tangan Aldan terulur ke puncak kepala Keira, mengelus rambut keira dengan pelan.

"Kalo ada yang sakit bilang ya, aku nggak mau kamu kenapa-napa," ujar Aldan.
Keira tersenyum tipis. Matanya masih menperhatikan wajah Aldan baik-baik.  Cahaya lampu yang terang menerpa wajah Aldan yang seolah terpahat sempurna. Hidung Aldan yang mancung, bibir Aldan yang berwarna merah alami dan errg mengoda [menurut Keira], kedua alis Aldan terbentuk indah dan tebal di atas kedua mata Aldan. Beberapa helai rambut Aldan yang hitam kecoklatan jatuh menutupi dahi, membuat wajah Aldan terlihat semakin tampan. Dan bulu mata yang lentik membuat Aldan semakin cute.
Ya Tuhan, bagaimana mungkin Keira menolak melihat pemandangan seindah ini dihadapan Keira?

COMPLEJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang