-°| Mengamati

16.3K 1K 7
                                    

Jika rasa itu memang memaksamu untuk menerima dan tetap tinggal, apakah ada alasan lain yang membiarkanmu untuk tetap pergi?
Namun jika rasa sendiri yang menginginkan untuk menerima dan tetap tinggal, maka banyak alasan yang akan membuatmu pergi.
Karena rasa akan lebih sakit jika dirasakan hanya dari 1 sisi.

👣

Aldan masih setia memeluk Keira erat. Rasanya sangat nyaman dan damai. Andai saja Aldan bisa bebas memeluk Keira kapan saja, pasti hari-hari Aldan jadi jauh lebih bervariasi.

Detik berikutnya Aldan mulai sedikit memundurkan kepalanya kebelakang.
Mata tajam Aldan di fungsikan untuk mengamati setiap inchi wajah Keira.
Sempurna. Sangat-sangat sempurna.

Tangan Aldan terulur menyentuh mata Keira. "Mata ini indah Kei. Mata yang selalu membuatku terpesona dan jatuh semakin dalam.
Ya walaupun mata ini selalu menatapku penuh kebencian. Tapi tetap saja aku jatuh dalam pesona tatapmu. Sudah terlalu dalam dan sangat sulit untuk kembali ke daratan."

Kemudian tangannya turun menyentuh hidung mancung Keira. "Hidung ini menggemaskan Kei. Aku ingin sekali setiap hari kita main tarik-tarikan hidung dengan bersama. Kamu narik hidungku, dan aku narik hidungmu. Sampai merah." Aldan tersenyum tipis.

Tangannya beralih ke Pipi chuby Keira. "Sungguh, aku sangat tersiksa soal ini. Setiap hari aku harus menahan nafsu tanganku agar tidak mencubit pipi chubymu itu. Aku gemesh sama pipi kamu. Gemesh banget malah. Kapan ya kira-kira aku bisa cubit pipi kamu semauku."

Tangan Aldan turun kebawah menuju Bibir tipis, warna pink muda milik Keira.
Menyentuhnya sekilas.
"Bibir kamu cantik. Senyum mu manis. Saking manisnya, madu aja sampek sembunyi dibalik semak-semak. Takut kalah saing sama kamu.
Sumpah Kei, senyum kamu itu canduku banget." Aldan mengecup bibir Keira singkat. "Tanda sayang aku, maaf kalo aku cium bibir kamu pas kamu tidur, Soalnya kalo cium bibir kamu pas kamu udah bangun aku takut kamu ngambek."

Aldan kembali memeluk Keira erat.
Mengelus rambut Keira dengan pelan dan lembut.

"Semoga aja kamu cepet buka hati kamu buat aku, Kei." Aldan menghembuskan nafas lelahnya.
"Aku capek kalo harus pura-pura sok sadis didepan kamu, Kei. Aku juga sedih kalo harus tiap hari ngeliat kamu menderita karena adanya aku disamping kamu, Kei. Jadi please untuk kali ini aku mohon supaya kamu bisa buka hati kamu untuk aku."  Aldan mencium puncak kepala Keira mesra.

"Aku sayang kamu, Kei."
"Cinta banget malah."
"Get well soon dear." ucap Aldan seraya mengecup kening Keira hangat.
"Jangan sakit-sakitan terus, aku ng gak tega liatnya."

👣

"Gimana keadaannya Keira, Al? Tadi pas gue mau masuk kamar Keira, gue liat lo peluk-pelukan sama Keira. Ya gue gak jadi masuk. Biar lo bisa meluk Keira samek puas, tanpa gue gangguin," ledek Darren saat Aldan duduk di sofa yang ada di samping Darren.

"Kondisinya drop, tadi Om Tito nyaranin buat di opname, tapi Keira nolak. Udah gue paksa sampek gue bujuk dengan kata-kata manis nan lembut tapi tetep aja nolak. Gue bingung harus gimana," pasrah Aldan.

"Ini salah gue, harusnya tadi pagi gue nggak ninggalin dia gitu aja," kata Darren menyesal.

"Yaudahlah, udah terlanjur ini," jawab Aldan seadanya.

Darren menganggukkan kepalanya, dan berkata, "Eh. Revan pindah ke sekolah kita,"

"Hah!?" Aldan kaget setengah mati.
"Jangan bercanda! Nggak lucu!" kata Aldan tegas.

"Gue nggak bercanda. Dan kalo emang lo nggak percaya, cek aja kali. Itu kan sekolahan milik bokap lo," ucap Darren penuh penegasan disetiap katanya.

"Ck. Sialan!" Aldan mengumpat kesal.
👣

"Minggir lo, gue mau lewat!"

"Minggir ga minggir. Tong tronton mau lewat," ledek Vino seraya menarik lengan Gaga.

Vera yang merasa tersindir menatap Vino tajam. "Apa lo!? Tusuk konde,"

"Keren dong, ada variasi lengkuk-lengkuknya. Daripada lo, tong tronton. Gede tanpa bodi,"

"Berisik lo! Minggir gue mau lewat!"

"Perasaan dari tadi juga udah di pinggir. Kalo emang jalan segitu masih gak muat, emang Lo nya aja yang kegedean,"

"Ck," Vera memutar bola mata malas. "Lo berisik! Buruan minggir, daripada gue tabrak,"

"Kapan sih lo berdua bisa akur?" kata Gaga yang menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Kalo dia udah kurus!" jawab Vino santai.

"Kalo dia udah sakratul maut, mau mampus!" jawab sedikit sadis.

Vino menatap Vera tajam. Vera pun membalas tatapan Vino tak kalah tajam.

"Gitu aja terus sampek Vera jadi selena gomez versi indonesia!" celetuk Gaga seadanya.

"Hah? Dia berubah jadi selmez nya indonesia? Nggak mungkin woi nggak mungkin! Dia mah berubahnya kalo nggak jadi Dijah Yelow ya jadi Mpok Nori. Peyot!" kata Vino sinis seraya menatap Vera benci.

"Diem lo curut. Minggir!" teriak Vera seraya berjalan dengan langkah lebar dan menyenggol bahu Vino secara kasar.

"Ck," kata Vino seraya mengusap bahunya yang sedikit sakit.
"Udah tau gendut, main tabrak aja. Dasar tong tronton," dumel Vino nggak jelas.

"Ngedumel aja terusssss!" sindir Gaga.

"Habisnya si tong tronton udah tau gede, main tabrak aja. Emangnya di pikir nggak sakit apa!?" Vino ngomel nggak jelas.

"Yeah," ucap Gaga mulai jengah.

"Dikasih makan apa sih tu anak!? Bisa ya, badan segede gitu. Kok mau ya Keira punya sahabat kaya tu anak?"

"Lah!? Emang hubungannya badan gede sama persahabatan Keira apaan?"

"Lah, kan Keira kecil mungil imut-imut kayak berbie,"

"Terus?"

"Kalo misal Keira lagi galau terus di peluk Vera, bisa hancur tuh badan mungil Keira. Kan sayang. Mending juga gue yang meluk Keira. Dada bidang perut proses ke sixpack. Pasti Keira nyaman,"

"Lah!? Ngapa jadi bahas pelukan sama Keira sih. Apa hubungannya begok!" sembur Gaga seraya menyentil dahi Vino.

Vino mengusap bekas sentilan Gaga. "Ck, sakit oncom!"

"Bodo," acuh Gaga.

"Ya Tuhan, Apa salah hamba? Kenapa mereka-mereka suka menganiaya hamba!? Bantuin Vino, Tuhan. Bantuin Vino pergi dari hadapan orang-orang gila ini, Tuhan!
Setiap ketemu pasti ngajak ribut Tuhan. Vino kan jadi gemesh Tuhan, terus kalo udah gemesh bawaannya pengen cium bibir Keira yang mungil itu Tuhan,"

Pletak.
Gaga menjitak kepala Vino secara keras.
"Inget! Keira itu tunangan Aldan. Cowok dingin yang kejamnya super,"

"Dianiaya lagi," Vino mendengus keras.

"Model-model kayak lo gini emang enak di aniaya,"

"Sialan lo!" maki Vino tak terima.

"Bodo!" sahut Gaga sinis.

COMPLEJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang