-°| Pilu

7K 528 57
                                    

Hidup mewah hanyalah istilah.

Kekuasaan hanyalah hiasan.

Kehendak Tuhan lah yang tetap jadi pemenang.

Selayaknya tamu.
Keira hanya singgah untuk sesaat, entah itu hanya sekedar minum segelas air mineral atau mengucapkan sebait sajak tak bermakna.
Waktunya telah habis, saatnya Keira kembali lagi ke rumah yang sesungguhnya.

Dengan segenap rasa, yang entah itu rela atau tidak, si tuan rumah harus melepaskan tamunya.
Membiarkannya pergi dengan leluasa,
Cukup antarkan si tamu sampai depan pintu rumah di sertai senyuman manis.
Setidaknya dengan senyuman manis, si tamu merasa bahwa kehadirannya membuat si tuan rumah bahagia karena kedatangannya.

Tapi kiasan tetap kiasan.

Kenyataannya mereka semua mengantarkan Keira ke tempat peristirahatan terakhirnya di sertai dengan isak tangis yang teramat pilu.

Merasa sedih.

Merasa kehilangan.

Setidaknya itulah rasa mereka.

🍂

Sepertinya tidak akan ada orang tua yang sanggup menguburkan anaknya sendiri.

Bagi orang tua, anak itu adalah:
Buah hatinya.
Buah cintanya.
Harapan terbesarnya.

Dan jika boleh bernegosiasi,
Kedua orang tua akan dengan senang hati menukarkan nyawanya demi hidup anaknya.

Tapi ini alam nyata.
Alam tidak akan menerima negoisasi dalam bentuk apapun.
Dan alam hanya akan menuruti kehendak sang pencipta.

Pilu.

Penuh derita.

Luka fisik banyak yang mengasihani.
Tapi kalau luka hati? Ah, mereka hanya bisa menerka.

Di luar terlihat tegar dan sudah mengikhlaskan, tapi di hati [?]

·

Air mata tak mampu menetes dari mata Mr. Bram.

Bukan karena beliau tidak sedih atas kepergian putri bungsunya.

Tapi beliau masih berlogika.
Jika beliau menangis meraung-raung seperti istrinya. Siapa yang akan merengkuh pundak sang istri untuk menguatkan hatinya?

Siapa juga yang bakal menepuk pundak putra sulungnya untuk sekedar memberi kekuatan?

[Mendengus pasrah]

Kadang kehidupan perlu banyak topeng dan topi untuk menutupi segalanya.

Hatinya harus kuat, wajahnya harus tetap terlihat tegar.

Bukan untuk pencitraan melainkan untuk menguatkan hati kedua orang yang paling berharga untuk hidupnya.

Hati istrinya sangat rapuh untuk saat ini.

Hati putra sulungnya juga sangat remuk.

Walapun hati Mr. Bram terus menjerit tak terima, tapi dengan fake ekspresion nya beliau bisa menutupi segalanya.

🍂

Sakitnya saat melahirkan si bungsu masih terasa.
Rasanya sedikit ngilu banyak pilu nya.

Kalau dulu ia bisa mempertaruhkan nyawanya demi si buah hati lahir ke dunia.
Sekarang beda lagi,
Ia hanya bisa menumpahkan seluruh air matanya juga seluruh jeritan histerisnya saat mengantarkan sang buah hati pada peristirahatan yang terakhir.

Sungguh pilu.

Rasanya ia masih ingin berlama-lama duduk berdua mendengarkan cerita putri bungsunya tentang kisah percintaan si bungsu atau tentang kisah keseharian si bungsu.

Tapi, angan tinggallah angan saat kenyataan menerpa.

Ia harus merelakan putri bungsunya pergi.

Walaupun sesungguhnya hati tidak rela melepasnya tapi setidaknya mata tidak usah memproduksi air terjun lagi.

Kata orang kalau orang meninggal disertai isakan tangis maka orang yang meninggal tersebut akan tersesat dan bingung arah.

Ia mengusap air matanya perlahan dan mulai berusaha untuk tidak menangis lagi.

Ia tidak mau putri bungsunya tersesat di jalan apalagi sampai bingung arah.

Ah

Membayangkannya saja sudah mampu nebuatnya merasa sedih juga gelisah.

[Menghirup napas panjang dan menghembuskan perlahan].

"Mama sayang Keira." lirihnya terdengar pilu.

🍂

Duduk termenung di balkon kamar adiknya.
Menikmati garisan-garisan kenangan yang telah terlewati bersama.

Rasanya baru kemaren sang adik merajuk meminta ice cream rasa coklat mix vanila pada sang kakak.

Dan rasanya juga baru beberapa jam yang lalu sang adik merengek minta thetring pada sang kakak.

Ah.

Semuanya serasa mendadak.
Dan terkesan seperti sedang merencanakan kejutan ulang tahun.

. [Please]

Sadar Darren!
Keira sudah pergi untuk selamanya.

Keira itu sudah bosan sama kamu,
Kamu resek, kamu jahil, kamu begok juga.
Jadi ya maklum aja kalau Keira itu lebih memilih meninggalkan mu!

[terkekeh miris]

Episode ini adalah frame bisu, yang hanya ada Darren yang merana dengan semua rasanya.

🍂

Siapa yang tidak kehilangan jika orang terkasihnya meninggalkannya untuk selamanya?

Ah

Ini memang kisah kegalauan yang klasik.

Sedih saat sang pujaan meninggal.

Frustasi juga murung.

Tapi, ini memang kenyataannya.

Semangat hidup Aldan seakan ikut terkubur bersama jasad Keira.

Raga Aldan masih disini, tapi [rasanya] seakan melebur menjadi tanah penutup jasad.

Hatinya remuk tak beraturan.

Logikanya juga terbang tak tentu arah.

Di dalam benaknya hanya ada satu deret huruf yang terbingkai ayu disertai kotak kenangan terindah yang pernah terjelajahi.

Kedua sudut bibirnya membentuk garis lengkung, smily face.

Entah dapat bisikan setan lebay dari mana, tiba-tiba saja Aldan meraih bulpoin dan selembar kertas berwarna putih

Tangannya bergerak dengan lihainya diatas kertas putih tersebut.
Menuliskan beberapa bait sajak pengakuan yang tak beraturan.

Kamu gadisku.
Kamu orang pertama yang mengajariku artinya kerumitan rasa.
Rumitnya berjuang.
Rumitnya alur.
Juga rumitnya hidup.

Kamu gadisku.
Kamu juga yang mengajarkanku tentang kalah itu ada.

Kamu gadisku.
Kamu megajariku tentang pengorbanan dan perjuangan memang tidak akan selalu berbuah manis.

Pahit.
Itu terasa.

Manis itu bonus.

Bagiku kamu adalah segalanya.

I lOVE YOU KEIRA MAURREN :*

Terkesan alay dan sedikit iyuh.
Tapi menulis ungkapan hati apa salahnya?

Seperskian detik kemudian, Aldan menggulung kertas putih itu, menalinya dengan tali coklat, dan kemudian di masukkannya ke dalam botol bertutup kayu.

COMPLEJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang