-°| Penutup [MISI]

7K 526 59
                                    

"... dia bakal mengakhiri semuanya dengan jadiin Keira sebagai penutup misi,"

"Ck!"
"Brengsek!"

"Cepat hubungin orang-orang yang ada di rumah sakit, Kak!" pekik Sasa tiba-tiba.

Manda menolehkan kepalanya menatap Sasa sesaat, setelah itu dengan cekatan, Manda mengobrak-abrik tas kecilnya guna mencari handphone flip nya.

Tangan Manda dengan lihainya mengoprasikan benda tersebut.

Manda menghubungi semuanya.
Dimulai dari Mr. Bram, Aldan, Vino juga beberapa orang-orang suruhannya.

Seperskian detik kemudian, Manda menolehkan kepalanya ke arah Sasa dan berkata, "Gue minjem gadget lo."

Sasa langsung memberikan gadgetnya ke Manda tanpa berkata apapun.

Setelah mendapatkan gadget dari Sasa, Manda langsung menarik mini USB dari sisi gadget milik Sasa dan menyambungkannya dengan ponsel flip miliknya.
Untuk beberapa saat Manda mengotak-atik gadget Sasa.
Dan setelah Manda selesai menyelesaikan koneksi keduanya, Manda mulai mendial sederet nomer.

Sedetik.

Dua detik.

Tiga detik,
dan
Gotcha....
Nomer masih bisa tersambung.

Ah.

Manda tidak akan menyia-nyiakan kesempatannya.
Mata Manda melirik ke gadget Sasa yang masih ada di tanganya. Dilayarnya tercetak beberapa huruf tercetak dengan cepat.

Setelah mendapatkan gadget dari Sasa, Manda langsung menarik mini USB dari sisi gadget milik Sasa dan menyambungkannya dengan ponsel flip miliknya.
Untuk beberapa saat Manda mengotak-atik gadget Sasa.
Dan setelah Manda selesai menyelesaikan koneksi keduanya, Manda mulai mendial sederet nomer.

Sedetik.

Dua detik.

Tiga detik,
dan
Gotcha....
Nomer masih bisa tersambung.

Ah.

Manda tidak akan menyia-nyiakan kesempatannya.
Mata Manda melirik ke gadget Sasa yang masih ada di tanganya. Dilayarnya tercetak beberapa huruf tercetak dengan cepat.

"Ren, berhenti! Telpon papa lo dan Aldan buat nyebar orang-orangnya disegala penjuru. Jangan lupa, perketat keamanan Rumah Sakit!" kata Manda.

Darren secara otomatis langsung menepikan mobilnya dan menghubungi papa serta Aldan.

Tut

Tut

Tut.. .. ...

Tidak ada jawaban,
Darren kembali menghubungi papa dan Aldan secara bergantian,
Tapi hasilnya tetap sama.

Darren melemparkan ponselnya ke dashboard secara kasar.
"Shittt! Pada kemana sih?!" teriak Darren frustasi.

Drtttt..... drtttt... drtttt....

Ponsel Darren bergetar pertanda ada panggilan masuk.
Dan dengan segera, Darren langsung meraih benda tersebut.

Dilayar depan tertera nama sederet nomor yang tidak dikenalnya.

Kening Darren mengernyit sesaat, kemudian di angkatnya panggilan tersebut.

"Keira nggak ada dikamarnya!!!" pekik suara dari sebrang telpon.

Darren kaget.
Ponselnya di lempar begitu saja kesembarang arah.
Rahangnya mengeras seketika.
Matanya menyala pertanda amarahnya kian memuncak.

Manda dan Sasa bingung melihat ekspresi Darren yang menunjukkan kemurkaannya.
Dan entah garisan dari mana, yang jelas dalam benaknya terlintas satu pernyataan.

'Tentang Keira'

"Gue nggak akan ngebiarin si Brengsek bawa adek gue!" gumam Darren penuh amarah.
Sedetik kemudian Darren mengoper gigi dan menginjak pedal gas dalam-dalam.

"Pelan-pelan, Kak," pekik Sasa ketakutan.

"Mending lo pelan-pelan deh, Ren. Bahaya tau nggak?!" teriak Manda.

Darren tidak memperdulikan teriakan kedua gadis yang sedang berada 1 mobil denganya.

Tujuannya adalah satu.
Cepat sampai ke Bogor, dan segera mencari Keira.

"Lo gila?! Kalo lo ngebut gini, kita bisa kecelakaan goblok!"

"Lo nyuruh gue pelan-pelan sedangkan di sana adek gue lagi ilang dan terancam. Gue kira lo yang goblok!" teriak Darren tanpa menoleh kearah sumber suara.

Deg

Manda serta Sasa kaget akan ucapan Darren.

'Keira ilang?'

Astaga.

'Sipsikopat itu bertindak seperti landak'
'Cepat dan tak terbaca'

.

Manda menatap gadget milik Sasa yang masih berada pada tangannya. Huruf dan angka acak tadi sudah berhenti sampai digit ke empat, menunjukkn 74GA.

"Shit! Koneksi susah." pekik Manda.

Manda mendengus kesal.

"Pakek laptop gue kak," tawar Sasa.

"Lama." jawab Manda seadanya.

Sasa mendengus.

"Yassss," teriak Manda ketika koneksi internetnya tersambung dengan lancar.

Beberapa detik kemudian huruf dan angka acak tadi telah berhenti dan menunjukkan sebuah ID 76GA54A9-B96E.

"Telpon siapapun orang yang ada di bogor buat gerak ke area penerbangan helikopter," titah Manda.

Darren segera meraih ponselnya dan melemparkannya ke arah Sasa.

Sasa dengan sigap langsung mendial beberapa nomor telpon dan menyuruhnya untuk segera mengepung area bandara.

.
.

Aldan memacu mobilnya menuju bandara dengan kecepatan laju diatas maksimum.
Pedalnya diinjak habis.

Pikirannya tak karuan sekarang.

"Arggghhhhh!
Shittt!!!
Gaga brengsek!!!" teriaknya nggak jelas.

Seperskian menit Kemudian Aldan tiba di arena penerbangan.
Dan tanpa babibu Aldan langsung berlari meninggalkan mobilnya tanpa mematikan mesin ataupun tanpa dikunci.

Sembodo sama mobil.

Ilang ya beli lagi,

Mungkin begitu pikirnya.
[]
Mata Aldan sibuk menjelajah segala arah guna mencari keberadaan Keira.
Tapi nihil, Aldan sama sekali tidak mendapati tanda-tanda keberadaan Keira.

Sial!

Aldan meraih ponsel yang ada di sakunya, mongotak-atiknya dengan lihanya.

675E77VB-56BG.
GARUDA 517-B

"BRENGSEK!" teriak Aldan yang kemudian berlari menuju apron.

Lanhkah Aldan yang lebar dan terkesan tergesa-gesa membuatnya menabrak orang-orang yang lalu lalang di sekitaran koridor.

Tapi Aldan tidak peduli.
Bodoamat!

Yang penting dia sampai di apron tepat waktu.

Jangan sampai telat.

Beberapa detik kemudian Aldan telah sampai di apron.

Aldan memperlambat langkahnya juga mempertajam penglihatannya.

Dibacanya satu persatu-satu kode yang tertulis di awak helikopter.

.

Saat Aldan masih berada di urutan helikopter ke empat, helikopter yang terletak di apron paling ujung mulai melakukan climbing.

Dan entah dorongan dari mana, Aldan langsung memperhatikan pesawat yang akan segera climbing itu dengan sesama.

Dan

Oh astaga,

517-B..

COMPLEJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang