-°| Galau

13.4K 938 38
                                    

Saat ini Aldan sedang termenung di taman belakang. Tepatnya di bawah pohon besar yang ada di sisi telaga. Tangan kanannya merogoh saku celananya. Mengeluarkan vape dan liquid rasa manggo. Membuka clearomizernya dan mulai menuangkan liquidnya. Setelah dirasa cukup, Aldan menekan tombol dan menempelkan mulutnya ke driptip yang berwarna abu-abu variasi hitam dan putih. Menyesap asapnya dan mengepulkan ke udara.
Sungguh nikmat dan sedikit menenangkan.

Pikirannya masih bertahan pada kejadian beberapa menit yang lalu.
Kejadian yang mampu membuatnya jatuh sedalam-dalamnya, juga kejadian yang mampu membuat emosinya melambung tinggi ke puncaknya.

Kejadian itu, kejadian dimana Keira berpelukan sama Revan di depan meja guru kelas XI IPA I.
Jangan tanya Aldan tau darimana! Karena saat itu Aldan sedang berada di ambang pintu kelas Keira. Niat awal mau menghampiri Keira dan mengajak makan di kantin bersama. Tapi, inilah yang didapat. Pemandangan yang membuat mata menjadi memerah dalam sekali tatap, juga hati yang hancur dalam sekali pukulan.
Awalnya Aldan mau menarik tangan Keira dan memukul wajah sok polos milik Revan. Tapi semua itu di urungkannya.
Ini bukan tentang berani atau tidak berani. Tapi ini tentang hubungan Aldan dan Keira untuk selanjutnya.
Jika tadi Aldan melakukan 2 tindakan tersebut, maka 78% Keira akan marah besar. Dan Keira itu bukan orang yang gampang di remehin. Sekalinya Keira marah, runtuh sudah sifat ke badboy-an Aldan. Aldan akan segera bermetamorfosa menjadi cowok culun yang tertindas, dan sangat mengenaskan. OH TIDAK!!!!

Aldan juga sadar akan posisinya. Sadar banget malah.
Walaupun untuk saat ini Aldan menang status dari Revan, tapi bagi Keira, Revan itu lebih penting dari Aldan.
Jadi Aldan bisa apa?
Memaksa Keira yang akan berujung dengan kekalahan atau membunuh Revan yang akan berujung dengan kesedihan yang amat mendalam!?
Dan jawabanya adalah, TIDAK untuk dua-duanya.
Kenapa?
Pertama, Aldan tidak mau memaksa Keira jika pada akhirnya, Revan yang akan menangkap dan medekap Keira lebih erat.
Kedua, jika Aldan membunuh Revan, pasti Keira akan marah besar pada Aldan dan akhirnya Keira memilih untuk pergi jauh dari Aldan. Aldan tidak mau itu terjadi. Membayangkan itu saja sudah membuat Aldan merinding, apalagi kalo itu nyata? Mungkin Aldan akan mati detik itu juga.

"ARRRGGGHHHH. . . " teriak Aldan frustasi.
Aldan meletakkan vape dan liquidnya di saku seragamnya.
Kedua tangannya mengusap kasar wajahnya dan selanjutnya menarik rambutnya kebelakang.
Saat ini Aldan sungguh bingung. Amat sangat bingung.

Pikiran Aldan kembali lagi ke adegan beberapa waktu yang lalu, adegan pelukan antara Keira dan Revan.
"CK!!" Aldan berdecak kesal.
Setelah itu terdiam sesaat.
Tapi tak lama kemudian, tangannya terulur ke arah saku seragamnya, mengeluarkan Vape dan liquid yang tadi sempat tersimpan sesaat.
Tangannya sangat ahli dalam membuka clearomizernya, menuangkan sedikit liquid rasa manggo kesukaannya. Dan setelah dirasa cukup, Aldan menekan tombol dan menempelkan mulutnya ke driptip yang berwarna abu-abu variasi hitam dan putih. Menyesap asapnya dan mengepulkan ke udara.
Tidak cuma sekali dua kali, tapi berkali-kali Aldan mereka ulang kegiatannya tersebut.
Menurut Aldan, Asap itu dapat menenangkan dan mendamaikan.

Tapi lagi dan lagi adegan pelukan itu kembali berputar di otaknya.
"Lo itu milik gue Kei, dan akan selalu jadi milik gue!" tekad Aldan.
"Dan lo Van! Hari ini lo boleh seneng-seneng sama tunangan gue, tapi jangan harap besok lo bisa ketawa bareng dan sekelas sama tunangan gue." Aldan merapalkan kalimat tersebut sambil menatap telaga dengan tatapan tajam dan mematikan.

Aldan bangkit dari duduknya. Tangannya menepuk-nepuk bagian belakang celananya,  tujuannya sih membersikan tanah-tanah yang menempel pada celananya.
[Walaupun badboy tapi Aldan itu suka akan kebersihan].
Setelah dirasa cukup, Aldan segera melangkahkan kakinya, menuju lapangan. 
Lapangan sudah di pandangan mata, tapi langkah Aldan tiba-tiba terhenti begitu saja.
Matanya menatap kerumunan yang ada di kantin. Kedua tangannya mengepal kuat. Otot-otonya keluar dan emosinya siap meledak sekarang juga.
Tapi, Aldan menahan emosinya sebisa mungkin.
Dan akhirnya Aldan memutar arah. Pilihan itu benar-benar tidak ada sama sekali. Kalau kalian menyarankan Aldan untuk Ke rooftop, well, itu bukan saran yang tepat.
Sebenarnya Aldan bisa saja melanjutkan langkahnya, mengambil bola basket yang ada di bawah ring - dan mendrible bola sesuka hati. Tapi Aldan takut tidak bisa mengendalikan emosinya saat sedang bermain basket.
Bukan apa-apa. Tapi asal kalian tau, lapangan itu berhadapan langsung dengan kantin.
Jadi, mau tidak mau saat bermain basket nanti, mata Aldan pasti akan menangkap kebersamaan Revan dan Keira. Dan otomatis, emosi Aldan akan siap meledak saat itu juga.
Itu sangat berbahaya. Aldan bisa memporak-porandakan semuanya saat Aldan sedang emosi. Takutnya nanti Aldan malah kalap langsung membunuh Revan atau malah memukul Keira.
Kan itu tidak lucu! bisa hancur hubungan Aldan dan Keira detik itu juga.
Jadi ya, Aldan memilih untuk cabut dari sekolah.

Aldan terus melajukan mobilnya dengan sangat kencang dan ugal-ugalan. Banyak pengendara yang memaki dan menyumpah serapahi Aldan. Tapi Aldan tidak peduli. Yang terpenting sekarang itu cuma perasaan hati Aldan yang sudah sekarat dan hampir mampus.

Aldan menghentikan laju mobilnya saat sudah berada ditempat tujuannya.
Suasana sepi yang disertai angin semilir, juga deruan ombak yang sangat menghanyutkan.
Ya! saat ini Aldan lebih memilih pergi ke pantai untuk menenangkan pikirannya juga menyembukan hatinya yang sedang sekarat itu.
Harapan Aldan saat berada di pantai itu ya cuma, memdapat ketenangan dan kenyamanan.

Saat ini Aldan sedang duduk dibagasi mobil sambil menikmati semilir angin pantai dan deburan ombak yang menenangkan.
Matanya terpejam sesaat.
Tapi.
Seperti ada yang kurang.
Aldan mulai merogoh saku seragamnya, mengambil vape beserta liquidnya. Kali ini Aldan tidak menggunakan liquid rasa manggo lagi, tapi Aldan menggunakan liquid rasa mint dan juga rasa coffe.

Sungguh tenang dan damai.
Serasa beban hilang entah kemana. Memabukkan dan membuat kecanduan. Menurut Aldan, ini adalah suasana ternyaman dan terindah nomer 2. Karena suasana ternyaman dan terindah nomer 1 itu, saat berada dipelukan Keira sambil melihat senyuman manis Keira.

"Lo itu punya gue Kei! Kemaren, sekarang, besok dan selamanya lo itu tetep punya gue!
"Gak ada yang boleh milikin lo selain gue."
"Gue sayang lo Kei."
"Gue cinta sama lo."
"Please,  liat gue! Liat gue yang sayang sama lo setulus hati."
"Please!!!!" lirih Aldan seperti merapalkan mantra cinta untuk Keira.

"ARRRRRGGGHHHHHH. . . ." teriak Aldan sambil menjambak rambutnya sendiri dengan kasar.

"Gue bisa gila cuma karena lo, Kei."

COMPLEJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang